NovelToon NovelToon

Stuck With You

Prolog

Author P.O.V

"Biasalah bu. Ini keponakan suami saya kadang emang pemalas. Beda banget sama anak saya, Hiza. Kalau anak saya mah ya bangunnya aja pagi. Udah masak, nyuci, wah ngerjain pekerjaan rumah gitu deh pokoknya. Beda banget sama dia, udah pemales, bangunnya siang, boro-boro bisa masak." kata seorang wanita bernama Maya.

 

"Wah beruntung banget ya orang tua nya udah ga ada. Mereka ga perlu lihat anaknya kayak gini." kata seorang wanita yang asik memakan biskuit dari dalam toples.

 

Seorang gadis yang mendengar perkataan wanita itu hanya tersenyum miris. "Fakta, masalah, solusi. Faktanya adalah kalian tidak tau apa yang sebenarnya terjadi dirumah ini. Masalahnya kalian terlalu mendengarkan apa yang dikatakan wanita ini. Solusinya, kalian diam karna kalian belum tau apa yang terjadi disini. Bahkan anda sendiri tidak tau siapa yang membuat makanan yang anda makan. Sekedar saran, bu. Kalau tidak bisa mengatakan kebaikan maka diam! Jangan membawa kedua orang tua saya dalam hal ini." kata gadis itu.

 

"Vanessa. Jaga omongan kamu. Apa-apaan kamu ini malah mengaku-ngaku kalau ini buatan kamu. Tidak tau diri!" kata Maya. "Ha ha ha! Tentu saya tidak tau diri kan ga tau dirinya ke anda yang ga punya harga diri. Ada gitu ya orang yang ngomong tanpa bukti. Lupa bu kalo ada cctv di setiap sudut rumah. Atau mau buktiin lewat lomba masak?" tantang gadis yang dipanggil Vanessa.

 

"Wah ide bagus tuh Bu Maya. Saya yakin pasti Hiza bisa ngalahin dia. Kan ibu nya aja bilang dia selalu masak." kata salah satu wanita. Terlihat raut wajah Maya yang gugup membuat Vanessa tersenyum.

 

"Hiza!! Nyokap lo nyuruh kita adu masak nih!!" kata Vanessa. Seorang gadis keluar dari kamarnya masih dengan pakaian tidur dan wajah yang lusuh. "Yaelah si mama ganggu amat sih. Nes, nyokap suruh masak apaan?" tanya gadis itu seraya mengusap mata nya. Sepertinya dia ga sadar kalau dia udah jadi bahan tontonan.

 

Maya yang malu melihat penampilan anaknya pun langsung menarik tangan anaknya lalu segera mendorongnya ke kamar.

 

***

Hiza terlihat sudah siap. Begitu juga dengan Vanessa. "Baik coba kalian buatkan makanan mencangkup appetizer, main chourse, dan dessert!" kata salah seorang wanita.

 

Vanessa melihat ke arah keranjang yang sudah ada diatas meja miliknya. Dia tersenyum miris melihat kelicikan tante nya yang sama-sekali tidak meletakan bahan-bahan khusus dessert selain daun pandan, kelapa, dan gula merah. Dia hanya tersenyum dan menganggukan kepala.

 

Vanessa mulai memikirkan apa yang akan dia buat. Dia pun tersenyum mengingat ada satu makanan yang memang sering dia buat untuk menjadi menu andalan nya. Dia langsung membuat risoless berisikan ayam dan wortel. Dimulai dari dia mulai membuat kulit risoless nya dulu. Sedangkan Hiza, dia masih kesulitan untuk mengupas bawang putih. Para ibu-ibu yang melihat pekerjaannya yang gesit tentu terheran-heran. Mengingat omongan Maya yang mengatakan kalau Vanessa si pemalas dan Hiza si penyuka masak. Tapi justru saat ini sangat berbeda, terlihat jelas kalau ini justru kebalikannya.

 

***

Vanessa tersenyum melihat ketiga makanan yang ia buat sudah selesai. Dia membuat Risoless Ayam Wortel, Nasi timbel lengkap dengan lauk pauk nya seperti tumis ikan teri, tumis kulit melinjo, tahu-tempe goreng, sambal terasi dan sayur asem. Selain itu dia juga membuat kue jajanan pasar, dadar gulung. Setelah semua nya siap, dia hanya perlu menunggu Hiza menyelesaikan masakannya.

 

"Duh Bu Maya, katanya anaknya sering masak. Kok ini malah jadi lebih cepet Vanessa dari pada Hiza?" tanya salah seorang wanita. Maya terlihat gugup dan hanya tersenyum sinis. "Belum tentu bu rasanya enak." kata Maya gugup.

