Stuck With You
Author P.O.V
"Biasalah bu. Ini keponakan suami saya kadang emang pemalas. Beda banget sama anak saya, Hiza. Kalau anak saya mah ya bangunnya aja pagi. Udah masak, nyuci, wah ngerjain pekerjaan rumah gitu deh pokoknya. Beda banget sama dia, udah pemales, bangunnya siang, boro-boro bisa masak." kata seorang wanita bernama Maya.
"Wah beruntung banget ya orang tua nya udah ga ada. Mereka ga perlu lihat anaknya kayak gini." kata seorang wanita yang asik memakan biskuit dari dalam toples.
Seorang gadis yang mendengar perkataan wanita itu hanya tersenyum miris. "Fakta, masalah, solusi. Faktanya adalah kalian tidak tau apa yang sebenarnya terjadi dirumah ini. Masalahnya kalian terlalu mendengarkan apa yang dikatakan wanita ini. Solusinya, kalian diam karna kalian belum tau apa yang terjadi disini. Bahkan anda sendiri tidak tau siapa yang membuat makanan yang anda makan. Sekedar saran, bu. Kalau tidak bisa mengatakan kebaikan maka diam! Jangan membawa kedua orang tua saya dalam hal ini." kata gadis itu.
"Vanessa. Jaga omongan kamu. Apa-apaan kamu ini malah mengaku-ngaku kalau ini buatan kamu. Tidak tau diri!" kata Maya. "Ha ha ha! Tentu saya tidak tau diri kan ga tau dirinya ke anda yang ga punya harga diri. Ada gitu ya orang yang ngomong tanpa bukti. Lupa bu kalo ada cctv di setiap sudut rumah. Atau mau buktiin lewat lomba masak?" tantang gadis yang dipanggil Vanessa.
"Wah ide bagus tuh Bu Maya. Saya yakin pasti Hiza bisa ngalahin dia. Kan ibu nya aja bilang dia selalu masak." kata salah satu wanita. Terlihat raut wajah Maya yang gugup membuat Vanessa tersenyum.
"Hiza!! Nyokap lo nyuruh kita adu masak nih!!" kata Vanessa. Seorang gadis keluar dari kamarnya masih dengan pakaian tidur dan wajah yang lusuh. "Yaelah si mama ganggu amat sih. Nes, nyokap suruh masak apaan?" tanya gadis itu seraya mengusap mata nya. Sepertinya dia ga sadar kalau dia udah jadi bahan tontonan.
Maya yang malu melihat penampilan anaknya pun langsung menarik tangan anaknya lalu segera mendorongnya ke kamar.
***
Hiza terlihat sudah siap. Begitu juga dengan Vanessa. "Baik coba kalian buatkan makanan mencangkup appetizer, main chourse, dan dessert!" kata salah seorang wanita.
Vanessa melihat ke arah keranjang yang sudah ada diatas meja miliknya. Dia tersenyum miris melihat kelicikan tante nya yang sama-sekali tidak meletakan bahan-bahan khusus dessert selain daun pandan, kelapa, dan gula merah. Dia hanya tersenyum dan menganggukan kepala.
Vanessa mulai memikirkan apa yang akan dia buat. Dia pun tersenyum mengingat ada satu makanan yang memang sering dia buat untuk menjadi menu andalan nya. Dia langsung membuat risoless berisikan ayam dan wortel. Dimulai dari dia mulai membuat kulit risoless nya dulu. Sedangkan Hiza, dia masih kesulitan untuk mengupas bawang putih. Para ibu-ibu yang melihat pekerjaannya yang gesit tentu terheran-heran. Mengingat omongan Maya yang mengatakan kalau Vanessa si pemalas dan Hiza si penyuka masak. Tapi justru saat ini sangat berbeda, terlihat jelas kalau ini justru kebalikannya.
***
Vanessa tersenyum melihat ketiga makanan yang ia buat sudah selesai. Dia membuat Risoless Ayam Wortel, Nasi timbel lengkap dengan lauk pauk nya seperti tumis ikan teri, tumis kulit melinjo, tahu-tempe goreng, sambal terasi dan sayur asem. Selain itu dia juga membuat kue jajanan pasar, dadar gulung. Setelah semua nya siap, dia hanya perlu menunggu Hiza menyelesaikan masakannya.
"Duh Bu Maya, katanya anaknya sering masak. Kok ini malah jadi lebih cepet Vanessa dari pada Hiza?" tanya salah seorang wanita. Maya terlihat gugup dan hanya tersenyum sinis. "Belum tentu bu rasanya enak." kata Maya gugup.
