NovelToon NovelToon

Magic Ranjang Mantan

Chapter 1 : Sosial Media

Chapter 1. Sosial media

Melihat sosok suaminya tenga sibuk mengibas rambut basahnya saat keluar dari kamar mandi. Yani bertanya sebelum suaminya berangkat kerja, "Yah, makan dulu...!"

Daus yang tengah menatap cermin menjawab, "Hari ini Ayah nggak usah makan dirumah. Ayah mau melakukan pemeriksaan. Karena ada yang mengambil beberapa alat di kilang minyak, dan diketahui oleh pihak manajemen. Makanya Ayah berangkat agak pagi."

Yani menaikkan kedua alisnya, "Aaagh... kalau dia nggak sarapan dirumah, makanan yang sudah aku bubuhkan ini bagaimana?" tanyanya dalam hati dari balik pintu kamar. 

Daus mengambil baju kaos dan baju dinasnya yang sudah tersedia diatas ranjang, matanya melihat putra kesayangan Aditama, yang biasa disapa Adi masih terlelap.

Kemeja hitam disebelah kanan bertuliskan nama panggilan 'Daus Week'.

Kulit putih, bermata coklat, rambut tertata rapi, bak pria idaman yang sangat disenangi wanita, namun tidak memiliki sesuatu yang spesial dari dalam dirinya.

Daus mengenakan sepatu pemberian perusahaan, yang memiliki pelindung besi dibagian depan, agar mudah saat melakukan pekerjaan dalam dinas setiap harinya.

Yani, yang sudah mempersiapkan box lunch berisi makanan memberikannya kepada sang suami. Namun, entah dari mana kehadiran istrinya membuat Daus sedikit kaget.

Karena kaget, Daus menepis pemberian dari istrinya.

Melihat makanan yang sudah dia persiapkan untuk Daus kini berserakan dilantai kamar mereka, Yani terlonjak kaget dan menatap kesal kearah suaminya, "Ayah... ini Ibu buat susah payah lho, kalau misalnya nggak Ayah makan, siapa yang mau makan!!"

Daus terdiam, menundukkan tubuhnya, membantu Yani membersihkan, karena perasaan bersalah pada istri yang selalu memperhatikan makan siang dan kesehatannya.

Sambil membersihkan makanan, Daus menatap aneh pada Yani, "Ya... kan Ibu bisa makan! Kenapa mesti kesal gitu sih? Cuma makanan doang...!" 

Yani menarik nafas panjang, mengingat ini adalah hari ke lima dalam melakukan niatnya untuk memberikan sesuatu pada sang suami.

Daus menatap lekat ke mata Yani, hanya karena masalah makanan yang selalu dia persiapkan, mesti mendengar omelan istrinya di pagi hari.

Daus kembali mengalah, dan berkata dengan suara lembut, "Maaf yah, Bu! Ayah enggak sengaja. Nanti Ayah makan di kantin saja, nggak usah repot-repot. Selama Ayah bekerja tidak pernah makan sama teman kantor, selalu membawa masakan Ibu!"

Yani yang masih sibuk membersihkan serpihan makanan hanya terdiam, tidak ingin berdebat dengan sang suami.

Baginya, dengan membawa makanan dari rumah, itu lebih irit dan sangat menyehatkan. Apalagi yang mempersiapkan adalah istri tercinta. Tentu merupakan satu kebahagiaan yang hakiki bagi seorang suami. Dapat membanggakan masakan istrinya pada semua rekan kerja.

Cinta seorang pria bernama Firdaus, yang berusia 30 tahun berprofesi sebagai security disalah satu perusahaan ternama di daerahnya. Jabatanya semakin melejit karena menikahi seorang wanita bernama Yani berusia 28 tahun, yang memilih berkarier sebagai seorang guru SMP.

Pernikahan mereka sudah berjalan selama delapan tahun, dan memiliki satu orang putra berusia lima tahun.

Pagi yang cerah, menambah kesempurnaan untuk memulai hari seperti biasa. Aktifitas sebagai seorang security sangat dia syukuri, karena ini menjadi rumah tangga yang tampak harmonis, bahkan diidamkan banyak orang diluar sana.

Namun, tidak begitu halnya bagi Daus. Sahabat mereka menganggap dirinya seperti kerbau yang ditusuk hidungnya, karena tidak memiliki nyali untuk menolak permintaan istri tercinta.

Daus bergegas mengambil kunci mobil yang berada dimeja rias, mencium kening Yani sambil berkata, "Ayah berangkat dulu. Nanti siang kalau Ayah sempat, kita makan diluar saja, saat Ibu selesai mengajar."

