Rasidha Bidadari Bermata Bening

Rasidha Bidadari Bermata Bening

Bab 1 - Pil pahit

Sepasang suami istri yang saling menguatkan, mengenai rahasia yang sudah tersimpan selama belasan tahun, seorang pria yang masih tampan di usianya yang sudah tidak muda lagi menggenggam tangan istri sholehahnya. "Apa yang membuatmu cemas, suamiku?" 

"Aku sangat mencemaskan putri kita, Rasidha." Sahut Zaid yang membalas menggenggam tangan sang istri. 

"Kita akan membicarakan ini setelah waktunya tiba, walau bagaimanapun juga dia harus mengetahui kebenaran itu." 

"Bagaimana jika dia membenciku? Aku tidak bisa menahan rasa kebencian di mata putriku untukku." Zaid meneteskan air mata, dia sangat menyesal dengan kekejaman dan juga kebengisannya dulu. Seorang mantan militer tentara Israel yang begitu memusuhi umat muslim di negara Palestina, membunuh tanpa ampun dan pandang bulu. Tapi, hidayah menghampirinya saat anak dari orang tua yang dia bunuh membuka mata hatinya yang begitu buta, ditambah lagi dengan pertemuannya dengan Suci, wanita yang menjadi relawan di negara itu.

"Memang cukup sulit untuk mengatakannya, dia harus menerima kenyataan pahit ini. Aku selalu berdoa, agar Rasidha bisa memahamimu yang sangat mencintainya." Tutur Suci yang berkata sangat lembut.

Zaid sudah jenuh dengan sorban yang menutupi wajah, hanya menyisakan bagian mata biru yang tampak. Segera dia melepaskan sorban dan melemparnya sembarang arah. "Aku tidak akan bisa menatap mata Rasidha yang penuh kebencian, akulah pembunuh keluarganya dan aku juga bertanggung jawab mengenai dirinya. Anak itu telah merubah sisi pandang yang buruk dan mendapatkan hidayah dengan memeluk agama Islam." Begitu banyak kecemasan yang selama beberapa hari mengganggu pikiran dan juga hatinya. 

"Serahkan semuanya kepada Allah subhanallah ta'ala." 

Tanpa mereka sadari, jika seseorang mendengar segalanya. Bahkan tungkai kaki yang tidak sanggup menopang tubuhnya, kenyataan yang tidak pernah diketahui. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat, menangis dalam diam. Dia segera meletakkan teko yang baru saja diisi, takut jika dirinya ketahuan. Rasidha tak menyangka dengan apa yang baru saja dia dengar, sebuah rahasia yang selama ini ditutupi oleh kedua orang tua angkat yang selalu dianggap seperti orang tua kandung. Gadis berkerudung biru yang menangis mendengar kenyataan sangat memilukan hati, membayangkan kenangan dan kehangatan sebuah keluarga. "Apa kesalahanku? Sehingga tidak mengenali dengan siapa aku tinggal." Batinnya yang menutup mulut menggunakan kedua tangannya.

Ya, Rasidha merupakan anak yatim piatu dari pasangan yang tinggal Palestina. Pertempuran antara dua negara yang masih bentrok hingga sekarang masih membekas di hati walau dia sudah berumur dua puluh dua tahun. Seorang pria bersorban membawanya ke yayasan perlindungan anak-anak dan menjadi tempat pengungsian. Hidup yang begitu memilukan dan pil pahit harus ditelan saat berusia lima tahun. Dia melihat tentara Israel yang membantai kedua orang tuanya tepat di hadapan mata. Sampai sekarang trauma akan Israel dan juga militer membuatnya gemetar hebat, berkeringat dingin, dan juga wajah pucat pasi. 

Dia segera meninggalkan pintu kamar kedua orang tua angkatnya menuju kamar, berjalan gontai saat kebenaran ada di depan mata. Kepercayaan dan semua kasih sayang ternyata hanyalah dusta, semua terlihat fatamorgana. Rasyidha menutup pintu kamar dan perlahan menyusut, duduk memeluk kaki dan menenggelamkan wajah. "Ya Allah...ya Tuhanku, jadi ini alasan mengapa ayah menyembunyikan wajah di balik sorban?" Mengapa kenyataan begitu pedih?" batinnya yang menangis dengan tersedu-sedu, sebuah fakta mengejutkan yang selama ini disimpan rapat oleh Zaid, ayah angkatnya.

Dia tidak ingin berlarut- larut dalam kesedihan, segera berdiri dan mengambil wudhu. Membentangkan sajadah dan ingin mengadu kepada sang Rabb yang menentukan takdirnya. Waktu sepertiga malam tidak dilewatkan dengan sia-sia, melaksanakan sholat tahajud untuk mencari ketenangan dirinya. Menadahkan tangan setelah mengucap salam, dan berdzikir terlihat dulu, mengagungkan nama tuhan begitu menentramkan hatinya, perasaan kecewa yang mendalam sedikit terobati. 

