Malam semakin larut, Daus merasa tubuhnya kembali segar setelah beristirahat dan bercinta dengan Yani saat tiba dirumah. Dia tampak cerah, setelah membasuh seluruh tubuhnya. Bersiul-siul seperti pria muda pada umumnya untuk menikmati segelas bandrek telor bebek bersama Kanipat dan Burhan.
Seperti biasa, jam segini mereka selalu menikmati suasana malam, sembari menjalani tugas mengawasi kilang yang menjadi target utama untuk dilindungi di kota kecil tersebut.
Daus keluar dari kamar, mengambil kunci mobil, melihat Yani yang datang mendekat dengan segelas jahe hangat untuk suami tercinta.
Yani menatap lekat wajah Daus, sembari bertanya, "Ayah mau kemana?"
Daus menjawab dengan santai, "Kan seperti biasa Ibu, patroli malam! Karena kilang masih di teror sama masyarakat yang nggak dikenal, jadi harus di awasi."
Yani memberikan air jahe gula merah buatannya, agar Daus segera meneguknya, "Minum dulu, daripada beli, bagus Ayah minum buatan Ibu, lebih sehat."
Daus menarik nafas panjang, "Ibu tarok dimeja saja. Ayah cuma pergi sebentar, tidak lama. Nanti pulang Ayah minum!" kecupnya pada kening sang istri.
Yani tentu menarik lengan Daus, "Ayah.... Ibu sudah capek-capek buatnya, please.... minum walau sedikit!" teriaknya.
Namun Daus tak menoleh, hanya menjawab, "Masih panas, tarok saja di meja! Bye Ibu....!!"
Yani menarik nafas panjang, perasaan semakin curiga bahkan berselimut cemburu. Dia meletakkan gelas yang ada dalam genggaman diatas meja, berlalu menuju kekamar.
Saat tiba dikamar Yani terus menggerutu, karena curiga suaminya akan menghubungi mantan kekasih masa SMA.
"Suamiku tampan, gagah, siapa yang nggak tertarik! Dasar perempuan murahan. Alasan curhat, terus ketemu, habis itu cek-in! Cari alasan saja perempuan seperti itu!" geramnya masih melihat foto Aline yang baru saja online.
"Hmm.... pasti wanita itu menghubungi suamiku!" Yani meletakkan handphone diatas nakas, memilih tidur karena sudah menunjukkan pukul 23.00.
.
Disudut kota kecil yang masih riuh dengan dunia hiburan. Music diskotik melantun keras hingga menggelegar ke warung bandrek, terletak tidak jauh dari duduknya tiga orang pria muda memiliki profesi yang sama sebagai security.
Mereka saling tertawa, bahkan sesekali menggoda gadis-gadis pekerja dunia malam.
Wajah Daus tampak cerah seketika, saat bertemu rekan kerjanya. Ada kekosongan dalam hatinya, namun dia tak mampu berkata-kata apa lagi jika sudah menghadapi kecemburuan Yani tampak semakin menyebalkan.
Kanipat merangkul bahu Daus yang memilih duduk disamping sahabatnya sembari bertanya, "Bagaimana kabar Aline? Kayaknya kalian punya story yang sangat spesial? Beberapa kali Aline menghubungi aku, menanyakan mu!"
Daus menggeleng, tersenyum tipis melirik kearah Kanipat, menjawab dengan nada terdengar lemas, "Yani cemburu sama Aline. Padahal aku nggak ada komunikasi sama dia sejak dirumah. Entah dari mana dia tahu aku komunikasi sama Aline."
Kanipat tertawa kecil, menjawab dengan enteng, "Aline itu orang kejaksaan, dia nggak akan mungkin mau sama security kayak kita! Lagian suaminya juga pejabat, tapi mereka memang mau berpisah. Karena kamu tidak menjawab telponnya, jadi dia curhat sama aku. Yani nggak usah dipikirin, kambing di bedakin dekat dengan kamu juga dia cemburu!"
Daus menepuk pundak sahabatnya, "Sial kamu....! Jangan gitu dong, bagaimana pun dia bini, bro.... bini!" kesalnya.
Kanipat tertawa, malah melihat Burhan yang tengah sibuk dengan Susi sang kekasih hati, "Bini itu 'beban ini'.... kayak pria yang dihadapan kita ini! Belum tahu dia ribetnya punya bini...!"
Kanipat kembali melihat kearah Daus, bertanya hanya untuk membandingkan, "Kalau waktu bisa diputar kembali, siapa yang kamu pilih jika dihadapkan dengan Yani dan Aline saat bersamaan kala kamu mau memantapkan hati untuk menikah?"
Mendengar kalimat sahabatnya itu, Daus menaikkan kedua alisnya, "Wanita itu bukan pilihan, bro! Jika kala itu mereka datang dalam waktu bersamaan, kondisinya masih single tentu aku sebagai pria yang masih menyukai keindahan memilih Aline, karena masih memiliki perasaan sayang. Tapi kondisinya berbeda, bro! Kamu tahu, aku di jodohkan tapi aku suka, cinta, bahkan sangat sayang dengannya, ditambah sudah ada Adi, anak kami.... jadi takut kehilangan itu nomor satu!"
