Sugar Daddyku Ayah Sahabatku

Sugar Daddyku Ayah Sahabatku

Part 1

Plakk!

"Ke-kenapa mami menampar Sandra, apa salah Sandra mam?" gadis itu terkesiap, begitu pintu terbuka sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulusnya.

Bingung, sudah pasti Sandra rasakan. Terlebih, saat melihat kilatan amarah di wajah wanita yang selama ini sudah dianggap seperti ibunya sendiri.

"Dasar tidak tahu diri! dikasih hati minta jantung kamu ya!" seru Cleo.

Wanita itu begitu murka, tanpa Sandra tau dimana letak kesalahnya.

Ditengah rasa bingung sekaligus terkejut, atas perlakuan kasar Cleo. Sandra coba mengingat-ingat kesalahan apa yang sudah ia lakukan, sehingga membuat wanita itu begitu marah padanya.

"Maaf, kalau memang Sandra pernah melakukan kesalahan yang tidak Sandra sadari mam, tapi kedatangan Sandra kesini hanya--"

"--cukup! aku tidak sudi rumahku, kau masuki lagi, dasar wanita m*r*han!" sela Cleo disertai hinaan yang sekali lagi menyakiti hati gadis itu.

"Ya tuhan .. sebenarnya apa yang sudah aku lakukan, sampai nyonya Cleo begitu marah padaku," Batin Sandra menahan tangis.

Sakit, bukan hanya tamparan keras di pipinya. Melainkan, kata-kata kasar yang keluar dari bibir bergincu merah itu, sungguh menyayat hati.

"Selama ini, aku sudah memberimu kebebasan di rumahku. Menganggapmu bagian dari keluarga kami, karena Kinan begitu menyayangimu. Tapi, apa balasanmu padaku, hah!" sentak Cleo.

Wanita berdarah Eropa itu, terus saja memuntahkan amarahnya, tanpa memberi kesempatan Sandra untuk bertanya apa yang sebenarnya terjadi.

"Lalu sekarang, dengan percaya diri kamu berani menginjakkan kaki dirumahku lagi. Cih! tidak tahu malu," ketus wanita itu.

Sandra tertunduk semakin dalam, tidak menyangka jika kedatangannya pagi itu justru menjadi pelampisan Cleo sang nyonyah rumah.

"Jika Sandra ada salah kata, sikap, ataupun tindakan, sekali lagi Sandra manta maaf yang sebesar-besarnya mam. Tapi sungguh, Sandra tidak tahu dimana letak kesalahan Sandra yang sudah menyinggung mami," ucapnya pelan.

Meski rasa sakit, baik di hati ataupun pipi masih gadis itu rasakan. Tapi, Sandra masih tetap tegar dengan bertanya baik-baik pada Cleo.

Namun, disaat ia hendak menyentuh tangan wanita itu. Hal tak terduga justru terjadi.

"Jangan coba menyentuhku," ketus Cleo seraya mendorong kasar tubuh Sandra hingga gadis itu hempas ke lantai.

"Aku tidak sudi di sentuh bibit pelakor sepertimu!" sarkas Cleo sambil mengibaskan tangannya jijik, karena sudah menyentuh bahu Sandra.

"Pe-pelakor?" ringis gadis itu.

Bukan karena rasa sakit akibat membentur lantai, tapi kalimat wanita itu yang membuat Sandra tercenung beberapa saat.

"Aku pelakor, suami siapa yang sudah aku goda," batin Sandra pilu.

Kini, cairan bening tak kuasa lagi Sandra tahan, mendapat cacian bertubi-tubi dari Cleo ternyata meruntuhkan tanggul pertahannya.

Gadis itu terisak dalam diam.

"Dengar! mulai sekarang jangan lagi kamu menginjakkan kaki di rumah ini. Apalagi berpikir untuk kembali menggoda suamiku! sebab, sampai itu terjadi, aku bisa melakukan hal yang lebih dari ini, camkan itu!" hardik Cleo.

Brak!

Selesai menuntaskan amarahnya, Cleo masuk dan membating pintu dengan keras.