Daus berlalu, meninggalkan kediamannya.

Daus menanti team disebuah persimpangan, untuk melakukan operasi memblokade jalan menuju kilang Pertamina tempat dia bekerja. Menanti pencuri yang menjadi target operasi mereka.

Saat Daus tengah menanti team yang lain datang ke gerbang tempat janjian mereka, dia memeriksa panggilan telpon yang berdering sejak tadi.

Daus menautkan kedua alisnya, melihat layar telfon, sedikit berbisik, "Nomor siapa ini?"

Iseng, pria berusia 30 tahun itu mengangkat panggilan telepon dengan suara yang tegas.

["Ya halo...!"]

["Kak, ini Aline... masih inget nggak?"]

Daus menautkan kedua alisnya kembali, menatap nomor yang muncul, kembali mengingat wanita diseberang sana yang bernama Aline.

["Aline!? Aline anak Pak Zainal?"]

["Iiighs, tega yah! Lupa sama aku, mantan kekasih mu masa sekolah? Masa kamu lupa sama Aline, Kak!?"]

["Yah, nggak lupa. Aline dapat nomor telepon Kakak dari siapa? Udah lama kita nggak komunikasi, semenjak kita lulus sekolah. Apa kabar kamu sekarang?"]

["Hmm, penting yah? Dari Kak Kanipat lah haii.... dari siapa lagi? Kan cuma Kak Kanipat yang masih komunikasi sama Aline melalui facebook."]

["Ooogh, ya-ya-ya.... Kanipat kan tetangga kalian dulu yah? Kok masih ingat sama Kakak?"]

["Hmm, yah ingetlah! Secara kita pernah ada story' yang belum kelar, kan?"]

Daus menggelengkan kepalanya, andaikan saja waktu itu kita sudah pernah melakukannya, pasti sekarang masih bersama. 

["Ya, kita putus juga waktu itu hanya karena Mama kamu enggak suka sama Kakak. Suka cabut sekolah, suka ngajakin anak gadisnya kabur-kaburan, gimana mau jadi menantu idaman!"]

Aline tertawa terbahak-bahak, secara sudah sejak usia 18 tahun mereka tidak pernah bertemu, dan kini kembali dipertemukan hanya dari sosial media facebook.

["Aline dimana sekarang? Sudah menikah?"]

["Hmm, aku sudah menikah Kak. Sekarang aku berada di seberang. Mungkin lusa aku akan ke kotamu! Bisa kita bertemu?"]

Daus berfikir sejenak, mengingat jadwalnya lusa. Yah, lusa sedikit ada waktu. Mungkin bisa menghabiskan waktu bersama mantan kekasih masa sekolah.

["Ya, sudah! Kabari saja. Kakak kerja dulu yah? Bye Aline."]

Daus menutup telfonnya, memandang ke langit dunia, menyambut cerahnya mentari, dan bergumam, "Tampaknya hari secerah hati ku!"

Daus sangat berbeda hari ini, wajahnya tampak lebih cerah setelah mendapatkan telpon dari mantan kekasihnya, yang membuat dirinya lebih bergairah tapi dia tidak menyadari.

Disela-sela membayangkan wajah Aline, dan melakukan tugasnya, seseorang menepuk pundaknya dari belakang.

Daus tersentak kaget menoleh kebelakang, melihat Burhan tengah berdiri dibelakangnya.

"Hai bro...!" sapa Burhan, "Seger amat pagi ini! Lepas dari santet bini yah...!!!" tawanya seraya mengejek sahabat sendiri.

Daus menautkan kedua alisnya, "Enak  aja kenak santet bini. Aku terkena santet mantan tahu...!!!" jawabnya asal.

Burhan kembali membisikkan sesuatu ketelinga Daus, "Tumben nggak bawa bekal? Udah nggak diperhatikan Yani yah...!!!"

Mereka tertawa terbahak-bahak. Namun, seketika Daus berfikir sejenak ucapan Burhan mampu mengganggu pikirannya.

bersambung....

$$$$

My Readers kasih Othor ini dukungan dong, biar up terus setiap hari.

Like

Komen

Terima kasih.

Salam hangat.

☺️

Chapter 2. Kenangan terindah

Chapter 2. Kenangan terindah

Setelah melakukan operasi memblokade gerbang utama kilang Pertamina, Daus kembali kekantor. Sementara Burhan harus kembali ke rumah sakit tempat dia melanjutkan pekerjaannya, yang berada sangat jauh dari kilang minyak tempat mereka. 

