Plakk!
"Ke-kenapa mami menampar Sandra, apa salah Sandra mam?" gadis itu terkesiap, begitu pintu terbuka sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulusnya.
Bingung, sudah pasti Sandra rasakan. Terlebih, saat melihat kilatan amarah di wajah wanita yang selama ini sudah dianggap seperti ibunya sendiri.
"Dasar tidak tahu diri! dikasih hati minta jantung kamu ya!" seru Cleo.
Wanita itu begitu murka, tanpa Sandra tau dimana letak kesalahnya.
Ditengah rasa bingung sekaligus terkejut, atas perlakuan kasar Cleo. Sandra coba mengingat-ingat kesalahan apa yang sudah ia lakukan, sehingga membuat wanita itu begitu marah padanya.
"Maaf, kalau memang Sandra pernah melakukan kesalahan yang tidak Sandra sadari mam, tapi kedatangan Sandra kesini hanya--"
"--cukup! aku tidak sudi rumahku, kau masuki lagi, dasar wanita m*r*han!" sela Cleo disertai hinaan yang sekali lagi menyakiti hati gadis itu.
"Ya tuhan .. sebenarnya apa yang sudah aku lakukan, sampai nyonya Cleo begitu marah padaku," Batin Sandra menahan tangis.
Sakit, bukan hanya tamparan keras di pipinya. Melainkan, kata-kata kasar yang keluar dari bibir bergincu merah itu, sungguh menyayat hati.
"Selama ini, aku sudah memberimu kebebasan di rumahku. Menganggapmu bagian dari keluarga kami, karena Kinan begitu menyayangimu. Tapi, apa balasanmu padaku, hah!" sentak Cleo.
Wanita berdarah Eropa itu, terus saja memuntahkan amarahnya, tanpa memberi kesempatan Sandra untuk bertanya apa yang sebenarnya terjadi.
"Lalu sekarang, dengan percaya diri kamu berani menginjakkan kaki dirumahku lagi. Cih! tidak tahu malu," ketus wanita itu.
Sandra tertunduk semakin dalam, tidak menyangka jika kedatangannya pagi itu justru menjadi pelampisan Cleo sang nyonyah rumah.
"Jika Sandra ada salah kata, sikap, ataupun tindakan, sekali lagi Sandra manta maaf yang sebesar-besarnya mam. Tapi sungguh, Sandra tidak tahu dimana letak kesalahan Sandra yang sudah menyinggung mami," ucapnya pelan.
Meski rasa sakit, baik di hati ataupun pipi masih gadis itu rasakan. Tapi, Sandra masih tetap tegar dengan bertanya baik-baik pada Cleo.
Namun, disaat ia hendak menyentuh tangan wanita itu. Hal tak terduga justru terjadi.
"Jangan coba menyentuhku," ketus Cleo seraya mendorong kasar tubuh Sandra hingga gadis itu hempas ke lantai.
"Aku tidak sudi di sentuh bibit pelakor sepertimu!" sarkas Cleo sambil mengibaskan tangannya jijik, karena sudah menyentuh bahu Sandra.
"Pe-pelakor?" ringis gadis itu.
Bukan karena rasa sakit akibat membentur lantai, tapi kalimat wanita itu yang membuat Sandra tercenung beberapa saat.
"Aku pelakor, suami siapa yang sudah aku goda," batin Sandra pilu.
Kini, cairan bening tak kuasa lagi Sandra tahan, mendapat cacian bertubi-tubi dari Cleo ternyata meruntuhkan tanggul pertahannya.
Gadis itu terisak dalam diam.
"Dengar! mulai sekarang jangan lagi kamu menginjakkan kaki di rumah ini. Apalagi berpikir untuk kembali menggoda suamiku! sebab, sampai itu terjadi, aku bisa melakukan hal yang lebih dari ini, camkan itu!" hardik Cleo.
Brak!
Selesai menuntaskan amarahnya, Cleo masuk dan membating pintu dengan keras.
Sementara Sandra, yang masih bersimpuh di lantai, terkesiap. Bukan karena kerasnya suara pintu yang di banting Cleo, melainkan tuduhan yang wanita itu berikan padanya.
"Kapan aku menggoda pak Raka," gumamnya yang kembali terisak.
Cassandra Verena Putri, tidak menyangka, jika kunjungannya pagi itu ke kediaman Proyaga akan di sambut tamparan keras serta cacian dari sang nyonya rumah, Cleo Prayoga. Padahal, tujuan gadis itu datang hanya untuk mengembalikan jaket Kinan yang sebelumnya ia pinjam.