 

"Hiza udah selesai. Yuk, Nes kita platting!" kata Hiza yang dijawab anggukan Vanessa.

 

***

"Bu Maya! Apa-apaan ini? Kenapa rasa nasi goreng nya asin banget?? Aduh darah tinggi saya bisa-bisa kumat kalau gini mah!" kata seorang wanita yang baru saja mencicipi nasi goreng buatan Hiza.

 

"Tenang, bu. Heh Vanes! Ini pasti perbuatan kamu kan?! Kamu pasti ga suka liat Hiza menang makanya kamu ngerjain dia!" kata Maya. "Ga mungkin dong, ma. Vanes kan temen baik nya Hiza. Lagian mama juga ngapain sih ngajakin lomba masak. Kan mama tau kalau aku ga bisa mas----" kata Hiza. "Ga bisa masukin perbuatan orang. Iya kan?" kata Maya gugup.

 

"Bilang aja ga bisa masak. Udah yuk ibu-ibu mendingan kita makanin sayur asem nya Vanessa aja. Seger banget ya kan?" tanya salah satu wanita yang dijawab anggukan semua ibu-ibu.

 

"Udah! Kalian semua tolong keluar. Ga bisa banget sih ngehargain pekerjaan anak saya!" kata Maya. "Yah ngamuk!" kata semua ibu-ibu seraya pergi keluar dari rumah.

"Puas kamu permaluin saya? Puas??" tanya Maya yang dijawab anggukan Vanessa. "Puas banget sih tan. Tapi belom sebanding sama apa yang Vanes rasain." kata Vanes tersenyum sinis.

"Dasar ga tau diuntung!" Kata Maya seraya pergi. Dia memasuki kamar Vanes lalu segera mengambil semua baju Vanessa dan segera memasukannya ke koper milik gadis itu. "Pergi kamu dari rumah saya!" kata Maya. Dia langsung menyeret Vanes namun saat membuka pintu, terlihat ada seorang wanita berjas dengan name tag 'Jihane Cristina, S.H'.

"Selamat siang, saya pengacara dari bapak Bramantyo." kata wanita itu. "Euuummm selamat siang, saya adik ipar beliau." kata Maya tersenyum. "Tck! Topeng!" umpat Vanes. "Saya kesini untuk membahas perihal warisan dari Tuan Bramantyo untuk anaknya, Vanessa Zahirah Bramantyo." kata wanita itu yang membuat mata Maya berbinar.

"Kalau begitu silahkan masuk, mbak." kata Maya tersenyum.

***

"Demi tuhan, saya Jihane Cristina selaku pengacara dari Almarhum bapak Bramantyo hari ini akan menyampaikan isi surat wasiat mengenai warisan sejujur-jujurnya tanpa ada paksaan dan pergantian apapun dari pihak saya maupun orang lain." ucap wanita itu seraya mengeluarkan alkitab dari tas nya. Setelah itu dia menyimpan dan mengeluarkan berkas dari tas nya.

"Berdasarkan apa yang dituliskan oleh almarhum bapak Bramantyo, seluruh harta warisan akan diberikan kepada anak tunggalnya yang bernama Vanessa Zahirah Bramantyo. Warisan itu berupa uang tunai senilai satu miliyar rupiah didalam tabungan bank BCA dengan pin yang sudah diketahui oleh ananda Vanessa sendiri. Uang tunai senilai lima ratus juta rupiah di dalam tabungan BNI dengan kode pin yang sudah diketahui oleh ananda Vanessa juga. Rumah yang ada didaerah Bogor, villa yang ada di Bali, Jogja, dan Puncak. Perusahaan 'Bramantyo Property Bussiness' dan apartment yang dibangun atas nama Vanessa sendiri berada di Kelapa Gading dengan nama Apartment Gading Nias. Dengan begitu maka selesailah sudah penyampaian surat warisan ini. Tolong kepada Vanessa untuk menanda tangani surat peralihan kekuasaan." kata Jihane yang membuat mata Maya mendelik kaget.

Vanessa langsung tersenyum dan memperlihatkan KTP nya. "Saya Vanessa. Saya akan tanda tangan." kata Vanessa seraya tersenyum puas. dia langsung menandatangani berkas peralihan kekuasaan. Setelah selesai, Jihane keluar dari rumah itu.