Daus masih menggenang masa indah bersama Aline, terekam jelas di benaknya.

Merasa bangga menjadi kekasih gadis belia yang menjadi primadona masa sekolah. Hubungan keduanya harus kandas, karena Aline memiliki orang tua yang sangat ketat menjaga putri kesayangan mereka.

Daus menggelengkan kepalanya, sesekali tersenyum-senyum sendiri. Tanpa dia sadari, hari ini wajahnya benar-benar tampak cerah, bahkan semakin bersemangat.

Kanipat, mendekati Daus yang tengah duduk menikmati sepiring lontong pical, menepuk pundak sahabatnya, "Cie... ada yang cerah banget hari ini, kayak dapat lotre!" 

Daus sedikit terkejut, menoleh kebelakang, melihat rekan sekantornya telah duduk manis dikursi yang berada disamping.

"Sarapan, bro?" Daus bertanya masih menikmati sepiring lontong dan segelas teh manis hangat.

Kanipat merangkul bahu Daus, "Tumben sarapan diluar? Biasanya bawa bekal terus. Yani nggak masakin lagi?" tawanya sembari mengejek.

Daus kembali terkenang pertanyaan Burhan, sama persis dengan pertanyaan Kanipat. Keningnya sedikit mengkerut, bertanya sedikit penasaran, "Kok, kalian selalu bertanya tentang Yani? Hari ini istriku tidak sempat memasak, karena kesibukannya."

Daus mengalihkan pandangannya, agar tidak diketahui oleh Kanipat bahwa dia sedang berbohong.  

Namun, tidak untuk Kanipat. Dia sangat mengetahui bagaimana istri sahabatnya memperlakukan Daus, seperti seorang pria yang tidak bisa menolak, atas apa yang dia perintahkan.

Seketika handphone Daus kembali berdering. Penuh harap bahwa nama Aline lah yang berada di layar handphone miliknya. Namun, hanya nama Yani yang tertulis di sana.

Daus menautkan kedua alisnya, melirik kearah Kanipat yang juga menatap ke layar handphone milik sahabatnya.

Kanipat mengalihkan pandangannya, memberikan isyarat agar Daus mengangkat panggilan telepon istrinya.

Daus menarik nafas panjang, menjawab dengan suara lembut.

["Ya Bu.....!"]

["Ayah dimana? Ibu mau nganterin makan siang."]

Daus menautkan kedua alisnya, memijat pelipisnya, kembali menarik nafas panjang.

["Ibu, Ayah sudah makan. Jangan repot-repot, hari ini Ayah makan siang sama teman kantor saja."]

["Yah, ibu khawatir jika Ayah makan diluar. Ibu udah capek masakin Ayah, lagian ini buat Ayah juga...!!"]

Daus mengerenyitkan keningnya, kenapa dia begitu gencar memaksa agar aku memakan masakannya? Batinnya.

["Ck, Ayah sudah makan yah, Bu! Jangan ngomel lagi!"]

Mendengar penuturan suaminya, Yani mulai mengomelinya diseberang sana. Suara Yani terdengar sangat lantang, sehingga Daus memilih menutup telfonnya.

Kanipat, yang mendengar suara omelan istri sahabatnya hanya tersenyum tipis menyantap hidangan yang telah tersedia.

Dalam hatinya Kanipat hanya bisa bergumam sendiri, "Jika tidak ada niat buruk pada mu, mungkin istrimu tidak akan memaksa untuk selalu membawa masakannya. Kenapa Daus ini tidak memahami maksud istri sendiri yah?" 

Daus mengalihkan perhatiannya pada sosok seorang wanita yang merupakan sahabat sekaligus teman kerjanya.

Susi, seorang wanita muda yang tengah melakukan pendekatan dengan sahabatnya Burhan.

Susi mendekati Daus dan Kanipat yang tengah duduk sambil menikmati rokok yang baru dipatik ke-duanya.

Susi bertanya sedikit berbisik, "Hei.... ngelihat Burhan nggak?"

Mendengar pertanyaan Susi, Daus dan Kanipat saling menatap. Bagaimana mungkin gadis berusia 25 tahun itu tidak mengetahui keberadaan Burhan yang berada di rumah sakit melakukan pekerjaannya.

Daus menatap Susi, hanya menjawab sedikit. "Burhan di rumah selingkuhannya!!"

Mereka tertawa terbahak-bahak.

