Bab 3 - Kehangatan keluarga

Rasidha mengikuti langkah Ayna, dia masih merasa asing di tempat yang sudah lama tidak pernah menjajakan kaki kesana. Kesibukannya di Kairo dan tinggal bersama Hana, adi angkat dari Suci membuatnya fokus dalam pendidikan. 

Dia hanya tersenyum dan menganggukkan kepala, saat mendengar perkataan Ayna yang tidak berhenti selama perjalanan mereka. Gadis remaja yang begitu bersemangat menceritakan para gus dan juga ustadz tampan uang mengajar, disisi lain dia menggelengkan kepala.

"Aku yakin, Kakak pasti suka dan nyaman tinggal disini." Racau Ayna yang tersenyum penuh semangat.

"Ayna…Ayna, tidak seharusnya kamu mengatakan hal itu. Lihat usiamu sekarang! Bagaimana bi Aisyah dan paman Doni sampai tahu hal ini?" pikirnya yang menakuti adik sepupu.

"Aku hanya mengungkapkan kebenaran saja," elak Ayna yang takut mendengar nama ayahnya yang di sebutkan.

"Sudahlah, lupakan itu. Aku tidak akan mengatakan apapun pada mereka. Oh ya, bagaimana kondisi nenek Ainun dan juga kakek Baharuddin? Sudah lama aku tidak bertemu mereka." 

"Alhamdulillah, kakek nenek juga sehat tanpa kurang satu apapun." Sahut Ayna yang bersemangat. "Mereka selalu menanyakan keadaan Kakak, kapan Rasidha mengunjungi kami…kapan Rasidha mengunjungi kami. Hanya kata itu yang selalu mereka tanyakan padaku. Sungguh, aku sangat senang melihat Kakak dan sedikit terkejut."

Sementara Rasidha terus saja menjadi pendengar yang baik, dia sangat merindukan Ayna yang sangat gemar mengoceh tanpa henti seperti burung beo.

Perjalanan menyusuri tempat itu tidak terasa saat Ayna bercerita banyak mengenai pesantren yang dikelola oleh ayahnya. Karena kakeknya sudah tidak sanggup mengurus sendirian mengingat usia yang tidak muda lagi.

"Assalamualaikum," ucap Ayna dan dan Rasidha dengan kompak, menyunggingkan senyuman khas mereka saat berada di ambang pintu.

Terlihat sepasang suami istri tersenyum ke arah mereka, dan bergegas menyambut kedatangan tamu. "Rasidha, kenapa tidak mengabari Nenek?" Ainun memeluk tubuh gadis yang sangat dia rindukan selama beberapa tahun terakhir. Sangat menyayangi gadis keturunan Palestina yang kehilangan kedua orang tua. Semua orang sudah mengetahui fakta dan kebenaran, apalagi Zaid juga menceritakan kepada mereka.

Rasidha menyambut pelukan itu dengan hangat. "Aku juga merindukan Nenek."

"Tapi, kamu tidak pernah menghubungi kami." Ainun berpura-pura merajuk, dia ingin lihat bagaimana jawaban dari gadis cantik di hadapannya.

"Aku jarang memegang ponsel, Nek."

"Ya, Nenek tahu itu. Pasti kamu sibuk belajar dan mendapatkan predikat cumlaude." Puji Ainun yang tersenyum bangga, sedangkan Rasidha hanya tersenyum. 

Setelah pelukan selesai, Kyai Baharuddin mempersilahkan Rasidha untuk duduk dan menunggu kedatangan Doni dan Aisyah yang masih mengajar di kelas. "Kami sangat terkejut dengan kedatanganmu, apa orang tuamu sudah tahu? Mengapa mereka tidak mengatakan terebih dulu kepada kami?" 

"Maaf Kek, aku datang tanpa memberi tahu terlebih dulu. Maksud dan tujuanku kesini ingin menetap dan juga belajar beberapa bulan saja," putus Rasidha yang sangat yakin.

"Kami tidak mempermasalahkannya, menuntut ilmu suatu hal yang sangat di perlukan. Rasidha ingin tinggal bersama kakek dan nenek atau di asrama bersama dengan Ayna?" kata kyai Baharuddin yang tersenyum.

"Di asrama saja Kek, Rasidha ingin merasakan menjadi santriwati disini." Jawabnya dengn suara lemah lembut.

"Ya sudah, jika keputusannya sudah begitu. Rasidha boleh tinggal di mana saja, karena tempat ini juga rumahmu." Sela Ainun yang mengelus lembut kepala gadis cantik di sebelahnya.

"Kakak tidur di kamar ku saja, bagaimana?" celetuk Ayna yang mengacungkan tangan.