Rumah di Bogor

Vanessa P.O.V

"Hey, Vanessa! Kamu harus ganti uang yang udah di keluarin keluaga ini buat kamu!" kata tante Maya seraya memegang tanganku. "Lepasin. Saya akan ganti. Di kartu ini ada uang isinya satu miliyar yang tadi udah dibilangin sama pengacara ayah saya. Kode nya 500505." kata ku seraya menghempaskan genggaman tangannya.

Hira, sepupu ku terlihat sedang menatapku dan tersenyum. "Selamat ya, gw turut seneng sama kebahagiaan yang bakalan lo dapetin. Makasih ya buat uang nya. Gw pastiin gw bakal gunain buat yang terbaik." kata Hiza yang ku jawab anggukan. Aku langsung menarik koper ku dan mengambil totte bag berisikan berkas-berkas yang tadi sudah aku rapihkan. Mulai sekarang, aku akan tinggal di rumah ku yang ada di Bogor.

Klakson mobil akhirnya membuatku tersadar, ini saatnya aku berangkat. Aku langsung masuk kedalam mobil yang merupakan milik Jihane, pengacara keluarga ku lalu kamipun segera menuju ke Bogor.

***

Saat kami sampai di rumah yang katanya untuk ku. Ternyata ini diluar ekspetasi ku. Rumah ini sangat luas! "Euuummm mbak Jihane? Maaf sebelumnya, kalau memang ini rumahnya mendingan alihin aja deh jadi villa." kata ku.

"Lho kenapa emangnya?" tanya Mbak Jihane. "Ini terlalu besar, mbak. Vanes kan cuman sendiri. Mendingan Vanes di apart aja kalau gitu ya." kata ku. "Hmmmm, yaudah gapapa kalau gitu. Berarti kamu tetep mau ganti sekolah atau enggak nih?" tanya Mbak Jihane. "Pindah aja, mbak." kata ku. "Okay." jawabnya.

Kamipun segera keluar dari mobil untuk bertemu dengan pengurus rumah ini. "Mang Suryo! Ini anaknya Pak Bramantyo. Yang waktu itu masih kecil itu loh pas kesini." kata Mbak Jihane kepada seorang laki-laki tua. Laki-laki itu melihat kearah ku dan tersenyum dengan mata berkaca-kaca.

"Punten pisan ya neng ya. Mang Suryo pangling sama eneng. Gimana kabarnya?" tanya laki-laki itu. Ah! Aku ingat! Dia dulu sering membelikan ku permen saat papa dan mama lagi keluar untuk membeli keperluan kami selama dirumah.

"Baik, mang. Maaf ya Vanes juga jadi pangling. Yaudah mbak Jihane, Vanes disini aja." kata ku tersenyum. "Puji tuhan. Yaudah kalau gitu mbak pergi ya mau urus sekolah kamu. Mbak mau daftarin kamu di SMA negri boleh? Atau mau swasta aja?" tanya Mbak Jihane. "Dimana pun boleh kok mbak. Yang penting fasilitasnya bagus ya." kata ku tersenyum. "Okay. Nanti sekalian mbak mau beli mobil buat kamu." kata Mbak Jihane yang membuatku kaget. "Buat apa?" tanya ku. "Ya buat kamu ke sekolah dong. Masa iya kamu ngeteng kesana nya." kata Mbak Jihane. "Kan bisa beli motor. Udah beli motor aja. Pokoknya Vanes mau ga boleh ada yang tau kalau Vanes itu anaknya papa." kata ku seraya tersenyum.

"Emangnya kenapa neng? Nanti neng ga punya temen loh." kata Mang Suryo. "Gapapa, mang. Ini biar Vanes bisa dapet temen yang bener-bener tulus." kata ku tersenyum. "Yaudah kalau gitu. Mbak pergi dulu ya. Pak, titip dia ya." kata Mbak Jihane. "Siap, neng!" kata Mang Suryo.

Setelah Mbak Jihane pergi, aku langsung tersenyum. "Mang Suryo tinggal dimana emangnya?" tanya ku. "Ga jauh dari sini kok neng. Kenapa emangnya?" tanya Mang Suryo. "Tadinya biar tinggal di rumah ini. Vanes ngerasa rumahnya kegedean." kata ku. "Tenang aja neng, dibagian belakang rumah ada rumah kecil itu kamar-kamar pembantu. Ayo biar Mang Suryo kenalin ke mereka!" kata Mang Suryo.

Kamipun segera masuk ke dalam rumah dan melihat ada satu wanita yang sudah terlihat cukup tua sedang tersenyum. "Bang, ini non Vanes ya?" tanya wanita itu. "Iya neng. Ini anak yang dulu kamu ledekin sampai nangis nih." kata Mang Suryo. "Hayo, neng masih inget gak sama saya? Saya Bi Darti. Istrinya Mang Suryo." kata wanita itu.

