Hotel Bandara.
Ranu, Arnav, dan Haris, mereka sedang bersiap-siap untuk keluar dari hotel. Beberapa saat yang lalu, mereka sudah mendapat telfon dari orang yang akan menjemput mereka yang mengabari kalau sudah ada di depan bandara dan sedang menunggu mereka.
Ranu menunggu di luar sementara Arnav sedang check out di resepsionis hotel. Setelah menyelesaikan semua urusan, mereka langsung berjalan menuruni eskalator. Di depan eskalator, seorang pria berumur 30 an tahun sedang menunggu mereka dan langsung menyambut mereka saat melihat kedatangan Ranu.
“Mas Ranu, selamat datang.” Sambut pria itu yang langsung menyodorkan tangannya.
Ranu segera menyambutnya dengan tersenyum ramah. Begitu juga dengan Arnav dan Haris sambil memperkenalkan diri mereka.
“Saya Fuan, makasih banyak udah bersedia datang, mari, silahkan.” Ajak Fuan.
Ranu segera masuk ke dalam mobil van yang di bawa Fuan. Sementara Fuan membantu Arnav dan Haris membereskan barang-barang mereka dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil. Setelah selesai, Fuan dan yang lainnya segera masuk ke dalam mobil dan mobilpun segera melaju meningalkan area bandara.
“Mas Ranu, semua kebutuhan kalian udah kami persiapkan. Tapi perjalanan kita masih jauh.” Jelas Fuan untuk mengusir keheningan.
“Berapa jam sampainya, Mas Fuan?” Tanya Ranu.
“Besok pagi kita udah sampai. Karna ini perjalanan jauh jadi, silahkan buat diri kalian senyaman mungkin.”
“Berarti semalaman kita di jalan?”
“Lelah ini pasti akan terbayar dengan hal-hal hebat.” Gumam Arnav.
“Maaf saya harus mengatakan ini, tapi apa kalian gak keberatan kalau kita bawa satu orang lagi? Kebetulan adikku juga akan ikut pulang bersama kita.” Izin Fuan.
“Gak masalah.” Jawab Ranu.
*****
Rumah Azizah.
Keluarga Azizah baru saja selesai sarapan, begitu juga dengan Mia. Gadis itu membantu sepupunya itu mencuci piring bekas makan mereka.
“Bukannya kamu ada kelas pagi? Biar aku aja yang nyelesaiinnya.” Tawar Mia kepada Azizah.
Azizah melirik jam dinding yang tergantung di dekat meja makan kemudian tersenyum kepada Mia.
“Okee. Kalau gitu makasih banyak sepupuku tersayang.” Ujar Azizah yang langsung melepas celemek dan menggantungnya di belakang pintu dapur.
Selesai mencuci piring, Mia segera membereskan barang-barangnya. Karna sebentar lagi abangnya sudah datang dan mereka akan segera berangkat pulang.
“Udah selesai beres-beres, kak?” Tanya Azizah saat gadis itu sedang memakai sepatu dan bersiap untuk pergi.
“Udah. Aku gak bawa banyak barang.” Jawab Mia. Ia sudah siap duduk di sofa menunggu kedatangan abangnya.
“Yaudah. Aku berangkat dulu. Doaku hati-hati dijalan ya. Salam sama Abang, maaf aku gak bisa nunggu kalian pergi.” Ujar Azizah merasa menyesal. Ia memeluk erat Mia sambil mengusap punggung dan Mia membalasnya.
Saking lamanya menunggu, Mia sampai merasa bosan. Untungnya ada ibu Azizah yang menemaninya mengobrol ringan. Baru setelah di serang rasa kantuk dan bosan, Mia mendengar suara sebuah mobil yang berhenti di depan rumah seketika rasa kantuknya menghilang. Ia segera berlari untuk membuka pintu dan membukanya. Ia tersenyum saat melihat abangnya turun dari dalam mobil.
“Udah siap?” Tanya Fuan sambil tersenyum.
Mia mengangguk senang dan tersenyum. Kemudian ia dan Fuan berpamitan dengan ibu Azizah dengan mencium tangan wanita paruh baya itu.
Tidak lupa, doa baik menyertai kepergian Fuan dan Mia. Ibu Azizah juga menitipkan sedikit oleh-oleh untuk kakaknya yang merupakan ayah Fuan dan Mia.
Mia sama sekali tidak menyadari kalau ada beberapa pasang mata yang terbelalak melihatnya tidak percaya dari dalam mobil.
Mungkin saking senangnya karna sudah tidak sabar untuk bertemu dengan ayah dan ibunya, sampai-sampai Mia langsung saja membuka pintu belakang yang berada tepat di samping Ranu.
