"Kan ada Radit Mama. Dia lebih cocok di jadikan CEO. Pintar, tangguh, gagah dan tampan. Itu keren sekali!" aku sangat bahagia membayangkannya.
Mama menatap wajahku penuh selidik. "Kau mengagumi adikmu yang bandel itu." ucapnya dingin.
"Tentu saja. Dia selalu menjagaku, walaupun terkadang sangat keterlaluan." aku berbalik memeluk Mama, sambil memejamkan mata. Dipangkuan Mama aku selalu tertidur dengan pulas. Sementara Mama tampak tertegun masih memikirkan jawabanku tentang Radit. Aku memang mengaguminya, ketampanannya memang di atas rata-rata.
*
Hari ke tiga ku di rumah, pagi ini Papa dan Mama sudah bersiap untuk sarapan. Aku turun dengan hijab sederhana seperti yang Mama minta, aku harus selalu mengenakan hijabku.
"Hay sayang, duduklah kita sarapan." seperti biasa Papa selalu memperhatikanku, sikapnya selalu penuh kasih sayang.
"Zahira sayang, hari ini kau ikut Papa ke kantor untuk belajar bisnis." Mama berucap sambil tangannya mengisi makanan ke dalam piringku.
"Tapi bukankah aku harus belajar untuk bersiap masuk kampus Mama?" aku mencoba mencari alasan untuk tidak ikut kekantor jika harus belajar bisnis, sungguh aku tidak suka.
"Tidak Zahira, kau akan ke kampus Minggu depan itu juga baru mendaftar." membuatku tak bisa berkutik.
"Hari ini Papa akan ke kantor kontraktor milikmu. Kau harus belajar di sana!" Papa juga tidak membelaku kali ini. Oh tuhan, entahlah apa yang akan terjadi hari ini.
"Aku bersiap dulu Papa." aku menyudahi sarapanku dan segera mengganti baju.
"Tapi sarapanmu belum habis sayang." Mama melihat piringku lalu padaku.
"Tak apa, nanti Papa belikan makanan yang kau suka jika sudah di kantor." Papa merayuku dengan tulus.
Tiba di kantor Kontraktor yang di sebut Papa adalah milikku, aku menyukainya. Sebagian pegawai menyambutku dengan hangat dan tatapan rindu. Ah seperti mereka sangat merindukanku, apa Papa sudah memberitahu tentang kedatanganku?.
"Selamat datang nona?" begitu mereka bergantian menyapa.
"Sayang kau ikut Papa rapat." Papa memintaku untuk mengikutinya. Langkahku ini sangat malas untuk masuk kedalam sana.
"Selamat datang nona!" Para pria dan wanita berjas itu menyambutku dengan senyum manis dan hormat.
"Terimakasih" jawabku sedikit kaku.
Papa memulai rapat dan memperkenalkanku sebagai pemilik yang baru, dia mengatakan aku akan memimpin setelah aku belajar untuk beberapa waktu dan tentunya aku harus kekantor sesering mungkin.
Mataku berhenti ketika menatap seorang yang sedang memandangiku dengan kagum. Pria itu lagi, Kenapa dia ada di kantor ini bukankah ini milikku?" begitu aku berfikir dan rasanya aku mulai lelah. Baru berapa menit aku masuk di kantor ini aku sudah harus berpikir, itu sangat tidak menyenangkan.
"Aku yang akan membimbingmu nona Zahira." Ucap pria tua itu dengan senyum manis di wajahnya. Sesaat setelah rapat di bubarkan dan yang tersisa hanyalah beberapa orang saja.
"Papa, aku tidak mau belajar bisnis dengannya. Bukankah Radit akan kembali dan dia akan memimpin di sini." aku mencoba merayu Papa.
"Sayang, Radit akan memimpin perusahaan yang di pegang Mamamu." Papa meyakinkan aku.
"Tapi Papa, aku tidak suka." jawabku lagi.
"Zahira sayang. Papa mohon cobalah." Papa menatapku dengan lembut.
"Kalau begitu aku akan menikah dengan seseorang yang bisa memimpin perusahaan ini dengan benar, jadi aku tidak perlu bekerja." Aku mencoba menggertak Papa.
"Baiklah, Papa akan menjodohkan mu dengan salah satu orang kepercayaan Papa. Dia pintar, hebat dan handal untuk memimpin perusahaanmu ini."
"Aku setuju." aku menjawab tanpa berfikir lagi. Sudah pasti Papa sangat terkejut, sampai Papa memegang dadanya. Apa Papa sakit jantung? Pikiranku mulai berguna.