Aku hanya tersenyum dan menganggukan kepala ku. "Ayo neng, biar sama bibi aja ya. Mang Suryo mah harus bersihin kebun." kata Bi Darti yang ku jawab anggukan.

Kami mulai memutari rumah. Hmmm luas juga. "Berdiri kalian!" kata Bi Darti lantang. Aku melihat ada gadis yang langsung berdiri. "Perkenalkan ini Non Vanessa. Dia anak tunggal dari tuan Bramantyo. Kalian layani dia, kalau dia butuh sesuatu segera penuhi kebutuhannya." kata Bi Darti. "Baik, bu." kata kelima gadis itu.

"Kalian jangan terlalu kaku sama saya ya. Saya mau dilayani kayak biasanya aja." kata ku yang dijawab anggukan kelima gadis itu.

***

Pagi ini aku terbangun dan merasa asing. Oh iya ini rumah orang tua ku! Aku langsung mengikat rambut ku dan langsung meminum segelas air putih yang semalam aku ambil.

"Pagi, non Vanes!" sapa salah satu gadis. "Pagi, nama kamu siapa?" tanya ku. "Nama saya Layla, non." katanya. "Umur berapa?" tanya ku. "Dua puluh satu tahun." kata nya. "Waduh bahkan lebih tua loh dari pada Vanes. Vanes panggil kakak boleh ya?" tanya ku. "Jangan non nanti saya diomelin sama Bu Darti." katanya. "Nanti biar Vanes yang bilang ke Bi Darti." kata ku. "Disini semua pembantu rata-rata nya umur da puluhan non." katanya. "Yaudah berarti kalian semua kakaknya Vanes!!" kata ku tersenyum. "Ayo non, makan dulu. Tadi Bi Darti udah masakin makanan buat non." kata Ka Layla. Akupun mengangguk dan langsung menuju dapur.

Saat aku baru sampai di dapur, aku mendengar obrolan beberapa gadis disana. "Eh kalian liat ga sih muka nya Non Vanes? Cantik ya mukanya." kata salah satu gadis. "Iya bener itu mah kalo dikampung gw udah jadi kembang desa." kata salah satu gadis lainnya. "Ah tapi menurut gw mukanya biasa aja deh. Ya maklum aja sih itu mah kan dia skincare. Lah kita? Pelayan gini mada ada duit nya." kata salah satu gadis lainnya.

"Gw denger-denger, dia tadinya mau tinggal di apart karna ga ada yang dia kenal disini. Sombong banget ga sih?" kata gadis itu lagi. "Lo jangan gitu. Dia itu baik sama kita. Lo sinis gitu kayaknya lo ngiri ya sama kehidupan dia?" kata gadis yang tadi aku dengar di awal. "Ya iyalah. Tapi gw tau sih dia sombong ya karna dia kaya." kata gadis itu dengan nada sinis.

Aku langsung berdehem dan ketiga gadis itu langsung terkejut dan menatapku. "N-non Vanes?" panggil salah satu gadis itu. "Jangan kaget. Gapapa kok kalian omongin saya. Wajar karna kita baru ketemu kemarin sore. Perkenalkan nama saya Vanessa. Dan saya mau kita semua berteman disini. Saya akan memanggil kalian kakak karna kalian lebih tua dari saya." kata ku tersenyum.

***

Tok!

Tok!

Tok!!

"Vanes! Vanes! Yuhuuuu ini Mbak Jihane!!" Ucap Mbak Jihane yang baru aja dateng ke rumah ku. "Maaf mbak barusan Vanes lagi makan. Masuk ayo sekalian sarapan bareng!" ajak ku.

"Ka Linda! Kak Olin! Tolong kak bawain piring satu lagi ya isiin nasi goreng!" kata ku seraya memasuki ruang makan. Aku langsung mengambil satu cangkir lalu langsung menuangkan teh manis kedalamnya. "Minum dulu mbak!" kata ku tersenyum. "Makasih, Vanes!" kata Mbak Jihane. "Ada apa nih mbak kesini pagi-pagi?" tanya ku.

