My Handsome Rich Husband
hai para penduduk kebun labu, selamat datang di novel keduaku. semoga kali ini juga bisa menjadi hiburan buat kalian yang membacanya, ya...
buat para warga yang baru pindah kemari, di sarankan untuk mampir ke rumahnya mak sama bapaknya Ranu dulu, judulnya SEMESTA RAI.
jangan lupa tinggalkan jejak. like, komentar, vote, hadiah. biar jari lentikku selalu lincah menari di atas keyboard. memberikan kalian hiburan di tengah kepenatan beraktifitas.
Selamat membaca....
...****************...
Bandar Udara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara.
Ranu Prianggoro, seorang konten kreator terkenal yang sedang naik daun itu berjalan dengan susah payah untuk menembus para penggemarnya yang berkerumun seperti semut. Bahkan manajer dan asistennya hampir tidak mampu untuk menghalau dan membukakan jalan untuknya.
Tubuhnya yang tinggi dan atletis dengan di balut kaus berwarna putih ketat, sempurna menonjolkan otot bisep yang membuat para penggemar yang kebanyakan wanita itu berteriak histeris padanya.
Sebenarnya pria 27 tahun itu merasa agak terganggu dan risih dengan keadaaan itu. Namun ia menyadari kalau itu merupakan sebuah resiko dari pekerjaannya.
Karna merasa sesak, Ranu menegakkan tubuhnya yang semula agak menunduk. Ia mengedarkan pandangannya. Dan sejauh mata memandang, ia hanya melihat kerumunan penggemarnya. Ada satu dua orang yang nampak tidak ikut mengerumuni dirinya dan mereka adalah para pria paruh baya yang sangat tidakmungkin menjadi penggemarnya.
Namun, sekali pandangan Ranu terhenti pada seorang gadis yang mengenakan hijab berwarna #emerald yang sedang duduk di gerai roti sambil menenggak botol air mineral.
Perasaan Ranu terusik karna dia satu-satunya gadis yang tidak peduli dengan dirinya. Dan Ranu tidak suka saat ada seseorang yang tidak mengindahkannya padahal dia adalah seorang konten kreator yang terkenal. Bahkan kalangan ibu-ibu saja tergila-gila padanya.
“Ada apa?” Tanya Arnav, manajer sekaligus sahabatnya saat Ranu menghentikan langkahnya.
Ranu menatap ke arah samping dan Arnav mengikuti arah pandangan Ranu.
“Bisa-bisanya dia gak peduli?!” Gumam Ranu geram.
“Kenapa kamu peduli? Sudah, ayo.” Arnav memaksa Ranu untuk kembali melanjutkan perjalanan. Namun Ranu nampak masih tidak bisa mengalihkan pandangannya dari gadis berhijab itu.
Baru setelah keluar dari pintu dan naik eskalator, Ranu mengalihkan pandangannya karna ia sudah tidak bisa melihat gadis itu lagi.
Ranu dan rombongan masuk ke dalam hotel yang ada di bandara tersebut untuk beristirahat. Perjalanan jauh dari kota Semarang yang memakan waktu hampir satu hari karna mereka harus berganti pesawat, membuat Ranu dan rombongan kelelahan. Jadi mereka memutuskan untuk menginap di hotel itu dan akan melanjutkan perjalanan besok pagi.
Sementara Arnav sedang melakukan reservasi, Ranu dan asistennya memilih untuk duduk di sofa yang ada di lobi. Ranu menegakkan punggungnya di sandaran sofa dengan ke dua tangan berada di atas pegangan sofa dan mengetukkan jari-jarinya. Jelas ia sedang kesal karna sesuatu.
“Ris!” Panggil Ranu.
“Ya?” Jawab Haris, asistennya yang langsung mendekati Ranu.
“Bawa gadis yang tadi kemari.” Perintah Ranu.
Haris mengernyitkan keningnya. Ia tidak mengerti gadis yang mana yang di maksud oleh Ranu.
“Gadis? Yang mana?”
“Gadis yang duduk di gerai roti tadi. Apa kamu gak ngelihat?”
Haris memutar bola matanya untuk mengingat-ingat. Tadi ia tidak memperhatikan keadaan sekitar karna ia sibuk membukakan jalan untuk Ranu.
“Cepat pergi ke gerai roti itu dan bawa gadis berhijab emerald itu kesini. Aku harus bertanya sesuatu sama dia.” Usir Ranu.
“Emangnya dia masih ada disana?” Tanya Haris memastikan.
Ranu terdiam dan malah menatap tajam kepada Haris. Membuat pria kurus itu langsung mengangguk dan pergi untuk menjalankan perintah Ranu.
*****
Miara Tisha, nampak tidak peduli dengan keriuhan dari kerumunan orang-orang yang melewatinya di terminal kedatangan. Ia hanya sedang sibuk menikmati roti Yo, roti kesukaannya. Gadis berumur 25 tahun itu bahkan sudah menghabiskan hampir dua buah roti namun ia belum cukup kenyang untuk menghentikan kunyahannya. Jadi ia memesan satu buah roti lagi kepada penjaga gerai.