Sementara Sandra, yang masih bersimpuh di lantai, terkesiap. Bukan karena kerasnya suara pintu yang di banting Cleo, melainkan tuduhan yang wanita itu berikan padanya.

"Kapan aku menggoda pak Raka," gumamnya yang kembali terisak.

Cassandra Verena Putri, tidak menyangka, jika kunjungannya pagi itu ke kediaman Proyaga akan di sambut tamparan keras serta cacian dari sang nyonya rumah, Cleo Prayoga. Padahal, tujuan gadis itu datang hanya untuk mengembalikan jaket Kinan yang sebelumnya ia pinjam. 

"Astaga! apa jangan-jangan nyonya Cleo melihat saat pak Raka mengusap kepalaku kemarin lusa," ucap Sandra yang langsung terjingkat berdiri.

"Benar, mungkin nyonya Cleo melihat itu. Aku harus meluruskan kesalahpahaman ini," gumamnya yang bergegas kembali mengetuk pintu.

"Mam .. Sandra bisa jelasin semuanya, tolong buka pintunya mam, please. Ini hanya salah paham!" teriaknya.

Namun, sudah berulang kali Sandra mengetuk pintu serta berteriak, tidak sekalipun ada jawaban dari dalam. Bahkan, pintu juga sengaja dikunci.

"Sekarang aku harus bagaimana, nyonya Cleo sudah berpikir buruk tentangku. Dan sekarang, dia pasti sangat membenciku," ucapnya pelan sambil menatap nanar pintu di depannya.

Akhirnya, dengan gontai Sandra meninggalkan teras berlantai granit itu dengan hati sedih. Selain mendapat cacian beruntut Cleo, ia juga yakin, wanita itu pasti membencinya, seperti wanita-wanita lain yang juga dicurigai Cleo karena dianggap telah menggoda suaminya.

*****

Sandra, terus berjalan malas menyusuri jalan menuju tempat tinggalnya. Dalam hati, gadis itu meyayangkan tindakan Cleo yang sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Dan, ia juga tidak menyangka, jika usapan di puncak kepala yang Raka lakukan dua hari lalu, justru menjadi masalah besar untuknya, bahkan mungkin penghancur hubungannya dengan Cleo. Wanita yang selama ini sudah ia anggap seperti ibunya sendiri.

"Woii San! lu mau kemana! lupa sama kontrakan sendiri!"

Mendengar teriakan itu, Sandra terkejut. Ia-pun tersadar jika sudah berjalan sedikit jauh, hingga melewati pintu kontrakannya.

"Amel," gumamnya.

Begitu memutar badan, Sandra menatap sendu tetangga sekaligus sahabatnya itu, yang tengah duduk di teras, dan sepertinya tengah menertawakan dirinya.

Sontak mengetahui ekspresi tak biasa Sandra, Amel pun terjingkat berdiri, lalu berlari mendekati Sandra.

"San, lu kenapa? dan lu dari mana sepagi ini? itu, kenapa bisa pipi lu merah, lu enggak---"

Mendengar pertanyaan beruntun Amel, Sandra tersenyum kaku seraya berkata," Kita masuk dulu yuk, nanti aku jelasin," ucapnya pelan.

"Oke, oke. Bentar. Gue ambil teh dulu, sayang, masih banyak." Amel buru-buru mengambil cangkir miliknya yang ia letakkan dekat pintu kamarnya.

"Ada apaan sih, buruan cerita," desak Amel, begitu mereka duduk disofa usang yang ada di dalam kamar Sandra.

"Nyonya Cleo sudah salah paham padaku, Mel," ucap Sandra pelan.

"Kok bisa! memangnya ada masalah apa lu dengannya. Jangan bilang, kalau merah di pipi lu itu karena tamparan si rambut pirang," kata Amel yang langsung bisa menebak.

Sandra mengehela nafas pelan, sebelum akhirnya menganggukan kelapa.

"Dia mengatakan aku pelakor, Mel," terang Sandra.

"Why! Pelakor!" pekik Amel, "Suami siapa yang udah lu ganggu, San? Jangan-jangan ..."

Terpopuler

Comments

KEMBANG KERTAS

KEMBANG KERTAS

keren banget ceritanya 🥳

2022-08-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!