"Astaga! apa jangan-jangan nyonya Cleo melihat saat pak Raka mengusap kepalaku kemarin lusa," ucap Sandra yang langsung terjingkat berdiri.
"Benar, mungkin nyonya Cleo melihat itu. Aku harus meluruskan kesalahpahaman ini," gumamnya yang bergegas kembali mengetuk pintu.
"Mam .. Sandra bisa jelasin semuanya, tolong buka pintunya mam, please. Ini hanya salah paham!" teriaknya.
Namun, sudah berulang kali Sandra mengetuk pintu serta berteriak, tidak sekalipun ada jawaban dari dalam. Bahkan, pintu juga sengaja dikunci.
"Sekarang aku harus bagaimana, nyonya Cleo sudah berpikir buruk tentangku. Dan sekarang, dia pasti sangat membenciku," ucapnya pelan sambil menatap nanar pintu di depannya.
Akhirnya, dengan gontai Sandra meninggalkan teras berlantai granit itu dengan hati sedih. Selain mendapat cacian beruntut Cleo, ia juga yakin, wanita itu pasti membencinya, seperti wanita-wanita lain yang juga dicurigai Cleo karena dianggap telah menggoda suaminya.
*****
Sandra, terus berjalan malas menyusuri jalan menuju tempat tinggalnya. Dalam hati, gadis itu meyayangkan tindakan Cleo yang sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Dan, ia juga tidak menyangka, jika usapan di puncak kepala yang Raka lakukan dua hari lalu, justru menjadi masalah besar untuknya, bahkan mungkin penghancur hubungannya dengan Cleo. Wanita yang selama ini sudah ia anggap seperti ibunya sendiri.
"Woii San! lu mau kemana! lupa sama kontrakan sendiri!"
Mendengar teriakan itu, Sandra terkejut. Ia-pun tersadar jika sudah berjalan sedikit jauh, hingga melewati pintu kontrakannya.
"Amel," gumamnya.
Begitu memutar badan, Sandra menatap sendu tetangga sekaligus sahabatnya itu, yang tengah duduk di teras, dan sepertinya tengah menertawakan dirinya.
Sontak mengetahui ekspresi tak biasa Sandra, Amel pun terjingkat berdiri, lalu berlari mendekati Sandra.
"San, lu kenapa? dan lu dari mana sepagi ini? itu, kenapa bisa pipi lu merah, lu enggak---"
Mendengar pertanyaan beruntun Amel, Sandra tersenyum kaku seraya berkata," Kita masuk dulu yuk, nanti aku jelasin," ucapnya pelan.
"Oke, oke. Bentar. Gue ambil teh dulu, sayang, masih banyak." Amel buru-buru mengambil cangkir miliknya yang ia letakkan dekat pintu kamarnya.
"Ada apaan sih, buruan cerita," desak Amel, begitu mereka duduk disofa usang yang ada di dalam kamar Sandra.
"Nyonya Cleo sudah salah paham padaku, Mel," ucap Sandra pelan.
"Kok bisa! memangnya ada masalah apa lu dengannya. Jangan bilang, kalau merah di pipi lu itu karena tamparan si rambut pirang," kata Amel yang langsung bisa menebak.
Sandra mengehela nafas pelan, sebelum akhirnya menganggukan kelapa.
"Dia mengatakan aku pelakor, Mel," terang Sandra.
"Why! Pelakor!" pekik Amel, "Suami siapa yang udah lu ganggu, San? Jangan-jangan ..."
Amel terkejut mendengar cerita Sandra, mereka memang tahu bagaimana posesifnya Cleo terhadap suaminya, Raka. Tapi, baik Sandra maupun Amel, keduanya tidak pernah menyangka, jika kedekatan Sandra dengan Kinan akan berakibat fatal.
Dan kini, sesuai keinginan Cleo, sudah satu minggu setelah pagi itu, Sandra tidak lagi menginjakkan kaki di rumah mewah Prayoga. Rutinitas yang biasa gadis itu lakukan selama beberapa bulan terakhir-pun, perlahan ia lupakan demi kebaikan semua pihak. Tidak hanya itu, saat menuju tempat dimana dirinya menjajakan barang dagangannya, Sandra memilih jalur lain walaupun harus memutar arah.