"Mbak udah daftarin kamu di sekolah yang ada di Bogor. Nama sekolahnya, SMA PADJAJARAN. Gimana? Kamu mau kan disana?" tanya Mbak Jihane. "Vanes mah mau aja mbak." kata ku tersenyum. "Bagus. Tapi maaf ya Nes, besok kamu berangkat naik ojek online. Gapapa?" tanya Mbak Jihane. "Gapapa kok mbak. Emang motornya kenapa?" tanya ku. "Permintaannya banyak Nes. Kamu juga kan belum ada SIM." kata Mbak Jihane. "Yaudah nanti kita beli sepeda aja deh. Gimana?" tanya ku yang membuat Mbak Jihane tertawa. "Ada aja kamu akal nya." kata Mbak Jihane. "Gapapa dong kan kita ngirit." kata ku tertawa. "Yaudah nanti abis kamu mandi, kita langsung ke toko sepeda." kata Mbak Jihane yang ku jawab anggukan.

***

"Gimana, Nes? Udah ketemu belum?" tanya Mbak Jihane yang ku jawab anggukan. "Ini aja, mbak." kata ku menunjuk satu sepeda gunung berwarna hitam. "Ga mau yang sepeda listrik aja?" tawar Mbak Jihane yang ku jawab gelengan. "Vanes itu mau sekolah bukan mau pamer. Lagian gapapa mbak biar enak dibawa nya." kata ku tersenyum.

"Yaudah deh kalo gitu. Kamu mau beli apa lagi?" tanya Mbak Jihane. "Tas sama keperluan sekolah deh mbak. Di rumah ada ruang kerjanya papa kan tuh tapi kebanyakan berkas perusahaan. Jadinya nanti Vanes belajar disitu aja." kata ku tersenyum. "Iya bagus kalo gitu nanti siapa tau kamu bisa sekalian pelajarin perusahaan papa kamu." kata Mbak Jihane yang ku jawab anggukan.

Setelah pembayaran selesai, kamipun menuju ke Botani Square. Kami mulai berbelanja barang-barang seperti tas untuk ku sekolah. Aku membeli tiga tas berwarna hitam dengan model yang berbeda-beda. Aku juga sempat mampir ke bagian skincare dan membeli banyak masker. Setelah membeli peralatan menulis dan buku tulis juga akhirnya kami memilih pulang ke rumah.

"Bi Darti, tolong ya besok bangunin Vanes di jam enam pagi. Vanes besok mulai sekolah. Sarapan nanti bawain aja pakai bekal ya." kata ku saat baru keluar dari mobil. Bi Darti tersenyum dan menganggukan kepala nya. "Siap atuh neng. Besok mau sarapan apa neng?" tanya Bi Darti. "Apa yang bibi buat pasti Vanes makan kok bi." kata ku tersenyum. "Oh gitu yaudah bibi pulang duluan ya. Selamat sore, neng." kata Bi Darti yang ku jawab anggukan.

Aku masuk ke dalam rumah dan melihat ada makanan yang dihidangkan diatas meja makan. "Ka Layla? Ka Olin?" panggil ku. "Iya non! Sebentar saya kesana dulu." kata Ka Layla.

Ga lama kemudian kedua orang yang tadi aku panggil datang. "Kak, panggil yang lainnya kesini kita makan bareng ayo! Abis itu kita skincare barengan juga!" ajak ku. "Beneran ini non? Wah! Ayo, La!" ajak Ka Olin semangat.

Ga lama kemudian kelima gadis yang bekerja disinipun datang. Mereka langsung berdiri disebelah ku dan menundukan kepala nya. "Kenapa kalian nunduk? Vanes kan ga mau makan kalian. Apa muka Vanes serem ya?" tanya ku. "Biasa itu mah non, mereka masih malu." kata Ka Olin. "Ya ampun gapapa. Ayo makan, duduk ayo duduk!" kata ku.

Kamipun mulai makan bersama setelah itu akupun menepati omongan ku. Aku dan kelima gadis pekerja dirumah ini akhirnya maskeran bareng guys. Setelah dibilas, akupun pamit tidur begitu juga dengan kelima gadis itu.

Hira Dipta Bahran

Vanessa P.O.V

"Anak-anak! Kalian memiliki teman baru dikelas ini! Ayo Vanes, perkenalkan diri kamu!" kata wali kelas ku.

Saat ini, aku sudah berada dikelas yang akan aku tempati. Aku melihat ke teman sekelas ku, hmmm terlihat baik-baik. Ada satu orang gadis yang tersenyum. Akupun tersenyum. "Hallo semua! Perkenalkan nama saya Vanessa Zahirah kalian bisa panggil saya Vanessa atau Nessa juga gapapa." kata ku tersenyum.

