Cuaca sangat terik, panas sore menerpa kulit putih pria bertubuh tegap saat menjalani tugasnya sebagai security menjaga pintu masuk kilang minyak terbesar di kota kecil saat jam pulang kerja. Lalu lalang, para buruh, karyawan, dan lengkingan serine memberi perintah bahwa waktu aktif kerja telah berakhir untuk berganti shift.
Daus masih tersipu-sipu malu, membayangkan wajah Aline yang sejak tadi menari-nari dalam benaknya.
Aaaagh.... jika Aline masih berada disini pasti aku sudah bahagia dengannya. Pikiran-pikiran nakal itu yang ada dalam benak Daus sebagai pria normal.
Daus sengaja melepaskan pakaian dinasnya karena merasa kegerahan, namun matanya mengarah pada sosok wanita berhijab, bertubuh sintal menghampirinya membawa tas yang berisikan makanan.
"Yani...!? Ngapain dia sampai menyusul kesini?" bisik Daus menghampiri istrinya yang memarkirkan motor matic di pinggir jalan.
Daus menghampiri istri tercinta, sedikit penasaran dan berbisik pelan ketelinga sang istri, menanyakan maksud istri tercinta, "Ibu ngapain kesini? Ayah sebentar lagi pulang!"
Yani membuka helmnya, memberi kesan bahwa dia sangat khawatir akan kesehatan suaminya, "Ibu mau antar ini buat Ayah, takut kalau malam, basi! Karena Ibu sempetin masak pas istirahat siang," jelasnya.
Daus tersenyum, mengusap lembut kepala sang istri, "Ya sudah.... nanti Ayah makan, sekarang Ibu pulang saja deluan. Kasihan Adi.... sebentar lagi Ayah pulang, kok!" jelasnya pelan.
Yani mengangguk manja, bergegas dia menghampiri motor maticnya, menekan tombol starter melajukan kecepatan motor membelah jalan di panas terik matahari yang semakin terasa sangat menyengat.
Kepergian istrinya, Daus memasuki pos security.... membuka box makanan yang di berikan Yani istrinya.
Dari aromanya saja sungguh sangat lezat, bahkan menggugah selera walau perut Daus masih terasa kenyang. Namun, bagi dia.... jika istri sudah bersusah payah membawakan makanan yang sangat menyehatkan, wajib disantap tanpa bersisa.
Daus melahap semua makanan yang diantar kan Yani dengan sangat cepat, bahkan berkali-kali dia sendawa karena kekenyangan, "Aaaah.... alamat nggak makan malam lagi nih. Makan sore jam segini!" tawanya dalam hati menutup box lunch dan meletakkan didekat tas kerjanya.
Daus melanjutkan pekerjaannya, hingga waktu menunjukkan pukul 18.00 waktu setempat untuk security sekelas dia.
Daus orang yang sangat mudah akrab dengan siapa saja. Jiwa sosial yang tinggi, bahkan sangat ramah dengan lawan jenis. Dia selalu di juluki pria yang takut istri, namun baginya istri itu adalah wanita yang harus dihormati dan di sayangi. Bagaimana pun rekan kerjanya mengolok-olok kan dia, wajahnya hanya bisa tertawa dan tersenyum, tanpa mau berdebat.
Hari sudah tampak gelap, Daus menghampiri rekannya untuk memberikan beberapa pengarahan sore itu. Menjaga kilang dari warga setempat yang selalu membuat onar mencuri beberapa pipa yang dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka.
Namun demikian, mereka hanyalah mengerjakan tugas sebagai keamanan di Perusahaan minyak terbesar, yang harus melindungi tempat mereka mencari uang untuk keluarga, sepenuh hati, dengan loyalitas yang tinggi.
Daus memasuki mobil yang biasa dia tunggangi untuk berangkat kerja. Walau terkadang celotehan Yani selalu ada saat dia membawa kendaraan roda empat tersebut, dengan alasan wanita lain akan mendekati suami tercintanya.
Mobil berwarna hitam doff yang sudah di modifikasi lebih rendah tersebut, dia beli dengan menggadaikan SK sang istri sebagai guru yang sudah diakui oleh daerah mereka.
Tak terasa, sepanjang perjalanan Daus hanya memikirkan bagaimana agar cepat tiba di rumah. Rasa rindu pada Yani semakin terasa, bahkan sangat bahagia, tidak seperti jam makan siang tadi. Dia lebih memikirkan istrinya, di bandingkan mengangkat handphone yang bersembunyi, menuliskan nama Aline disana.
"Hmm..... dasar cewek! Di baikin, jadi begini deh. Masak, aku harus ngangkat telpon dia lagi siih? Ini kan sudah jam pulang kantor. Apakah suaminya tidak mengetahui jika dia menghubungi pria lain?" bisik Daus sepanjang perjalanan menuju kediamannya.