"Itu ide yang bagus, mulai sekarang Rasidha bisa mengawasi dan juga membimbing Ayna menjadi baik lagi." Sahut Ainun, sedangkan nama yang di sebutkan itu sedikit cemberut.

"Beristirahatlah dulu, Cu. Besok pagi Kakek akan mengatur kelas sesuai angkatan."

"Iya, Kek."

Rasidha masuk ke dalam kamar, sebelum ke asrama dia akan tinggal semalam di rumah kyai Baharuddin. Segera mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang untuk mengatakam jika dia sudah sampai. 

"Assalamualaikum, Bu."

"Wa'alaikumsalam, Sayang."

"Aku sudah sampai dan sekarang berada di rumah kakek dan neneknya Ayna."

"Syukur alhamdulillah, jaga dirimu dan kesehatan ya. Ayah sudah mengabari paman dan juga bibimu di sana, jangan menyusahkan mereka."

"Iya, Bu. Rasidha tutup dulu teleponnya."

"Iya, Sayang." 

Rasidha membaringkan tubuhnya di kasur yang tidak terlalu besar, bersyukur dengan apa yang berikan. Masih teringat perkataan dari kedua orang tuanya, dan sangat menyesali diri. "Kenapa aku harus mengetahui kebenaran dengan cara seperti itu? Seharusnya aku tidak datang kesana dan mendengar percakapan ayah ibu." 

Di malam hari, Rasidha sholat maghrib dan berdoa untuk keselamatan orang tua kandung dan orang tua angkat yang telah membesarkannya. Tak lupa untuk berdzikir dan melantunkan ayat suci Al-Quran dengan begitu merdu, alunan yang membuat siapa saja takjub. 

"Masya Allah, suaranya sangat merdu. Inilah yang paling aku rindukan dari sosok Rasidha dalam murottal." Gumam Aisyah, dia berniat untuk mengundang makan malam, tapi tertegun saat mendengar bacaan ayat suci Alquran yang dilantunkan dengan begitu merdu merupakan yang awalnya.

"shadaqallahul adzim." Rasidha menutup Al-Qur'an dan menciumnya, meletakkannya di tempat tinggi. Baru saja dia ingin membuka mukena, tapi menangkap sosok di depan pintu yang tersenyum ke arahnya. "Bibi Aisyah," ucapnya yang segera menghamburkan pelukan, dia sangat merindukan tempat itu dan juga orang-orang yang ramah, sangat beruntung mempunyai keluarga seperti mereka.

"Maaf, Bibi baru bisa melihatmu sekarang." ungkap Aisyah yang membalas pelukan dari keponakannya dan melepaskannya setelah beberapa detik. 

"Aku tahu Bibi sibuk, apa Paman juga sudah kembali?" 

"Paman akan terlambat, setelah mengurus pesantren pamanmu juga mengurus urusan perusahaan."

"Tidak masalah, Bi."

"Ini waktunya makan malam, Bibi sudah masak untuk menyambut kedatanganmu. Oh ya, bagaimana keadaan ayah ibumu dan juga Azzam?" 

"Alhamdulillah mereka semua sehat."

Di meja makan, Rasidha melihat beberapa menu masakan yang sudah tersaji di atas piring. Walau makanan yang terbilang sederhana, tetapi dirinya sangat merindukan masakan yang berasal dari rumah itu, kembali mengingat sewaktu kecil yang pernah disuguhkan dengan makanan yang sama, begitu asing dan setelah mencoba dia menjadi ketagihan. 

"Duduklah Kak, jangan di lihat saja. Makanan itu untuk dimakan," gurau Ayna membuat semua orang tertawa, gadis remaja yang menjadi keceriaan dalam keluarga itu.

"Tentu saja, bibi Aisyah sudah memasaknya untukku." Jawab Rasidha yang membalas guyonan itu.

Baru saja selesai membaca doa makan, terdengar suara yang tak jauh dari mereka. Rasidha menoleh dan melihat Siapa yang datang, yang ternyata adalah Doni, ayahnya Ayna. 

"Apa aku terlambat?" 

"Tidak Abi," sahut Ayna yang mencium tangan ayahnya. 

Sungguh, keluarga kecil yang membahagiakan dapat dirasakan oleh Rasidha, dia sangat bersyukur jika menjadi bagian anggota keluarga itu.

"Semoga ayah dan ibu tidak mengetahui niatku kesini," batin Rasidha.