"Kalau gw panggil sayang boleh ga nih?" tanya salah seorang cowok. Aku hanya terdiam seraya menatapnya. Kelaspun mulai gaduh. "Vanessa tinggal dimana nih? Boleh di apelin ga?" tanya salah seorang murid. Aku tetap diam seraya menatap wali kelas ku yang menatapku dengan tatapan tidak enak.

"Vanessa, silahkan kamu duduk di dekat eeuuummm ah didekat Cinta. Cinta tolong angkat tangan kamu, nak!" kata wali kelas ku. Akupun menganggukan kepala dan berjalan mengarah ke teman sebangku ku, Cinta.

"Hai, nama gw Cinta!" sapa nya. "Nama gw, Vanessa!" kata ku tersenyum.

Pelajaranpun dimulai. Aku pun mulai memperhatikan guru. Pelajaran terus berjalan sampai akhirnya bel istirahat berbunyi. "Nes! Ayo ke kantin!!" ajak Cinta. "Bareng dong, Ta!" kata seseorang.

Ternyata gadis yang tadi tersenyum pada ku. "Hai nama gw Nanda, ini sahabat gw namanya Aira. Kita boleh kan ke kantin bareng?" tanya Nanda yang ku jawab anggukan. "Ayo, nama gw Vanessa!" kata ku tersenyum. Kami berempatpun mulai berjalan menuju kantin, sebelumnya aku mengeluarkan uang dua puluh ribu dari dompet ku lalu membawanya didalam saku seragam ku.

Saat kami melewati kelas yang ternyata itu kelas IPA, ada banyak orang yang melihat kami. Aku hanya diam dan memberikan tatapan cuek sampai tiba-tiba seseorang menahan tangan ku. Aku menengok dan melihat yang memegang tanganku. Ternyata cowok. Mukanya lumayan sih tapi kayaknya sifatnya aneh nih pasti.

"Kenapa?" tanya ku. "Murid baru ya?" tanya nya yang ku jawab tatapan dinginku. "Lepas." kata ku. "Hah? Apa?" tanyanya mendekatkan kupingnya kedekat bibir ku. "Minggir bego!!" kata ku kesal. aku langsung melepas genggamannya secara paksa dan langsung menarik ketiga teman ku.

"Siapa sih itu orang? Ga tau etika banget segala narik tangan gw!" kata ku seraya mengelus tanganku yang tadi digenggam cowok tadi.

"Namanya Hira Dipta Bahran. Dia most wanted disekolah ini. Tapi ya gitu dia bisa dibilang badboy. Tapi bukan dia doang sih, satu genk nya juga badboy, most wanted pula." kata Cinta. "Oalah yaudah deh yuk lanjut aja ke kantinnya." kata ku.

Saat kami baru sampai kantin, aku langsung menduduki satu kursi dipaling pojok. "Eeuummm kayaknya kita jangan disini deh." kata Nanda. "Kenapa emangnya?" tanya ku. "Karna itu tempatnya--" kata Aira yang langsung terpotong oleh gebrakan tangan dimeja yang ku tempati.

"Ini meja gw sama bocah. Lo ga bisa disini." kata Dipta. Aku langsung menatap mata nya dan langsung berdiri. "Kita duduk ditempat lain. Males gw berantem sama kambing." kata ku. Dipta langsung menarik tanganku sampai membuat aku berada didekapannya. "Gw pastiin gw bakal ngejar lo selama lo sekolah disini." katanya. "Ga peduli. Gw laper! Bye!" kata ku seraya melepaskan dekapannya.

Aku dan ketiga temanku langsung menuju ke meja yang kosong. Setelah itu aku langsung duduk. "Dasar gila! Gw ga akan mau sama dia kali." kata ku kesal. "Hust! Udah Nes udah. Mendingan lo pesen makanan gih nanti biar gw sama Nanda yang jaga." kata Cinta yang ku jawab anggukan.

Aku dan Aira langsung berjalan mengelilingi kantin. Aku melihat ada yang menjual Bakso Mercon. "Ra, lo mau makan apa?" tanya ku. "Gw kayaknya bento aja deh. Tuh dideket tempat bakso." kata Aira. "Okay, gw mesen bakso aja deh." kata ku. Kamipun langsung menghampiri spot makanan yang ingin kami beli.

"Bu, tolong bakso merconnya satu mangkok ya. Ga pakai sayuran." kata ku yang dijawab anggukan ibu penjualnya. Si ibu itu langsung membuatkannya untuk ku. Setelah selesai dan membayar, aku langsung ke meja ku. Aku melijat disana udah ada Dipta, tiga cowok yang aku ga kenal kayaknya sih itu temennya Dipta, aku juga melihat Cinta dan Nanda yang lagi nunduk.