Daus mengehentikan mobilnya disalah satu toko roti, sengaja membelikan beberapa roti kesukaan Adi putra kesayangan dan juga Yani.
Wajah Daus tampak seperti kelelahan, bahkan hanya fokus pada satu titik pandangan yang hampa dan kosong. Pikirannya kembali berkecamuk, seolah-olah jiwanya tengah berperang didalam sana.
Seketika Daus yang sudah membayar semua belanjaannya, kembali mengeluarkan uang untuk kembali membayar.
Kasir terlihat sangat bingung, "Maaf Kak, semua sudah dibayar!" kata kasir tersenyum kearah Daus.
Daus mengerenyitkan keningnya, berfikir sejenak, tampak linglung, bahkan bingung, "Hmm.... serius sudah saya bayar? Bukannya saya baru berdiri disini?" tanyanya berfikir.
Kasir tersenyum tipis kearah Daus, mengembalikan uang pecahan 100 ribuan, menatap aneh kearah pelanggan yang sudah biasa mampir di toko mereka.
"Kakak kurang minum air putih kali," goda kasir saat melihat wajah Daus yang masih tampak kebingungan.
Daus hanya tertawa kecil, mengambil uang yang dia kasih, berlalu meninggalkan toko roti.
Saat sudah didalam mobil, Daus mengusap wajahnya sedikit kasar, karena merasa malu ditertawa kan oleh pelayan toko.
Daus menyalakan starter mobil, kembali melaju kencang menuju kediamannya yang terletak lumayan jauh dari tempat dia bekerja.
Sekali lagi, Daus tidak menghiraukan panggilan telepon dari Aline sang mantan kekasihnya. Baginya kali ini Yani adalah istri terbaik yang Tuhan berikan untuknya walau dalam proses perjodohan.
Kisah cintanya yang singkat, membuat Daus menerima Yani melalui Paman dari pihak Almarhum Ibunya yang telah lama meninggal.
Pengenalan singkat, tanpa harus mengetahui bagaimana Keluarga Yani, yang penting Daus menemukan wanita sesuai kriteria dirinya sendiri.
Yani wanita cantik, namun bertubuh sintal, sangat berbeda dengan Aline yang lebih terawat.
Daus kehilangan kontak dengan Aline karena orang tua Aline yang selalu berpindah-pindah tugas, sementara Daus hanya seorang putra daerah yang memiliki ruang lingkup pergaulan hanya sedikit. Pemuda setempat yang terbatas, karena dia tipe laki-laki setia jika sudah merasa nyaman.
Kehadiran sosok Adi juga mampu mengobati kesepiannya, tanpa harus bermain-main diluar sana. Namun, tidak menutup kemungkinan terkadang dia juga sebagi pria nakal yang tahu akan batas.
Posisi jabatan yang sangat lumayan saat ini, membuat dia lebih fokus pada pekerjaannya di bandingkan bermain-main dengan dunia yang berbeda.
Daus memarkirkan mobilnya didepan carport, terlihat Yani sudah tersenyum bahagia menyambut suami tercinta, dengan menggendong Adi bersamanya.
"Ayah mau makan lagi? Atau bagaimana?" tanya Yani mencium punggung tangan Daus sebelum memasuki rumah.
Daus mengecup bibir Yani, berbisik manja seperti bertemu belahan jiwa yang memabukkan, "Makan Ibu dulu boleh nggak?" godanya membuat Yani semakin tersipu malu, tapi tidak mampu untuk menolak, mengangguk pelan, mengusap punggung suami dari belakang.
Mereka memasuki rumah, menitipkan Adi pada wanita yang biasa menjaga putra kesayangan, memasuki kamar, dengan penuh semangat saling membahagiakan satu dan lainnya.
Keringat yang bercucuran semakin memperkuat keyakinan Yani, bahwa Daus suami terbaik. Begitu juga sebaliknya bagi Daus, Yani belahan jiwa yang menjadi pelengkap dalam hembusan nafasnya.
bersambung....
$$$$
My Readers kasih Othor ini dukungan dong, biar up terus setiap hari.
Like
Komen
Terima kasih.
Salam hangat.
☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Usermaatre
𝘗𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘢𝘥𝘢 𝘢𝘭𝘢𝘴𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘠𝘢𝘯𝘪 𝘯𝘨𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘪𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘺𝘢, 𝘬𝘢𝘯 𝘨𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘫𝘢𝘮𝘱𝘪2 𝘬𝘦 𝘋𝘢𝘶𝘴 𝘬𝘢𝘭𝘰 𝘨𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 apa2nya🤔
2022-09-02
1
nonik
pdahal guru loh yaa msih ada yg pake magic
2022-08-28
1
Ny.thyv
masak sih dikasih jampi" itu makanannya
2022-08-13
0