#"Sayang, apa harus kita ungkapkan sekarang?" David berkata pelan pada istrinya.
"Tidak, aku belum siap!" Ayu meninggalkan ruangan dimana anak-anak sedang bahagia dengan pertemuan mereka.#
*
Keesokan harinya, aku sudah bersiap untuk mendaftar di kampus yang dipilih Papa dan Mama. Aku sedikit berdandan agar tak terlalu polos di lihat calon mahasiswa yang lainnya, lagi pula aku sudah besar, 18 tahun.
"Kau berdandan cantik sekali." Radit menatapku dari atas hingga kaki.
"Tentu saja, apakah tidak malu mengantarkanku jika aku terlihat jelek." jawabku tak peduli dengan tatapan dinginnya. Radit hanya menatap jengah.
"Tunggu sebentar, aku berjanji tidak akan lama!" aku meninggalkan Radit di halaman kampus sendirian. Dia tak menjawab, hanya memakai kacamata dan menyandar di mobil.
Tak sampai satu jam, aku sudah keluar dengan senyum hangat melihat adikku yang tampan masih setia menungguku. Dia terlihat keren sekali walaupun masih 17 tahun tubuhnya sudah terbentuk sempurna dengan kulit yang putih bersih seperti Mama.
"Ayo pulang." Aku berdiri di belakangnya.
Radit menoleh lalu membukakan pintu untukku. Dia selalu memperlakukan aku seperti itu.
"Radit ini bukan jalan pulang, kita akan kemana?" tanyaku penasaran.
"Kita kekantor, aku ingin tau pria yang suka memperhatikan wajahmu itu." jawabnya datar. Biarkan saja, toh aku juga membenci pria itu.
Hingga tiba di kantorku, Radit membukakan pintu untukku dan segera masuk ke dalam.
"Selamat siang Nona Zahira." Pria itu sudah menungguku. Aku berlalu tanpa menjawab masuk keruanganku bersama Radit.
"Kau harus mengerjakan ini hari ini, dan jangan melakukan kesalahan." ucapnya menatap sejenak wajahku. Tentu saja Radit tak akan membiarkan sendirian.
Radit membacakan, dan mengoreksi pekerjaanku, memang Radit memiliki kecerdasan luar biasa. Itu membuat pria tua itu memperhatikan kami berdua. Terlebih lagi saat Radit meletakkan tangannya di kursi yang ku duduki, pria itu terlihat tak suka.
"Apa sudah selesai?" tanyanya lagi.
"Sudah!" kali ini Radit yang menjawab. Radit menyerahkan kertas yang ku print untuk di periksa oleh pria yang sangat pintar mengendalikanku itu.
"Bagus." ucapnya kemudian.
"Apa aku boleh pulang?" tanyaku, karena aku sangat bosan dan ingin beristirahat dirumah, apalagi jika ada Radit. Aku suka menghabiskan waktu dengannya.
"Setelah jam kerja." jawabnya singkat. Itu membuatku jengah.
Sudah satu jam tak memiliki kesibukan apapun, aku keluar meninggalkan ruangan. Melihat kesana kemari memperhatikan setiap isi dari kantorku ini. Mataku berhenti di salah satu ruangan yang bertuliskan DIREKTUR.
Aku penasaran dan mencoba masuk kedalam, belum sempat aku melangkah membuka pintu Papa sudah keluar dari ruangan itu.
"Papa!" ucapku terkejut, dan sepertinya Papa juga sangat terkejut.
"Sayang!" Papa terlihat terburu-buru menutup pintu. Aku jadi penasaran apa yang disembunyikan Papa di dalam sana. "Ayo kita makan siang!" ajaknya.
"Aku ingin masuk Papa." Aku mendorong bahu Papa dan membuka pintu, tapi Papa tetap menahan ku.
"Sayang jangan masuk, ruangannya berantakan." Papa terlihat mencurigakan.
"Apa yang Papa sembunyikan? atau Papa sedang bersama wanita!" aku menatap tajam padanya.
"Tidak, sumpah Papa tidak sedang bersama wanita." jawabnya gugup.
"Ya sudah." jawabku. kali ini Papa tidak bisa lagi menghalangiku. Aku masuk terburu-buru berharap menangkap seorang wanita yang di sembunyikannya dan menghajarnya bila perlu.
Bersih
Rapi
Aku menemukan kenyamanan di dalam ruangan ini, seketika langkahku terhenti saat aku melihat ada foto wanita berhijab terpajang di meja Direktur. Di situ tertulis nama yang cantik Revalia Az-Zahra. Semakin ku dekati foto itu semakin aku penasaran seolah aku mengenalnya, tapi dimana? Ah aku jadi bingung.
