Chapter 2. Kenangan terindah
Setelah melakukan operasi memblokade gerbang utama kilang Pertamina, Daus kembali kekantor. Sementara Burhan harus kembali ke rumah sakit tempat dia melanjutkan pekerjaannya, yang berada sangat jauh dari kilang minyak tempat mereka.
Daus masih menggenang masa indah bersama Aline, terekam jelas di benaknya.
Merasa bangga menjadi kekasih gadis belia yang menjadi primadona masa sekolah. Hubungan keduanya harus kandas, karena Aline memiliki orang tua yang sangat ketat menjaga putri kesayangan mereka.
Daus menggelengkan kepalanya, sesekali tersenyum-senyum sendiri. Tanpa dia sadari, hari ini wajahnya benar-benar tampak cerah, bahkan semakin bersemangat.
Kanipat, mendekati Daus yang tengah duduk menikmati sepiring lontong pical, menepuk pundak sahabatnya, "Cie... ada yang cerah banget hari ini, kayak dapat lotre!"
Daus sedikit terkejut, menoleh kebelakang, melihat rekan sekantornya telah duduk manis dikursi yang berada disamping.
"Sarapan, bro?" Daus bertanya masih menikmati sepiring lontong dan segelas teh manis hangat.
Kanipat merangkul bahu Daus, "Tumben sarapan diluar? Biasanya bawa bekal terus. Yani nggak masakin lagi?" tawanya sembari mengejek.
Daus kembali terkenang pertanyaan Burhan, sama persis dengan pertanyaan Kanipat. Keningnya sedikit mengkerut, bertanya sedikit penasaran, "Kok, kalian selalu bertanya tentang Yani? Hari ini istriku tidak sempat memasak, karena kesibukannya."
Daus mengalihkan pandangannya, agar tidak diketahui oleh Kanipat bahwa dia sedang berbohong.
Namun, tidak untuk Kanipat. Dia sangat mengetahui bagaimana istri sahabatnya memperlakukan Daus, seperti seorang pria yang tidak bisa menolak, atas apa yang dia perintahkan.
Seketika handphone Daus kembali berdering. Penuh harap bahwa nama Aline lah yang berada di layar handphone miliknya. Namun, hanya nama Yani yang tertulis di sana.
Daus menautkan kedua alisnya, melirik kearah Kanipat yang juga menatap ke layar handphone milik sahabatnya.
Kanipat mengalihkan pandangannya, memberikan isyarat agar Daus mengangkat panggilan telepon istrinya.
Daus menarik nafas panjang, menjawab dengan suara lembut.
["Ya Bu.....!"]
["Ayah dimana? Ibu mau nganterin makan siang."]
Daus menautkan kedua alisnya, memijat pelipisnya, kembali menarik nafas panjang.
["Ibu, Ayah sudah makan. Jangan repot-repot, hari ini Ayah makan siang sama teman kantor saja."]
["Yah, ibu khawatir jika Ayah makan diluar. Ibu udah capek masakin Ayah, lagian ini buat Ayah juga...!!"]
Daus mengerenyitkan keningnya, kenapa dia begitu gencar memaksa agar aku memakan masakannya? Batinnya.
["Ck, Ayah sudah makan yah, Bu! Jangan ngomel lagi!"]
Mendengar penuturan suaminya, Yani mulai mengomelinya diseberang sana. Suara Yani terdengar sangat lantang, sehingga Daus memilih menutup telfonnya.
Kanipat, yang mendengar suara omelan istri sahabatnya hanya tersenyum tipis menyantap hidangan yang telah tersedia.
Dalam hatinya Kanipat hanya bisa bergumam sendiri, "Jika tidak ada niat buruk pada mu, mungkin istrimu tidak akan memaksa untuk selalu membawa masakannya. Kenapa Daus ini tidak memahami maksud istri sendiri yah?"
Daus mengalihkan perhatiannya pada sosok seorang wanita yang merupakan sahabat sekaligus teman kerjanya.
Susi, seorang wanita muda yang tengah melakukan pendekatan dengan sahabatnya Burhan.
Susi mendekati Daus dan Kanipat yang tengah duduk sambil menikmati rokok yang baru dipatik ke-duanya.
Susi bertanya sedikit berbisik, "Hei.... ngelihat Burhan nggak?"
Mendengar pertanyaan Susi, Daus dan Kanipat saling menatap. Bagaimana mungkin gadis berusia 25 tahun itu tidak mengetahui keberadaan Burhan yang berada di rumah sakit melakukan pekerjaannya.
Daus menatap Susi, hanya menjawab sedikit. "Burhan di rumah selingkuhannya!!"
Mereka tertawa terbahak-bahak.
Bola mata Daus kembali menatap ke layar handphone yang terletak di meja, kembali berdering, "Aline....!!" bisiknya.