Mia sama sekali tidak peduli dengan kesibukan yang sedang terjadi di sekitarnya itu. Bahkan penjaga konter rotipun ikut serta dalam euforianya. Bagi Mia, tidak ada yang bisa menandingi kenikmatan roti itu. Apalagi hanya seorang artis, ia sama sekali tidak peduli.
“Ranu!!!!!” Pekik para gadis yang terus berkerumun mengikuti serorang pria tampan yang mengenakan masker. Membuat keadaan semakin riuh saja.
Mia sama sekali tidak mempedulikan kesibukan itu. Ia hanya terus menyuapkan roti rasa kopi itu ke mulutnya dan menyesapi setiap kenikmatan rasanya. Ia bahkan tidak melirik sekalipun kepada artis itu.
Sampai beberapa saat kemudian keriuhan itu berubah menjadi keadaan normal dan ia bersiap untuk memasukkan suapan terakhir roti ke mulutnya sampai ia menghentikan gerakannya saat seorang pria kurus dengan tinggi rata-rata berdiri di hadapannya dan menatap aneh kepadanya.
Mia dan Haris saling menatap lama tanpa menegur ataupun mengeluarkan suara. Hal itu membuat Mia heran setengah mati. Ia hanya ternganga saja menatap Haris dengan roti yang sudah hampir masuk ke dalam mulutnya.
“Kenapa situ ngelihatinnya begitu? situ mau roti?” Ujar Mia sambil menyodorkan potongan roti terakhir itu ke pada Haris.
Tentu saja membuat Haris segera tersadar akan tujuannya datang ke sana. Ia ragu apakah gadis itu yang di maksud oleh Ranu? Bagaimana kalau dia ternyata salah orang? Tapi Ranu tidak peduli, ia tetap akan membawa gadis itu terlepas jika ia benar atau salah.
“Maaf, Mbak. Tapi, bisa minta tolong sebentar?” Ujar Haris.
“Minta tolong Apa?” Tanya Mia setelah memasukkan potongan roti terkahir miliknya kemudian menenggak air putih dalam botol.
“Bisa ikut saya sebentar? Ke hotel yang ada di atas?” Haris menyampaikan maksud tujuannya.
“Apa? Hotel?” Mia terbelalak sambil menyilangkan kedua lengan di depan dadanya. ia menatap Haris dengan tatapan aneh.
“Oh, bukan, bukan seperti itu maksudnya.” Haris segera meluruskan penangkapan salah tentang ucapannya. “Maksud saya, ada seseorang yang pengen ngomong sama Mbak dan dia lagi nunggu di lobi hotel.” Jelas Haris dengan dada yang berdegup kencang. Ia sudah salah berucap kepada gadis itu.
“Siapa?” Mia masih heran kenapa ada yang tiba-tiba mengajaknya ke hotel. Seorang pria pula.
“Nanti Mbak tau kok. Mari...” Ajak Haris dengan nada suara yang sangat sopan.
Setengah heran, setengah takut, Mia mengernyitkan keningnya namun tetap berdiri karna ia penasaran. Sikap sopan Haris meyakinkan dirinya kalau pria itu tidak ada niatan jahat kepadanya.
Mia segera meraih tas jangkatnya yang ia letakkan di kursi di sebelahnya dan berjalan mengikuti Haris di belakang pria itu.
Gadis itu sangat penasaran siapa kira-kira orang yang sangat ingin bertemu dengan dirinya. Dan kenapa orang itu ingin bertemu dengannya? Apakah ia sudah melakukan sesuatu yang merugikan orang lain yang tidak ia sadari? Berbagai pertanyaan muncul di benaknya. Ia ingin bertanya kepada Haris tapi pria itu nampak tidak memiliki jawabannya.
Saat langkahnya sudah mendekati pintu masuk hotel, rasa penasaran Mia berubah menjadi ketakutan. Bagaimana jika orang-orang itu hendak menyakitinya? Dia tidak bisa membela diri dan tidak punya pembela.
Tiba-tiba Mia menghentikan langkahnya tepat di depan pintu lobi.
“Nggak apa-apa, Mbak. dia cuma mau ngomong aja.” Ujar Haris meyakinkan. Pekerjaannya menjadi taruhan disini. Ia bisa mengerti kalau gadis itu merasa aneh dan takut padanya.
-
-
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Dwi ratna
certany ranu dlu y bru ren, aq bcny kebalik deh
2023-05-12
0
💕febhy ajah💕
mampir setelah sekian lama difavoritkan emak bapaknya dah lama dibaca
walaupun bukan otor/novel populer dan masih sedikit yg mengenal tp aku suka ceritanya
2023-05-11
1
Mbah Edhok
Nu ... lebay ... miara itu sama sepertiku, nggak mudah histeris ... eh ... maaf. Lagi menyimak cerita, nggak boleh berisik.
2023-04-06
0