Niat, untuk meluruskan kesalahpahamannya dengan Cleo juga Sandra urungkan, setelah mendengar nasihat Amel. Bukan tanpa alsannya, Sandra memilih menghindar sementara waktu, karena ia tahu siapa Cleo, dan tidak ingin kembali mematik amarah ibu dari sahabatnya itu.
Sebab, menurut Sandra mengalah lebih baik, karena selain tidak ingin memperkeruh keadaan, Sandra juga menghargai Raka, sebagai orang baik. Karena selama ini, Raka tidak pernah melihat dirinya ataupun Amel, dari status sosial. Awalnya Cleo juga bersikap sama seperti Raka, tapi setelah hari itu. Jelas semua akan berubah.
"Gimana Kinan San, dia udah tahu sikap nyokapnya ke lu tempo hari?" tanya Amel.
Keduanya tengah duduk di teras, menikmati waktu menjelang petang, kebiasaan yang selalu kedua gadis itu lakukan saat sore hari.
"Belum Mel, aku putuskan untuk tidak memberitahunya, aku takut Kinan merasa gak enak sama aku nanti," jawab Sandra.
"Baguslah, kita sepemikiran kalau begitu. Menghadapi nyokapnya yang over saja, udah cukup buat dia stres, apalagi sampai tahu lu di kata-katain yang gak pantes seperti kemarin. Gue aja kesel, apalagi dia," ucap Amel, "Lu yang sabar ya, San. Gue cuma bantu doa, semoga masalah ini gak berlarut-larut," sambungnya tulus.
"Iya Mel, makasih ya," balas Sandra disertai senyuman.
Senyum, yang sebenarnya hanya sebagai kedok penutup kesedihan yang sedang menelungkup hati.
Sandra nelangsa saat mengingat cacian Cleo, dan tiba-tiba wajah teduh sang ibu melintas di benaknya.
"Ibu, aku merindukanmu," batin Sandra dengan kepala tertunduk lesu.
Hidup sebatang kara dengan melajutkan usaha mendiang sang ibu, menjaga kanting di Sekolah Menengah Pertama, rela Sandra lakukan untuk menyambung hidup. Dan terkadang, dengan keadaannya yang pas-pasan, membuat Sandra merasa tidak pantas bergaul dengan Kinan, yang notabennya dari kalangan atas. Namun, tidak tahu kenapa, Kinan begitu menyayanginya sebagai sahabat. Apa kelebihannya, Sandra juga tidak tahu.
Sekarang, Sandra merasa dilema, apakah akan tetap menjalin hubungan baik dengan Kinan, setelah kesalahpahaman antara dirinya dengan Cleo. Karena sejujurnya, Sandra khawatir ancaman Cloe tempo hari akan benar-benar terjadi.
******
"Hai hai ... Gue datang!"
Sandra, yang saat itu sedang membersihkan meja, setelah para siswa-siswi kembali masuk kelas. Sontak, menoleh kesumber suara. Ternyata, Kinan sudah berdiri di ambang pintu, dan tersenyum manis padanya.
"Kinan! kok kamu kesini .. Kamu bolos lagi?" tanya Sandra begitu mendapati sahabatnya itu masih mengenakan seragam.
"Hehe .. Iya," jawab Kinan seraya masuk dan duduk si depan Sandra.
"Jangan keseringan bolos, sayang loh, inikan tahun terakhir kamu," ujar Sandra.
"Gue capek San, boleh enggak kalau hari ini ikut pulang ke kontrakan lu. Kangen, pengen ngumpul bertiga lagi," ungkap Kinan.
Sandra tahu, Kinan pasti dalam fase jenuh, dan butuh suasana baru. Tapi sekarang, ia justru bingung harus menjawab apa. Sebab, untuk menolak-pun rasanya tidak tega. Terlebih, setelah seminggu terakhir ia sudah menjaga-jarak dari sahabatnya itu, terselip rasa bersalah dalam dirinya.
"Ya sudah, terserah kamu saja. Mau makan sesuatu?" tanyanya.
Pada akhirnya, Sandra hanya bisa pasrah, tidak tega jika kambali harus mengabaikan Kinan. Karena ia tahu, meski Kinan memiliki segalanya dan juga orang tua yang lengkap. Tapi sebenarnya, kehampaan serta merasa tidak dianggap selalu gadis itu rasakan.
"Iya San, sengaja gue gak sarapan tadi. Kangen sama masakan lu. Eh, elu kenapa sekarang gak penah lagi mampir kerumah sebelum berangkat kesini," tanya Kinan.