"Hiza udah selesai. Yuk, Nes kita platting!" kata Hiza yang dijawab anggukan Vanessa.
***
"Bu Maya! Apa-apaan ini? Kenapa rasa nasi goreng nya asin banget?? Aduh darah tinggi saya bisa-bisa kumat kalau gini mah!" kata seorang wanita yang baru saja mencicipi nasi goreng buatan Hiza.
"Tenang, bu. Heh Vanes! Ini pasti perbuatan kamu kan?! Kamu pasti ga suka liat Hiza menang makanya kamu ngerjain dia!" kata Maya. "Ga mungkin dong, ma. Vanes kan temen baik nya Hiza. Lagian mama juga ngapain sih ngajakin lomba masak. Kan mama tau kalau aku ga bisa mas----" kata Hiza. "Ga bisa masukin perbuatan orang. Iya kan?" kata Maya gugup.
"Bilang aja ga bisa masak. Udah yuk ibu-ibu mendingan kita makanin sayur asem nya Vanessa aja. Seger banget ya kan?" tanya salah satu wanita yang dijawab anggukan semua ibu-ibu.
"Udah! Kalian semua tolong keluar. Ga bisa banget sih ngehargain pekerjaan anak saya!" kata Maya. "Yah ngamuk!" kata semua ibu-ibu seraya pergi keluar dari rumah.
"Puas kamu permaluin saya? Puas??" tanya Maya yang dijawab anggukan Vanessa. "Puas banget sih tan. Tapi belom sebanding sama apa yang Vanes rasain." kata Vanes tersenyum sinis.
"Dasar ga tau diuntung!" Kata Maya seraya pergi. Dia memasuki kamar Vanes lalu segera mengambil semua baju Vanessa dan segera memasukannya ke koper milik gadis itu. "Pergi kamu dari rumah saya!" kata Maya. Dia langsung menyeret Vanes namun saat membuka pintu, terlihat ada seorang wanita berjas dengan name tag 'Jihane Cristina, S.H'.
"Selamat siang, saya pengacara dari bapak Bramantyo." kata wanita itu. "Euuummm selamat siang, saya adik ipar beliau." kata Maya tersenyum. "Tck! Topeng!" umpat Vanes. "Saya kesini untuk membahas perihal warisan dari Tuan Bramantyo untuk anaknya, Vanessa Zahirah Bramantyo." kata wanita itu yang membuat mata Maya berbinar.
"Kalau begitu silahkan masuk, mbak." kata Maya tersenyum.
***
"Demi tuhan, saya Jihane Cristina selaku pengacara dari Almarhum bapak Bramantyo hari ini akan menyampaikan isi surat wasiat mengenai warisan sejujur-jujurnya tanpa ada paksaan dan pergantian apapun dari pihak saya maupun orang lain." ucap wanita itu seraya mengeluarkan alkitab dari tas nya. Setelah itu dia menyimpan dan mengeluarkan berkas dari tas nya.
"Berdasarkan apa yang dituliskan oleh almarhum bapak Bramantyo, seluruh harta warisan akan diberikan kepada anak tunggalnya yang bernama Vanessa Zahirah Bramantyo. Warisan itu berupa uang tunai senilai satu miliyar rupiah didalam tabungan bank BCA dengan pin yang sudah diketahui oleh ananda Vanessa sendiri. Uang tunai senilai lima ratus juta rupiah di dalam tabungan BNI dengan kode pin yang sudah diketahui oleh ananda Vanessa juga. Rumah yang ada didaerah Bogor, villa yang ada di Bali, Jogja, dan Puncak. Perusahaan 'Bramantyo Property Bussiness' dan apartment yang dibangun atas nama Vanessa sendiri berada di Kelapa Gading dengan nama Apartment Gading Nias. Dengan begitu maka selesailah sudah penyampaian surat warisan ini. Tolong kepada Vanessa untuk menanda tangani surat peralihan kekuasaan." kata Jihane yang membuat mata Maya mendelik kaget.
Vanessa langsung tersenyum dan memperlihatkan KTP nya. "Saya Vanessa. Saya akan tanda tangan." kata Vanessa seraya tersenyum puas. dia langsung menandatangani berkas peralihan kekuasaan. Setelah selesai, Jihane keluar dari rumah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Not Your Fav Gurl
Hallo semua, terima kasih ya sudah membaca part ini. Apabila ada kritik dan saran bisa langsung di tulis di koment lho ya..
2022-11-11
0