Kanipat kembali bersemangat untuk bertanya lagi pada pria yang polos dan jujur tersebut, "Oke.... jika Aline datang dihadapan mu saat ini, apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu akan menjalin hubungan dengan Aline? Dan melepaskan Yani? Atau menikahi mereka berdua," godanya.
Daus hanya tersenyum sumringah, sambil mendendangkan sebuah lagu, "Haii.... senangnya dalam hati...! Bila beristri dua.... serasa.... dunia.... kita yang punya....!!"
Mereka tertawa terbahak-bahak, saling menggoda dan tampak sangat ceria.
Wajah Daus tampak bahagia, jika sudah bertemu dengan ketiga rekan kerjanya.
Mereka melakukan patroli malam mengelilingi area kilang, seperti yang dilakukan setiap dua hari sekali.
Daus sangat menikmati pekerjaannya, dalam hati hanya bisa menahan diri agar tetap sabar jika menghadapi Yani yang selalu terbakar api cemburu karena memiliki perasaan sayang yang berlebihan. Dia tidak bisa memberikan pengertian pada Yani, jika situasi seperti saat ini.
Tepat pukul 02.00 dini hari, Daus kembali kerumahnya. Malam semakin larut, suasana perumahan tampak sepi. Dia berbisik dalam hati, berdoa agar dilindungi dari makhluk tak kasat mata.
Benar saja, mata Daus melihat dari kejauhan cahaya kuning keemasan yang menyala, keluar dari atap rumah menuju arah yang tidak tahu akan kemana. Pemandangan itu membuat dia sedikit penasaran, karena cahaya itu nyata keluar dari atap rumahnya.
"Cahaya apa itu?" bisik Daus dalam hati, bergegas membuka pintu rumah untuk memeriksa kondisi kediaman mereka.
Matanya tertuju pada kamar ketiga yang terletak di dua sisi ruang keluarga minimalis kediamannya. Daus melihat cahaya redup dari arah kamar tersebut, mendekati perlahan, dengan perasaan takut. Bulu kuduknya meremang, melihat jam dinding yang berdetak menunjukkan pukul 02.30 dini hari.
Daus memegang hendel pintu semakin penasaran, mendorong pintu kamar agar terbuka lebar.
Tak....!
Suara saklar lampu menyala terang, membuat Daus terlonjak seketika, saat melihat wajah Yani sudah ada dihadapan nya.
Daus mengusap lembut dadanya yang berdegup kencang, menatap wajah Yani dengan tatapan aneh.
"Ibu enggak tidur? Ngapain disini....!?" tanya Daus penasaran.
Yani hanya menatap sinis kearah suaminya, enggan untuk menjawab pertanyaan Daus, memilih berlalu menuju kamar peraduan mereka.
Daus baru kembali dari luar rumah semakin tampak bingung, karena melihat Yani yang semakin hari semakin aneh, "Kenapa dia? Apa yang ada dalam benaknya?"
Daus menarik nafas panjang, memeriksa kondisi kamar yang terang melihat kearah lemari yang terkunci rapat. "Hmm...!" Dia menutup pintu kamar ketiga itu kembali, akan berlalu menuju kamar utama.
Namun, perasaan Daus semakin tidak karuan. Seperti hatinya telah berperang hebat didalam sana, dan membuat pikiran semakin kacau. Dalam benaknya saat ini, hanya Yani tidak ada yang lain.
Mata Daus kembali menoleh kearah meja, melihat gelas yang berisikan wedang jahe buatan Yani, "Aaagh.... aku tahu pasti gara-gara ini ni.... nggak minum buatan nya!" tawanya menyeringai.
Betapa terkejutnya Daus saat melihat, gelas yang tadinya tercium aroma wedang jahe hangat seketika tercium bau busuk yang teramat sangat, saat dia akan meletakkan bibir gelas ke mulutnya.
Berkali-kali dia melihat gelas dalam genggamannya berulang kali, memastikan apa yang dia lihat, setumpuk belatung putih yang menjalar kemana-mana dengan aroma yang semakin lama semakin berbau busuk.
"Astaghfirullah....!! Ibu.... Ibu....!!"
bersambung....
$$$$
My Readers kasih Othor ini dukungan dong, biar up terus setiap hari.
Like
Komen
Terima kasih.
Salam hangat.
☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Nurmalida
in mrip film di negara Upin Ipin y sempet nontong
2022-12-25
0
Usermaatre
𝘏𝘪𝘺𝘢𝘢𝘢𝘢 𝘯𝘨𝘦𝘳𝘪 𝘢𝘮𝘢𝘵 𝘴𝘪𝘩 𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘦𝘬 𝘨𝘪𝘯𝘪 𝘵𝘶𝘩 𝘣𝘦𝘯𝘦𝘳𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢 𝘺𝘢 𝘵𝘩𝘰𝘳
2022-09-02
0
nonik
takut bgeet tuuh yani kehilangan suaminya..
2022-08-28
1