"Ngapain disini?" tanya ku. "Mau duduk aja. Emang ga boleh?" tanya Dipta. "Gapapa." jawabku singkat. Aku langsung duduk dekat Cinta. "Nes, gw sama Nanda nyari makanannya dulu ya. Lo kalo mau duluan, duluan aja makannya." kata Cinta yang ku jawab anggukan.

Aku mulai memakan bakso yang ku pesan secara perlahan. Walau aku ngerasa risih karna diliatin sama Dipta. "Ngapain kalian masih disini? Kursi kalian disana!" kata ku menunjuk meja yang sebelumnya sudah dia tempati. "Tenang cantik. Kita mau kenalan doang kok." kata salah satu temannya Dipta.

"Gw Dipta!" sapa Dipta yang ku jawab anggukan. "Gw, Ivander Adnan Kama. Panggil aja Ivan." kata salah satu cowok dengan senyumnya yang manis. Aku menganggukan kepala ku. "Kenalin, Nes. Gw, Kivandra Galaxy Dharmendra. Gw dipanggil Andre." kata cowok yang berdiri disebelah Ivan. Aku hanya membalasnya dengan anggukan. "Kenalin, gw Noshad Arsenio Bastian. Panggil aja Arsen. Gw paling ganteng diantara mereka." kata Arsen yang ku jawab senyuman seraya tertawa.

***

Aku baru saja sampai dirumah, Mang Suryo langsung tersenyum. "Wah si eneng udah pulang. Gimana neng hari pertama nya?" tanyanya. "Aman kok, mang. Oh iya Bi Darti udah masak belum ya? Vanes laper hehehe." kata ku seraya tertawa. "Oh udah kok neng. Silahkan atuh neng masuk aja ke dalam." kata Mang Suryo yang ku jawab anggukan.

Aku langsung masuk kedalam dan mencium aroma masakan yang sangat lezat. "Wah non Vanes udah pulang! Mangga neng, makan dulu. Biar saya siapin air hangatnya." kata Ka Layla. "Eh ga usah kak! Vanes nanti sendiri aja. Lagian Vanes ga suka mandi air hangat." kata ku tersenyum. "Yaudah kalau gitu kakak siapin air dingin aja atuh ya." kata Ka Layla yang ku jawab anggukan.

"Eh ada Neng Vanes! Pas banget bibi udah masak loh!" kata Bi Darti. "Iya, bi. Tadi Mang Suryo udah bilang. Pas banget lagi Vanes lagi laper hehehe." kata ku ttersenyum. "Hayuk atuh neng, makan dulu. Mangga atuh mangga." kata Bi Darti. Akupun tersenyum dan langsung duduk dikursi. Aku langsung mengambil piring dan langsung menyendokan nasi ke piring. Aku melihat lauk sore ini. Ada ayam bakar, sambal terasi, dan lalapan. Hmmmm ini enak sih!

"Bi, makasih ya tadi bekal makan siangnya. Enak banget." kata ku tersenyum. "Sama-sama atuh neng. Besok pagi mau dimasakin apa? Sebelum bibi pulang biar besok bibi bisa persiapin bahannya." kata Bi Darti. "Kayaknya besok pakai bahan yang ada didapur aja, bi." kata ku tersenyum. "Oh okay kalau gitu. Oh iya non, ini kan udah sore ya jadinya bibi sama Mang Suryo bakalan pulang." kata Bi Darti. "Oh iya, bi. Makasih ya, bi." kata ku tersenyum.

Tok!

Tok!

Tok!

Aku langsung berdiri dan segera membuka pintu rumah. Aku melihat seorang laki-laki berdiri. Kayaknya sih kurir. "Iya, ada apa ya?" tanya ku. "Dengan mbak Vanes?" tanya laki-laki itu. "Ya, saya sendiri. Ada apa ya?" tanya ku. "Ini mbak ada titipan dari mbak Jihane. Kayaknya sih kartu." Kata laki-laki itu. "Okay, makasih ya." kata ku tersenyum.

Aku langsung menutup pintu secara perlahan dan mulai membawa paket yang diberikan laki-laki itu ke meja makan. Saat aku buka, ternyata ada satu amplop. Aku langsung melihat isi dari amplop itu. Ternyata ada suratnya juga!

-start

...Kepada Yth,...

...Nona Vanessa Zahirah Bramantyo...

...Dengan ini saya, Jihane Cristina, S.H meminta anda:...

...Nama: Vanessa Zahirah Bramantyo...