Untuk sesaat baik Mia maupun Ranu hanya bisa mematung saling terkejut. Mia terkejut dengan penampakan pria menyebalkan kemarin yang sedang ada di dalam mobil. Sedangkan Ranu terkejut karna gadis itu langsung membuka pintu tanpa aba-aba terlebih dahulu padahal ia sedang fokus dengan ponselnya.
“Apa ini? Kenapa kamu ada disini?” Tanya Mia heran.
“Ah, abang lupa. Mereka ini tamu abang. Khusus datang buat promosikan daerah kita” jelas Fuan. Mia melirik abangnya tidak terima.
Fuan hanya mengernyit heran kenapa ia mendapat tatapan setajam itu dari adiknya
“Aku...” Ranu tidak sempat menyelesaikan kalimatnya karna Mia segera menutup pintu mobil dengan kasar. “Apa-apaan dia itu?” Dengus Ranu kesal. Ia sebal karna gadis itu sama sekali tidak menghormatinya.
Dengan perasaan kesal Mia langsung beralih menuju ke depan dan duduk di samping kemudi. Dan Fuan segera menyusul adiknya itu duduk di depan kemudi.
“Perkenalkan, Mas Ranu. Ini adik saya, Miara Tisha. Panggil aja dia Mia.” Fuan memperkenalkan mereka semua. Ia tidak tau bahwa sebuah kejadian sudah mengenalkan mereka.
Ranu nampak melirik ke kaca spion kemudian melengos tidak peduli.
“Salam kenal, Mia. Aku Arnav, maaf atas kejadian yang gak ngenakin kemarin.” Arnav menimpali.
“Kejadian? Kejadian apa?”
“Ada, aku ketemu orang yang haus ketenaran plus narsistik.” Gumam Mia geram.
“Apa? Haus ketenaran katamu?” Ranu tidak terima. Ia merasa tersindir dengan ucapan Mia.
“Itu kan bener? Jadi apa kamu udah berobat? Sakitmu itu?” Lagi-lagi Mia mengetuk ujung pelipisnya. Ia menegaskan kalau penyakit itu ada di dalam kepala Ranu.
“Kamu!” Hardik Ranu. Hampir saja ia menarik hijab yang di kenakan Mia kalau saja Arnav tidak segera mencegahnya.
Walaupun bingung dengan situasinya, namun Fuan tetap melajukan mobilnya meninggalkan rumah Azizah. Sebelumnya mereka berpamitan untuk yang terakhir kalinya kepada ibu Azizah.
Setelah mobil melaju, tidak ada seorangpun yang bersuara, terlebih Mia. Ia lebih memilih untuk mengalihkan wajahnya menatap ke luar jendela. Berada di dalam satu mobil bersama pria aneh menyebalkan itu membuat Mia tidak bernafsu melakukan apapun.
“Kayaknya kalian udah saling mengenal. Kalian pernah ketemu dimana?” Tanya Fuan. Ia bosan dengan keadaan mobil yang sepi karna tidak ada yang bersuara. Padahal hari sudah menjelang malam dan matahari sudah kembali ke peraduannya.
“Ketemu di Bandara kemarin, Mas.” Arnav yang menjawab.
“Ooh. Kebetulan banget ya.”
“Bang nyalain musik dong. Biar gak sepi.” Ujar Mia yang langsung menghidupkan pemutar musik di dalam mobil.
Mia memutar lagu-lagu ost drama dan lagu-lagu korea kesukaannya. Tidak jarang dia ikut bernyanyi juga untuk mengusir sunyi dan rasa bosan. Tidak peduli dengan suaranya yang cempreng. Yang penting menurutnya bagus terdengar di telinganya.
“neoman... Neoman.. Neoman.. Saranghaetdooon.... Naui jeonbuyeoseotdon..... Neol apeuge haeseo Mianhae... Mianhae... Dasi toragalsu objiman.. Nan neoman.. Nan neoman.. Nan neomaaaaannnnn.....”
Sepasang mata milik Ranu selalu menatap tajam dari kursi belakang. Ia ingin mencoba tidur tapi tidak bisa karna terganggu dengan suara yang seperti jeritan malaikat maut itu. Merusak gendang telinganya saja. Ia hanya bisa mengepalkan tangannya dan mencoba bersabar dengan cobaan mematikan itu.
-
-
-
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
울산소주
💃💃💃💃
🤣🤣🤣🤣
2022-11-02
0
Pia
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-10-23
0
Pia
🤭🤭🤭🤭🤭😒
2022-10-23
0