Bola mata Daus kembali menatap ke layar handphone yang terletak di meja, kembali berdering, "Aline....!!" bisiknya.

Kanipat tersenyum, ingin mengejek sahabatnya, tapi Daus lebih dulu meninggalkan mereka berdua, agar lebih leluasa berbicara dengan mantan kekasih. 

["Ya halo....!!"]

["Udah save nomor, Aline?"]

["Ya udah dong. Masak nomor telepon pribadi mantan kekasih nggak di simpan!"]

["Gombal....! Kakak lagi sibuk enggak? Bisa kita ngobrol lebih lama?"]

Daus berlari menuju pintu ruangannya, mencari tempat ternyaman untuk mendengarkan suara Aline yang tidak pernah berubah. Suara merdu mendayu-dayu, bak wanita yang tengah bahagia kembali menemukan belahan jiwanya.

Cukup lama mereka saling bercerita. Daus yang memiliki pemikiran lebih dewasa, sangat mendengarkan curahan hati Aline mantan kekasihnya pada masa sekolah.    

Bagaimana mungkin seorang Aline, yang cantik dan ceria tidak bahagia dalam rumah tangga?

Mendengar semua cerita Aline, ada setitik rasa iba dihati Daus untuk mantan kekasihnya.

["Kapan Aline kesini? Kita ketemu dan menghabiskan waktu. Aline kerja dimana sekarang?"]

["Iya, lusa Aline kesana! Tunggu aja. Nanti juga tahu Aline kerja dimana!"]

Tawa Aline mampu memberikan kenyamanan bagi Daus. Usia yang bisa dikatakan cukup dalam membedakan mana yang baik dan tidak benar, untuk menjalin hubungan terlarang yang rasanya tidak mungkin bagi keduanya karena status mereka sama-sama memiliki pasangan. 

Daus meletakkan handphone miliknya dimeja kerja. Membuka sosial media, mencari jejak wanita bernama Aline di beranda facebook. 

Aline Karenina, merupakan putri kedua Bapak Zainal, yang berusia 29 tahun. Wajah cantik, kulit putih, tubuh masih terlihat langsing walau sudah memiliki dua orang putra. Bertuliskan tentang statusnya Maried dengan pria oriental.

Daus menatap lekat foto-foto Aline bersama kedua putranya yang tampak bahagia, dan sangat menarik. Sebuah lambang instansi pemerintah terlihat sangat jelas di baju seragam yang wanita itu kenakan.

"Ooogh, ternyata dia orang kejaksaan? Pantas saja dia tampak bahagia. Tidak seperti memiliki masalah seperti yang dia ceritakan pada ku!" gumam Daus dalam hati, "Jika benar dia akan berpisah dari suaminya, menjadi peluang besar bagi ku untuk mendekatinya," tambahnya tertawa nakal menatap layar komputer.

Pikiran-pikiran nakal itu seketika bergejolak dibenak Daus, tanpa dia sadari. Seumur hidupnya, baru dua kali dia melakukan pengkhianatan atas pernikahannya yang tidak diketahui oleh Yani. Namun, gagal karena sesuatu hal yang tidak dia sadari hingga saat ini.

Bagaimana mungkin, selama delapan tahun masa pernikahannya dengan Yani, akan berjalan baik-baik saja, tanpa godaan diluar sana.

Bukankah pria sejati harus menikmati masa indahnya, bila disuport dengan kondisi ekonomi yang mulai stabil dan bisa dikatakan mapan, sehingga membuat Daus sebagai laki-laki normal mudah tergiur dengan godaan yang datang dalam waktu tidak disangka-sangka.

Daus masih menatap lekat kearah komputer yang masih menyala, mengagumi sosok cantik Aline, tanpa mengingat Yani kembali.

Daus berbicara sendiri dalam hati, "Jika aku menikah dengan Aline mungkin semua akan berbeda. Keadaan tidak seperti ini. Aku tampak sempurna, namun hatiku seperti terpenjara! Ooogh Aline.... datanglah kesini. Jujur aku sangat merindukanmu!"

Pria seperti Daus hanya merindukan sosok wanita yang ceria seperti Aline, tidak berpura-pura seperti Yani. 

Aline sosok wanita yang menjadi kenangan terindah bagi Daus, walau tidak bisa untuk meneruskan hubungan cinta mereka kala itu.

bersambung....

$$$$

My Readers kasih Othor ini dukungan dong, biar up terus setiap hari.

Like

Komen

Terima kasih.

Salam hangat.