"Zahira!" suara Radit memanggilku. Membuatku menoleh pintu. "Zahira ayo kita pulang." Radit membuka pintu dan memintaku keluar. Seperti biasa aku menurutinya dan segera meninggalkan ruangan itu.
"Radit, aku melihat foto perempuan berhijab di ruangan itu." aku bercerita meluapkan penasaranku pada Radit.
"Benarkah, lalu?" ucapnya seperti tidak terlalu menanggapi.
"Dit, aku penasaran." aku sedikit merengut.
"Untuk apa, itu foto kakaknya Mama." Radit menjelaskannya seakan sudah tau banyak hal.
"Berarti kakaknya Mama seorang Direktur." tanyaku lagi menatap Radit yang fokus menyetir.
"Hemm" jawaban yang sangat singkat.
Aku jadi penasaran dan memikirkan banyak hal, hari-hariku di kantor benar-benar sudah merubahku. Tadinya aku sangat malas berfikir dan ingin hidup tenang, tapi semenjak belajar bekerja aku jadi banyak pikiran. Sungguh aku sangat lelah, lebih baik aku tidur saja.
Aku terbangun setelah adzan ashar berkumandang, ku lihat sekelilingku, aku sudah ada di dalam kamarku. Sudah pasti Radit yang menggendongku, aku jadi tersenyum sendiri membayangkan Radit menaiki tangga.
Sholat yang begitu hikmat, aku menunaikan ibadah ku di dekat jendela di mana angin bisa menerpa mukena ku. Seakan Allah sedang menyapa dengan penuh kasih sayang.
"Sayang, Radit bilang kau belum makan siang." Mama masuk kedalam kamarku. Duduk di ranjangku sambil menatap wajahku seperti tak ingin berpaling.
"Ma," Panggilku mendekati Mama.
"Iya, ada apa sayang?" Mama mengelus bahuku.
"Tadi aku melihat foto wanita berhijab di kantor Papa. Dia sangat cantik, namanya Revalia Az-Zahra. Apa dia kakaknya Mama?" tanyaku pelan.
Mata Mama sudah berembun, ada banyak kesedihan di sana. "Iya." jawabnya.
"Kapan dia meninggal?" tanyaku lagi.
"Sudah sangat lama, sekitar 17 tahunan lebih." ucapnya menahan air mata.
"Apa aku sempat mengenalnya?" aku sedikit tersenyum tak percaya. Tapi malah membuat Mama menangis, terisak sedih sekali.
"Mama, maafkan aku." aku sangat menyesal karena sudah banyak bertanya padanya, dan pada akhirnya Mama meninggalkan aku keluar menuju kamarnya. Mama pasti sedang menangis di sana.
Aku turun kebawah menuju meja makan, ku lihat di ruangan keluarga dan ruangan yang lain tapi tidak menemukan Mama. Aku duduk sendirian menopang dagu, sungguh tidak bermaksud membuat Mama bersedih.
Radit meraih tanganku yang sedang menopang dagu. "jangan melamun, Ayo makan." Radit mengambilkan makanan untukku. Tak mungkin aku menolaknya, entah kenapa setiap kali Radit melakukan sesuatu untukku aku selalu akan menurutinya.
"Apa perlu aku suapi." tanya Radit lagi melihat wajahku dari dekat.
"Tidak, aku akan makan sendiri." Perlahan menyuapkan nasi ke dalam mulutku. Perutku memang sudah sangat lapar sehingga tak terasa aku menghabiskan makanannya.
"Lagi?" Radit dengan setia melayaniku. Sumpah demi apapun aku merasa sangat spesial didalam keluargaku ini.
"Tidak, aku tidak ingin gendut." jawabku.
"Tidak masalah sedikit gendut, aku masih kuat menggendongmu." Radit menyindirku karena tadi tidur di mobil.
"Aku tidak ingin gendut. Aku harus tetap cantik agar segera mendapatkan calon suami yang tampan, jadi biar suamiku saja yang bekerja." Jawabku masih tentang bekerja.
"Tampan seperti apa?" Radit bertanya tanpa menatapku.
"Sepertimu saja sudah membuatku sangat beruntung." jawabku putus asa mengingat pria berjenggot yang di jodohkan Papa
Radit menatapku sangat lama, sedikit senyum terukir di bibir merahnya seolah dia menemukan sesuatu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 301 Episodes
Comments
NNM
ada 🌹🌹 buat ka dayang rindu
2022-12-21
0
NNM
so sweet bgt km dit
2022-12-21
0
NNM
mencurigakan sekali thor siapa ya?
2022-12-21
0