Kanipat tersenyum, ingin mengejek sahabatnya, tapi Daus lebih dulu meninggalkan mereka berdua, agar lebih leluasa berbicara dengan mantan kekasih.
["Ya halo....!!"]
["Udah save nomor, Aline?"]
["Ya udah dong. Masak nomor telepon pribadi mantan kekasih nggak di simpan!"]
["Gombal....! Kakak lagi sibuk enggak? Bisa kita ngobrol lebih lama?"]
Daus berlari menuju pintu ruangannya, mencari tempat ternyaman untuk mendengarkan suara Aline yang tidak pernah berubah. Suara merdu mendayu-dayu, bak wanita yang tengah bahagia kembali menemukan belahan jiwanya.
Cukup lama mereka saling bercerita. Daus yang memiliki pemikiran lebih dewasa, sangat mendengarkan curahan hati Aline mantan kekasihnya pada masa sekolah.
Bagaimana mungkin seorang Aline, yang cantik dan ceria tidak bahagia dalam rumah tangga?
Mendengar semua cerita Aline, ada setitik rasa iba dihati Daus untuk mantan kekasihnya.
["Kapan Aline kesini? Kita ketemu dan menghabiskan waktu. Aline kerja dimana sekarang?"]
["Iya, lusa Aline kesana! Tunggu aja. Nanti juga tahu Aline kerja dimana!"]
Tawa Aline mampu memberikan kenyamanan bagi Daus. Usia yang bisa dikatakan cukup dalam membedakan mana yang baik dan tidak benar, untuk menjalin hubungan terlarang yang rasanya tidak mungkin bagi keduanya karena status mereka sama-sama memiliki pasangan.
Daus meletakkan handphone miliknya dimeja kerja. Membuka sosial media, mencari jejak wanita bernama Aline di beranda facebook.
Aline Karenina, merupakan putri kedua Bapak Zainal, yang berusia 29 tahun. Wajah cantik, kulit putih, tubuh masih terlihat langsing walau sudah memiliki dua orang putra. Bertuliskan tentang statusnya Maried dengan pria oriental.
Daus menatap lekat foto-foto Aline bersama kedua putranya yang tampak bahagia, dan sangat menarik. Sebuah lambang instansi pemerintah terlihat sangat jelas di baju seragam yang wanita itu kenakan.
"Ooogh, ternyata dia orang kejaksaan? Pantas saja dia tampak bahagia. Tidak seperti memiliki masalah seperti yang dia ceritakan pada ku!" gumam Daus dalam hati, "Jika benar dia akan berpisah dari suaminya, menjadi peluang besar bagi ku untuk mendekatinya," tambahnya tertawa nakal menatap layar komputer.
Pikiran-pikiran nakal itu seketika bergejolak dibenak Daus, tanpa dia sadari. Seumur hidupnya, baru dua kali dia melakukan pengkhianatan atas pernikahannya yang tidak diketahui oleh Yani. Namun, gagal karena sesuatu hal yang tidak dia sadari hingga saat ini.
Bagaimana mungkin, selama delapan tahun masa pernikahannya dengan Yani, akan berjalan baik-baik saja, tanpa godaan diluar sana.
Bukankah pria sejati harus menikmati masa indahnya, bila disuport dengan kondisi ekonomi yang mulai stabil dan bisa dikatakan mapan, sehingga membuat Daus sebagai laki-laki normal mudah tergiur dengan godaan yang datang dalam waktu tidak disangka-sangka.
Daus masih menatap lekat kearah komputer yang masih menyala, mengagumi sosok cantik Aline, tanpa mengingat Yani kembali.
Daus berbicara sendiri dalam hati, "Jika aku menikah dengan Aline mungkin semua akan berbeda. Keadaan tidak seperti ini. Aku tampak sempurna, namun hatiku seperti terpenjara! Ooogh Aline.... datanglah kesini. Jujur aku sangat merindukanmu!"
Pria seperti Daus hanya merindukan sosok wanita yang ceria seperti Aline, tidak berpura-pura seperti Yani.
Aline sosok wanita yang menjadi kenangan terindah bagi Daus, walau tidak bisa untuk meneruskan hubungan cinta mereka kala itu.
bersambung....
$$$$
My Readers kasih Othor ini dukungan dong, biar up terus setiap hari.
Like
Komen
Terima kasih.
Salam hangat.
☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Rose Mahamud
Baru 2 kali berlaku pengkhianatan, maka akan terjadi seterusnya kali 3 dan ke 4
2023-02-12
0
Usermaatre
𝘓𝘩𝘢𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘺𝘨 𝘣𝘭𝘮 𝘮𝘰𝘷𝘦 𝘰𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘵𝘢𝘯 𝘺𝘢.. 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘪𝘩 𝘨𝘰𝘥𝘢𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘶𝘴
2022-09-02
1
nonik
klo mantan itu bukan kenangan trindah apalgi sdah punya pasangn masing2
2022-08-28
1