☺️

Chap 3. Belahan jiwa

Cuaca sangat terik, panas sore menerpa kulit putih pria bertubuh tegap saat menjalani tugasnya sebagai security menjaga pintu masuk kilang minyak terbesar di kota kecil saat jam pulang kerja. Lalu lalang, para buruh, karyawan, dan lengkingan serine memberi perintah bahwa waktu aktif kerja telah berakhir untuk berganti shift.

Daus masih tersipu-sipu malu, membayangkan wajah Aline yang sejak tadi menari-nari dalam benaknya.

Aaaagh.... jika Aline masih berada disini pasti aku sudah bahagia dengannya. Pikiran-pikiran nakal itu yang ada dalam benak Daus sebagai pria normal.

Daus sengaja melepaskan pakaian dinasnya karena merasa kegerahan, namun matanya mengarah pada sosok wanita berhijab, bertubuh sintal menghampirinya membawa tas yang berisikan makanan.

"Yani...!? Ngapain dia sampai menyusul kesini?" bisik Daus menghampiri istrinya yang memarkirkan motor matic di pinggir jalan.

Daus menghampiri istri tercinta, sedikit penasaran dan berbisik pelan ketelinga sang istri, menanyakan maksud istri tercinta, "Ibu ngapain kesini? Ayah sebentar lagi pulang!"

Yani membuka helmnya, memberi kesan bahwa dia sangat khawatir akan kesehatan suaminya, "Ibu mau antar ini buat Ayah, takut kalau malam, basi! Karena Ibu sempetin masak pas istirahat siang," jelasnya.

Daus tersenyum, mengusap lembut kepala sang istri, "Ya sudah.... nanti Ayah makan, sekarang Ibu pulang saja deluan. Kasihan Adi.... sebentar lagi Ayah pulang, kok!" jelasnya pelan.

Yani mengangguk manja, bergegas dia menghampiri motor maticnya, menekan tombol starter melajukan kecepatan motor membelah jalan di panas terik matahari yang semakin terasa sangat menyengat.

Kepergian istrinya, Daus memasuki pos security.... membuka box makanan yang di berikan Yani istrinya.

Dari aromanya saja sungguh sangat lezat, bahkan menggugah selera walau perut Daus masih terasa kenyang. Namun, bagi dia.... jika istri sudah bersusah payah membawakan makanan yang sangat menyehatkan, wajib disantap tanpa bersisa.

Daus melahap semua makanan yang diantar kan Yani dengan sangat cepat, bahkan berkali-kali dia sendawa karena kekenyangan, "Aaaah.... alamat nggak makan malam lagi nih. Makan sore jam segini!" tawanya dalam hati menutup box lunch dan meletakkan didekat tas kerjanya.

Daus melanjutkan pekerjaannya, hingga waktu menunjukkan pukul 18.00 waktu setempat untuk security sekelas dia.

Daus orang yang sangat mudah akrab dengan siapa saja. Jiwa sosial yang tinggi, bahkan sangat ramah dengan lawan jenis. Dia selalu di juluki pria yang takut istri, namun baginya istri itu adalah wanita yang harus dihormati dan di sayangi. Bagaimana pun rekan kerjanya mengolok-olok kan dia, wajahnya hanya bisa tertawa dan tersenyum, tanpa mau berdebat.

Hari sudah tampak gelap, Daus menghampiri rekannya untuk memberikan beberapa pengarahan sore itu. Menjaga kilang dari warga setempat yang selalu membuat onar mencuri beberapa pipa yang dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka.

Namun demikian, mereka hanyalah mengerjakan tugas sebagai keamanan di Perusahaan minyak terbesar, yang harus melindungi tempat mereka mencari uang untuk keluarga, sepenuh hati, dengan loyalitas yang tinggi.

Daus memasuki mobil yang biasa dia tunggangi untuk berangkat kerja. Walau terkadang celotehan Yani selalu ada saat dia membawa kendaraan roda empat tersebut, dengan alasan wanita lain akan mendekati suami tercintanya.

Mobil berwarna hitam doff yang sudah di modifikasi lebih rendah tersebut, dia beli dengan menggadaikan SK sang istri sebagai guru yang sudah diakui oleh daerah mereka.

Tak terasa, sepanjang perjalanan Daus hanya memikirkan bagaimana agar cepat tiba di rumah. Rasa rindu pada Yani semakin terasa, bahkan sangat bahagia, tidak seperti jam makan siang tadi. Dia lebih memikirkan istrinya, di bandingkan mengangkat handphone yang bersembunyi, menuliskan nama Aline disana.