...Jabatan: Direktur Utama...

...Nama Perusahaan: Bramantyo Property Bussiness...

...Untuk hadir pada acara yang akan diadakan pada:...

...Hari: Rabu Tanggal: 22 Desember 2021...

...Lokasi: Ball Room The Ritz-Carlton Hotel...

...Pukul: 15:00 s/d Selesai...

...Pertemuan ini dalam rangka kerja sama antar perusahaan sekaligus perkenalan diri anda selaku direktur utama dan ahli waris tunggal dari keluarga Bramantyo....

...Dengan ini, saya rasa sudah cukup informasi yang bisa saya sampaikan. Terima kaish atas waktunya....

...Sekian dan terima kasih....

...Jakarta, 20 Desember 2021...

...Jihane Cristina, S.H....

-end

Begitulah isi suratnya. Hmmm, berarti acara formal. Aku langsung menyelesaikan makan ku, lalu segera membawa piring bekas ku ke dapur untuk aku cuci. Aku mendengar ponselku berdering. Pasti ada yang nelfon! Saat aku lihat, ternyata Mbak Jihane.

"Hallo, mbak!" sapa ku. "Hallo, Nes. Lusa kamu mbak jemput ya. Nanti abis kamu pulang sekolah langsung ke salon. Nanti setengah hari aja sekolah nya." Kata Mbak Jihane. "Yah, yaudah deh mbak. Vanes juga berarti bakalan pelajarin dokumennya papa nih ya." kata ku. "Ga perlu juga, Nes. Kan kamu nanti dibantuin sama Pak Ahmad." kata Mbak Jihane. "Om aku?" tanya ku. "Iya. Dia dikasih tanggung jawab untuk ngejalanin perusahaan sampai kamu siap." kata Mbak Jihane. "Oh gitu. Okay deh kalo gitu mah." kata ku. "Besok kita belanja ya. Kita beli gaun formal biar kamu bisa pakai kalau ke kantor juga." Kata Mbak Jihane. "Siap. Besok aku ke sekolah naik sepeda, mbak. Tadi udah tau rute nya kok. Ga terlalu jauh." kata ku. "Yaudah deh. Jangan lupa bawa baju salin!" Kata Mbak Jihane. "Siap." jawabku.

Aku langsung masuk ke kamar dan menyiapkan buku-buku untuk aku sekolah besok. Aku juga membawa handuk kecil dan sabun muka. Selain itu aku memasukan rok seragam ku. Aku juga ga lupa bawa jas hujan kecil jadinya hemat tempat deh. Setelah siap, aku langsung meletakan tas sekolah ku didekat meja rias.

Saat aku mengecek WA, aku melihat ada nomor yang tidak aku kenal. Hmmmm yang tau nomor aku kan cuman anak-anak kelas dan Hiza. Ga lama kemudian, nomor ini nelfon. Aku langsung mengangkatnya.

"Hallo? Vanessa disini. Dengan siapa saya bicara?" tanya ku. "Ini gw, Dipta." kata pemilik nomor itu. "Damn! Lo ngapain ngechat gw? Lo dapet dari mana?" tanya ku. "Ga penting dari mananya. Yang penting, gw suka sama lo." Kata nya yang membuatku terbahak. "Lo baru ketemu sama gw sehari. Kok bisa bilang suka? Aneh deh!" kata ku tertawa. "Gw serius. Gw bakal kejar lo kalo lo ga percaya." kata nya yang membuatku menggelengkan kepala ku. "Gila lo." kata ku tertawa. "Iya gw gila gara-gara lo." katanya.

"Ha Ha Ha! Buaya dasar. Udah jangan ganggu gw. Banyak cewek di sekolah yang bisa lo dapetin. Tapi itu bukan gw. Sorry." kata ku. "Lo pernah insecure?" tanya Dipta. "Insecure dalam hal?" tanya ku. "Semuanya. Fisik, otak, mental. Pokoknya semuanya." kata Dipta. "Gak." jawabku. "Sombong juga ya lo." Katanya seraya tertawa. "Terserah mau nilai gw sombong atau apapun itu. Yang pasti gw ga insecure karna gw ngerasa kalo apa yang gw mau udah ada. Lagian pemberian tuhan kenapa kita harus ngeraguinnya? Udah kan omongannya? Gw mau tidur. Bye!" kata ku seraya mematikan sambungan telfonnya.

Aku langsung menyimpan nomornya dengan nama 'Cowok Sinting' setelah itu aku langsung mengisi daya ponselku dan mulai tertidur.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!