Rasidha mengangkat kedua tangannya, berdoa untuk kedua orang tua dan juga dirinya. "Ya Allah, mengapa baru sekarang hamba mengetahui kebenaran mengenai identitas Ayah? Seorang ayah yang selama ini aku banggakan. Selama tujuh belas tahun hamba terjebak, ayah Zaid yang memberi hamba cinta dan juga kasih sayang berlimpa merupakan mantan komandan militer tentara Israel. Hamba masih mengingatnya dengan jelas, wajah pria yang selama ini hamba panggil dengan sebutan ayah. Seorang pria yang menutupi wajah dengan sorban adalah pembunuh kedua orang tua kandungku. Bimbing hambamu ini dengan jalan yang benar. Aamiin." 

Rasidha kembali membuka mukenanya dan menggantungnya kembali, tapi kesedihan tidak bisa hilang. Ingatan tujuh belas tahun silam, peperangan antara Israel dan Palestina merenggut keluarganya. Kemarahan saat melihat kedua orang tuanya dibunuh oleh komandan tentara militer Israel yang begitu kejam dan juga bengis. 

Cairan bening yang membasahi pipi terus saja mengalir tanpa henti, dia berdzikir semampunya hingga mata kembali terkatup. 

Di pagi hari, seperti biasa keluarga itu menyantap sarapan pagi dengan memakan roti yang diolesi selai. "Ini Sayang, makanlah." Suci meletakkan dua lembar roti yang sudah diolesi krim kesukaan anak bungsunya, selai coklat. 

Rasidha tampak tidak bersemangat, dapat diketahui dengan sangat mudah. "Kenapa Kakak terlihat murung? Apa tidak menyukai roti itu?" ucap seorang pria remaja yang baru berusia 15 tahun yang penasaran. 

"Aku tidak lapar."

"Eh, kenapa matamu bengkak? Apa habis menangis?" Zaid menyadari ada yang tidak beres dengan putrinya, dia hendak memberikan simpati dari seorang ayah. Tapi, Rasidha menolak dan menjauh.

"Aku tidak apa-apa, ini karena aku membaca novel sedih." Ujar Rasidha yang berbohong.

"Baiklah."

"Apa rencanamu kedepannya, Sayang? Ingin mengolah toko kue milik Ibu atau membantu urusan kantor?" Suci memecahkan kecanggungan yang terjadi di meja makan.

"Aku belum siap untuk menjalankan bisnis, aku ingin menuntut ilmu." 

"Kakak mau kuliah lagi? Apa itu masih belum cukup? Kakak baru saja selesai kuliah di Kairo dan sekarang ingin pergi lagi?" protes Azzam, anak kandung Suci dan Zaid. Pria yang sangat menyayangi kakaknya dengan sepenuh hati, tidak akan pernah membiarkan apapun terjadi.

Cukup berat dengan orang-orang yang selama ini memberinya kasih sayang yang berlimpah, tidak tega untuk meninggalkannya. "Tenang saja , aku telah memikirkannya."

"Apa?" tanya Zaid penasaran.

"Aku ingin menuntut ilmu, bukankah menuntut ilmu sangatlah penting? Ini tidak akan jauh, hanya ke pesantren milik paman Doni." 

"Berapa lama kamu disana, Nak?" Suci sangat terkejut dengan keputusan dari anak gadisnya itu, padahal Rasidha baru saja pulang dari Kairo dan sekarang ingin pergi lagi. 

"Setelah aku siap," sahut cepat Rasidha yang ingin menjauh dari masalah, menenangkan pikirannya dengan cara pergi ke pesantren milik keluarga Aisyah yang dikelola oleh kakak dari ibu angkatnya, lebih tepatnya pamannya. 

"Maaf, aku harus pergi dan berharap bisa menyelesaikan masalah ini. Aku ingin mencari jawaban, dan maafkan aku ayah…ibu." Batinya yang terlihat sedih.

Terpopuler

Comments

Mawar Liasari

Mawar Liasari

ga dilanjutin thor

2022-12-28

0

Dapur Ibu

Dapur Ibu

mampir pulak ke sini thor.