"Hmm..... dasar cewek! Di baikin, jadi begini deh. Masak, aku harus ngangkat telpon dia lagi siih? Ini kan sudah jam pulang kantor. Apakah suaminya tidak mengetahui jika dia menghubungi pria lain?" bisik Daus sepanjang perjalanan menuju kediamannya.

Daus mengehentikan mobilnya disalah satu toko roti, sengaja membelikan beberapa roti kesukaan Adi putra kesayangan dan juga Yani.

Wajah Daus tampak seperti kelelahan, bahkan hanya fokus pada satu titik pandangan yang hampa dan kosong. Pikirannya kembali berkecamuk, seolah-olah jiwanya tengah berperang didalam sana.

Seketika Daus yang sudah membayar semua belanjaannya, kembali mengeluarkan uang untuk kembali membayar.

Kasir terlihat sangat bingung, "Maaf Kak, semua sudah dibayar!" kata kasir tersenyum kearah Daus.

Daus mengerenyitkan keningnya, berfikir sejenak, tampak linglung, bahkan bingung, "Hmm.... serius sudah saya bayar? Bukannya saya baru berdiri disini?" tanyanya berfikir.

Kasir tersenyum tipis kearah Daus, mengembalikan uang pecahan 100 ribuan, menatap aneh kearah pelanggan yang sudah biasa mampir di toko mereka.

"Kakak kurang minum air putih kali," goda kasir saat melihat wajah Daus yang masih tampak kebingungan.

Daus hanya tertawa kecil, mengambil uang yang dia kasih, berlalu meninggalkan toko roti.

Saat sudah didalam mobil, Daus mengusap wajahnya sedikit kasar, karena merasa malu ditertawa kan oleh pelayan toko.

Daus menyalakan starter mobil, kembali melaju kencang menuju kediamannya yang terletak lumayan jauh dari tempat dia bekerja.

Sekali lagi, Daus tidak menghiraukan panggilan telepon dari Aline sang mantan kekasihnya. Baginya kali ini Yani adalah istri terbaik yang Tuhan berikan untuknya walau dalam proses perjodohan.

Kisah cintanya yang singkat, membuat Daus menerima Yani melalui Paman dari pihak Almarhum Ibunya yang telah lama meninggal.

Pengenalan singkat, tanpa harus mengetahui bagaimana Keluarga Yani, yang penting Daus menemukan wanita sesuai kriteria dirinya sendiri.

Yani wanita cantik, namun bertubuh sintal, sangat berbeda dengan Aline yang lebih terawat.

Daus kehilangan kontak dengan Aline karena orang tua Aline yang selalu berpindah-pindah tugas, sementara Daus hanya seorang putra daerah yang memiliki ruang lingkup pergaulan hanya sedikit. Pemuda setempat yang terbatas, karena dia tipe laki-laki setia jika sudah merasa nyaman.

Kehadiran sosok Adi juga mampu mengobati kesepiannya, tanpa harus bermain-main diluar sana. Namun, tidak menutup kemungkinan terkadang dia juga sebagi pria nakal yang tahu akan batas.

Posisi jabatan yang sangat lumayan saat ini, membuat dia lebih fokus pada pekerjaannya di bandingkan bermain-main dengan dunia yang berbeda.

Daus memarkirkan mobilnya didepan carport, terlihat Yani sudah tersenyum bahagia menyambut suami tercinta, dengan menggendong Adi bersamanya.

"Ayah mau makan lagi? Atau bagaimana?" tanya Yani mencium punggung tangan Daus sebelum memasuki rumah.

Daus mengecup bibir Yani, berbisik manja seperti bertemu belahan jiwa yang memabukkan, "Makan Ibu dulu boleh nggak?" godanya membuat Yani semakin tersipu malu, tapi tidak mampu untuk menolak, mengangguk pelan, mengusap punggung suami dari belakang.

Mereka memasuki rumah, menitipkan Adi pada wanita yang biasa menjaga putra kesayangan, memasuki kamar, dengan penuh semangat saling membahagiakan satu dan lainnya.

Keringat yang bercucuran semakin memperkuat keyakinan Yani, bahwa Daus suami terbaik. Begitu juga sebaliknya bagi Daus, Yani belahan jiwa yang menjadi pelengkap dalam hembusan nafasnya.

bersambung....

$$$$

My Readers kasih Othor ini dukungan dong, biar up terus setiap hari.

Like

Komen

Terima kasih.

Salam hangat.

☺️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!