Terpopuler

Comments

Fani Indriyani

Fani Indriyani

owalah doni jodohnya ma aisyah toh

2024-12-05

0

Aas Azah

Aas Azah

lanjut lagi thor 💪

2022-08-02

0

Linda Yohana

Linda Yohana

lanjut thoor

2022-08-01

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Pil pahit
2 Bab 2 - Memutuskan ke pesantren
3 Bab 3 - Kehangatan keluarga
4 Bab 4 - Rumah kedua
5 Bab 5 - Ustadz berparas tampan
6 Bab 6 - Histeris
7 Bab 7 - Penjelasan Aisyah
8 Bab 8 - Kondisi Zaid drop
9 Bab 9 - Saling memaafkan
10 Bab 10 - Menerima masa lalu
11 Bab 11 - Acara tahunan yang berunjung
12 Bab 12 - Dia pria yang menyebalkan
13 Bab 13 - Hitam dan putih
14 Bab 14 - Menerima lamaran
15 Bab 15 - Di sungai
16 Bab 16 - Sepakat
17 Bab 17 - Awal perpisahan
18 Bab 18 - Meninggalkan pesantren
19 Bab 19 - Jatuhnya harga diri perampok
20 Bab 20 - Latihan memanah
21 Bab 21 - Di kampus
22 Bab 22 - Justin
23 Bab 23 - Felix?
24 Bab 24 - Rencana jahat
25 Bab 25 - Ustadz Afif mulai posesif
26 Bab 26 - Tindakan nekat
27 Bab 27 - Di sekap
28 Bab 28 - Kecemasan Afif
29 Bab 29 - Paksaan Felix
30 Bab 30 - Masuk islam
31 Bab 31 - Peringatan wanita paruh baya
32 Bab 32 - Pernikahan
33 Bab 33 - Ternyata aku sangat terlambat
34 Bab 34 - Ujian bertubi-tubi
35 Bab 35 - Sikap Rasidha yang berubah
36 Bab 36 - Gagal
37 Bab 37 - Sayur bening
38 Bab 38 - Jus kadaluarsa
39 Bab 39 - Perang membawa berkah
40 Bab 40 - Usaha ilegal Felix
41 Bab 41 - Gagal kabur
42 Bab 42 - Tamparan Felix
43 Bab 43 - Nasib sial
44 Bab 44 - Bebas
45 Bab 45 - Kedatangan Amayra
46 Bab 46 - Keputusan Rasidha
47 Bab 47 - Pertemuan Rasidha dan Afif
48 Bab 48 - Kembali diculik
49 Bab 49 - Felix beraksi
50 Bab 50 - Hilangnya kesucianku
51 Bab 51 - USG
52 Bab 52 - Palang merah
53 Bab 53 - Hamil
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Bab 1 - Pil pahit
2
Bab 2 - Memutuskan ke pesantren
3
Bab 3 - Kehangatan keluarga
4
Bab 4 - Rumah kedua
5
Bab 5 - Ustadz berparas tampan
6
Bab 6 - Histeris
7
Bab 7 - Penjelasan Aisyah
8
Bab 8 - Kondisi Zaid drop
9
Bab 9 - Saling memaafkan
10
Bab 10 - Menerima masa lalu
11
Bab 11 - Acara tahunan yang berunjung
12
Bab 12 - Dia pria yang menyebalkan
13
Bab 13 - Hitam dan putih
14
Bab 14 - Menerima lamaran
15
Bab 15 - Di sungai
16
Bab 16 - Sepakat
17
Bab 17 - Awal perpisahan
18
Bab 18 - Meninggalkan pesantren
19
Bab 19 - Jatuhnya harga diri perampok
20
Bab 20 - Latihan memanah
21
Bab 21 - Di kampus
22
Bab 22 - Justin
23
Bab 23 - Felix?
24
Bab 24 - Rencana jahat
25
Bab 25 - Ustadz Afif mulai posesif
26
Bab 26 - Tindakan nekat
27
Bab 27 - Di sekap
28
Bab 28 - Kecemasan Afif
29
Bab 29 - Paksaan Felix
30
Bab 30 - Masuk islam
31
Bab 31 - Peringatan wanita paruh baya
32
Bab 32 - Pernikahan
33
Bab 33 - Ternyata aku sangat terlambat
34
Bab 34 - Ujian bertubi-tubi
35
Bab 35 - Sikap Rasidha yang berubah
36
Bab 36 - Gagal
37
Bab 37 - Sayur bening
38
Bab 38 - Jus kadaluarsa
39
Bab 39 - Perang membawa berkah
40
Bab 40 - Usaha ilegal Felix
41
Bab 41 - Gagal kabur
42
Bab 42 - Tamparan Felix
43
Bab 43 - Nasib sial
44
Bab 44 - Bebas
45
Bab 45 - Kedatangan Amayra
46
Bab 46 - Keputusan Rasidha
47
Bab 47 - Pertemuan Rasidha dan Afif
48
Bab 48 - Kembali diculik
49
Bab 49 - Felix beraksi
50
Bab 50 - Hilangnya kesucianku
51
Bab 51 - USG
52
Bab 52 - Palang merah
53
Bab 53 - Hamil

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!