"Kau akan menikah dengannya!" tiba-tiba pria yang sering menatapku itu memberikan foto seseorang yang sudah dewasa sekali dan memiliki jenggot serta bulu lain memenuhi wajahnya. Tentu saja nyaliku menciut menatap wajah yang menyeramkan. "Bagaimana pak David anda setuju jika dia menjadi menantumu?" tanyanya lagi.
"Tidak, tidak. Aku tidak jadi menikah muda." aku membatalkan ucapanku. Sepertinya pria itu sedang tersenyum penuh kemenangan. Di ikuti nafas lega dari Papa tentunya.
"Baiklah, belajarlah bekerja." Papa sudah tidak ingin berdebat denganku dia memilih keluar lebih dulu.
*
Malam hari aku merasa sangat lelah, aku benci sekali membayangkan pria berjenggot itu. Seandainya Papa menjodohkanku dengan yang lebih tampan, aku pasti tidak perlu bersusah payah bekerja. Aku mengingat sesuatu!
"Assalamualaikum Radit." aku merindukan perlindungan dari adikku yang tampan itu.
"Wa'alaikum salam Zahira." suaranya terdengar enak sekali.
"Radit, aku menyesal pulang ke sini. Papa memintaku untuk belajar bisnis dikantornya, aku tidak suka." aku mengadu padanya.
"Ikuti saja, itu untuk kebaikanmu Zahira." jawab Radit.
"Tapi aku tidak suka, bukankah ada kau yang akan memimpin nantinya, lagi pula aku tidak mau belajar dengan pria tua yang selalu memperhatikan wajahku." aku masih meminta pembelaan darinya.
"Aku akan pulang minggu depan!" jawabnya dingin. Entah apa yang membuatnya berubah pikiran. Aku masih menatap ponsel yang ku genggam dengan tak percaya, Radit sudah memutuskan sambungannya tanpa salam.
*
Satu Minggu sudah berlalu, hari-hari yang ku lalui sangat membuatku tertekan. Pria tua itu selalu menyuruhku untuk membuat ulang laporan yang di sampaikan sekretarisku, bukankah itu hanya membuang waktu?
"Aku lapar!" ungkapku padanya. Karena memang aku tak sempat sarapan.
"Aku pesankan makanan, kau mau makan apa?" Tanyanya melihat kearah ku.
"Aku ingin Ayam goreng yang memakai tepung tradisional. Tidak mau yang tepung biasa." Jawabku seenaknya, karena aku tidak menyukai pria itu.
"Dimana harus mencarinya? Permintaanmu menyulitkan anak buahku." ucapnya melirikku sedikit.
"Di Warung pinggir jalan." jawabku acuh. Pria itu menghembus nafas kasar tapi tidak membantah. Hingga beberapa saat pesananku sudah datang. Benar saja Ayam tepung bumbu kuning yang lezat.
"Terlalu lama di Malaysia membuat selera makanmu seperti Upin Ipin!" ucapnya menatapku dengan senyum sinis.
"Aku menghentikan gigitanku sejenak. Kalau kau mau bilang saja!" jawabku melanjutkan aktivitas makan yang sangat enak menurutku. Pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya.
Akhirnya aku melewati hari-hari menyebalkan ini. Pukul 17:20 Aku sedang menatap keluar jendela kamarku. Tampak sebuah mobil berhenti di depan rumah dan seorang pria tampan turun dengan gagah.
"Radit!" seruku, walau tak mungkin di dengar olehnya. Aku berlari secepat mungkin menuruni anak tangga hingga kaki ku berhenti di dua urutan terakhir. Radit sedang memeluk Mama dan mencium tangan Papa.
Hingga ia melihatku sudah berdiri di ujung tangga, Radit melepaskan pelukan Papa dan mendekat ke arahku. Langkahnya yang pelan dan menatap tajam padaku, membuatku membeku tak bergerak atau bersuara.
Semakin dekat dan, 'tuiingg...' Dia tersenyum tepat mendongak di hadapanku. Aku langsung tertawa dan menjatuhkan diri memeluknya hingga membuat Radit mundur selangkah karena menahan tubuhku.
"Akhirnya kau datang." ucapku penuh semangat. Itu hanya di balas senyum manis diwajahnya.
Tak kusadari Papa dan Mama memandangi kami dengan tatapan tidak percaya. Dan untuk kesekian kalinya, Papa memijat kening yang luas itu mirip seperti lapangan bola.
*
*
*
Hai. . ini Novel lanjutan dari Novel pertamaku yang berjudul "Jodoh Pilihan Untuk Reva" silahkan di baca biar komplit ceritanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 301 Episodes
Comments
NNM
di jodohkan sm cucunya kali tp poto kakEknyayg di kasih
2022-11-17
1