2022-12-21

0

tata 💕

tata 💕

aku mampir thor
masih penasaran sm cerita pemeran pembantunya di TLA
semangat thor

2022-08-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Pil pahit
2 Bab 2 - Memutuskan ke pesantren
3 Bab 3 - Kehangatan keluarga
4 Bab 4 - Rumah kedua
5 Bab 5 - Ustadz berparas tampan
6 Bab 6 - Histeris
7 Bab 7 - Penjelasan Aisyah
8 Bab 8 - Kondisi Zaid drop
9 Bab 9 - Saling memaafkan
10 Bab 10 - Menerima masa lalu
11 Bab 11 - Acara tahunan yang berunjung
12 Bab 12 - Dia pria yang menyebalkan
13 Bab 13 - Hitam dan putih
14 Bab 14 - Menerima lamaran
15 Bab 15 - Di sungai
16 Bab 16 - Sepakat
17 Bab 17 - Awal perpisahan
18 Bab 18 - Meninggalkan pesantren
19 Bab 19 - Jatuhnya harga diri perampok
20 Bab 20 - Latihan memanah
21 Bab 21 - Di kampus
22 Bab 22 - Justin
23 Bab 23 - Felix?
24 Bab 24 - Rencana jahat
25 Bab 25 - Ustadz Afif mulai posesif
26 Bab 26 - Tindakan nekat
27 Bab 27 - Di sekap
28 Bab 28 - Kecemasan Afif
29 Bab 29 - Paksaan Felix
30 Bab 30 - Masuk islam
31 Bab 31 - Peringatan wanita paruh baya
32 Bab 32 - Pernikahan
33 Bab 33 - Ternyata aku sangat terlambat
34 Bab 34 - Ujian bertubi-tubi
35 Bab 35 - Sikap Rasidha yang berubah
36 Bab 36 - Gagal
37 Bab 37 - Sayur bening
38 Bab 38 - Jus kadaluarsa
39 Bab 39 - Perang membawa berkah
40 Bab 40 - Usaha ilegal Felix
41 Bab 41 - Gagal kabur
42 Bab 42 - Tamparan Felix
43 Bab 43 - Nasib sial
44 Bab 44 - Bebas
45 Bab 45 - Kedatangan Amayra
46 Bab 46 - Keputusan Rasidha
47 Bab 47 - Pertemuan Rasidha dan Afif
48 Bab 48 - Kembali diculik
49 Bab 49 - Felix beraksi
50 Bab 50 - Hilangnya kesucianku
51 Bab 51 - USG
52 Bab 52 - Palang merah
53 Bab 53 - Hamil
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Bab 1 - Pil pahit
2
Bab 2 - Memutuskan ke pesantren
3
Bab 3 - Kehangatan keluarga
4
Bab 4 - Rumah kedua
5
Bab 5 - Ustadz berparas tampan
6
Bab 6 - Histeris
7
Bab 7 - Penjelasan Aisyah
8
Bab 8 - Kondisi Zaid drop
9
Bab 9 - Saling memaafkan
10
Bab 10 - Menerima masa lalu
11
Bab 11 - Acara tahunan yang berunjung
12
Bab 12 - Dia pria yang menyebalkan
13
Bab 13 - Hitam dan putih
14
Bab 14 - Menerima lamaran
15
Bab 15 - Di sungai
16
Bab 16 - Sepakat
17
Bab 17 - Awal perpisahan
18
Bab 18 - Meninggalkan pesantren
19
Bab 19 - Jatuhnya harga diri perampok
20
Bab 20 - Latihan memanah
21
Bab 21 - Di kampus
22
Bab 22 - Justin
23
Bab 23 - Felix?
24
Bab 24 - Rencana jahat
25
Bab 25 - Ustadz Afif mulai posesif
26
Bab 26 - Tindakan nekat
27
Bab 27 - Di sekap
28
Bab 28 - Kecemasan Afif
29
Bab 29 - Paksaan Felix
30
Bab 30 - Masuk islam
31
Bab 31 - Peringatan wanita paruh baya
32
Bab 32 - Pernikahan
33
Bab 33 - Ternyata aku sangat terlambat
34
Bab 34 - Ujian bertubi-tubi
35
Bab 35 - Sikap Rasidha yang berubah
36
Bab 36 - Gagal
37
Bab 37 - Sayur bening
38
Bab 38 - Jus kadaluarsa
39
Bab 39 - Perang membawa berkah
40
Bab 40 - Usaha ilegal Felix
41
Bab 41 - Gagal kabur
42
Bab 42 - Tamparan Felix
43
Bab 43 - Nasib sial
44
Bab 44 - Bebas
45
Bab 45 - Kedatangan Amayra
46
Bab 46 - Keputusan Rasidha
47
Bab 47 - Pertemuan Rasidha dan Afif
48
Bab 48 - Kembali diculik
49
Bab 49 - Felix beraksi
50
Bab 50 - Hilangnya kesucianku
51
Bab 51 - USG
52
Bab 52 - Palang merah
53
Bab 53 - Hamil

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!