"Iya maaf, aku gak sempet, Kin. Soalnya, akhir-akhir ini aku sering telat bangun," jawab Sandra terpaksa berbohong.
"Oh, gue kira lu marah sama gue."
"Enggak, marah kenapa. Tunggu sebentar ya, aku siapin makanan kamu dulu," ujar Sandra yang buru-buru kedapur.
"San,"
Sontak, Sandra terjingkat begitu tahu Kinan sudah berdiri di sampingnya.
"Hehe ... Maaf, udah bikin lu kaget ta," ungkap Kinan.
"Gak apa-apa, kamu butuh sesuatu?" tanya Sandra.
"San, boleh enggak kalau gue bantuin lu di kantin. Sebelum dapet pekerjaan."
"Maksud kamu!" sentak Sandra yang spontan menghadap Kinan.
"Bukan, bukan soal kamu yang mau bantu aku disini. Sungguh, aku senang sekali kalau-pun itu terjadi, tapi yang jadi masalahnya, bagaimana dengan sekolahmu, Kin," terang Sandra.
"Gue capek San, gue mau keluar aja. Terus cari kerja, biar bisa menghasilkan uang sendiri kayak lu," kata Kinan dengan tatapan sendu.
"Jangan Kin, sayang. Tunggu sebentar lagi ya, dan kamu bisa melanjutkan keperguruan tinggi. Jangan menyulitkan diri sendiri dengan mengambil jalan pintas sekarang. Karena aku yakin, kamu pasti menyesal nanti," jelas Sandra berusaha meyakinkan, agar Kinan tidak gegabah dalam mengambil keputusan.
"Tapi, gue capek San. Gue capek jadi anak mereka," ucap Kinan dengan suara bergetar.
"Iya aku tahu, tapi dengan kamu putus sekolah sekarang, bukan solusi terbaik. Buka mata mereka dengan pencapaianmu, Kin. Buktikan, meski tanpa perhatian, kamu juga bisa menjadi anak yang membanggakan," beber Sandra.
"Gue sakit, setiap kali jadi pelampiasan nyokap, San. Gue juga muak dirumah yang ada hanya pertengkaran. Gue butuh kenyamanan, gue juga butuh diperhatikan. Gue butuh dimengerti layaknya anak-anak lain di luar sana. Tapi nyatanya, mereka terlalu egois, terutama nyokap. Lu tau kan gimana sikapny ke gue," keluh Kinan yang sudah terisak.
Tidak tega dengan kepedihan yang di rasa oleh sahabatnya. Sandra langsung menarik Kinan kedalam pelukannya.
"Yang sabar ya, aku janji akan selalu ada buat kamu. Kamu gak sendiri Kin, ada aku dan juga Amel yang perduli sama kamu," terang Sandra.
Harta memang bukan jaminan kebahagian seseorang, terkadang, kesibukan mengejar duniawi justru berdampak pada anak dan juga keluarga. Sama halnya dengan Kinan, putri semata wayang pasangan Raka Prayoga bersama Cleo Moren itu merasa selalu terabaikan. Kedua orangnya, terlalu sibuk dengan kepentingan masing-masing. Dan naasnya, saat pulang kerumah, bukan kehangatan keluarga yang Kinan dapat. Melainkan, pertengkaran hingga berakhir beberapa barang hancur berserakan di lantai.
Rumah, bukan hanya sekedar bangungan kokoh yang berfungsi sebagai pelindung panas, hujan, atau bahkan badai sekalipun. Tapi, arti rumah yang sesungguhnya adalah kehidupan yang ada didalamnya, yaitu KELUARGA.
Sudahkah dalam suatu keluarga, yang terdiri dari beberapa peran penting, melakukan tugasnya demi kenyamanan setiap anggotanya? atau justru acuh tanpa berpikir jika akan ada sosok lemah yang selalu menjadi korban, yang tak lain ANAK.
Keluarga berperan penting bagi pertumbuhan psikologis anak. Keluarga juga sebagai tempat yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan psikis seorang anak. Tapi, ketika keluarga tidak lagi bisa memberikan kenyamanan pada anak, apa yang akan terjadi?
Binar bahagia terus terpancar di paras cantik Kinan Prayoga. Bersama Sandra juga Amel, rupanya bisa membuatnya lupa akan drama keluarga yang setiap hari selalu ia saksikan. Meskipun di tengah kesederhanaan, bersama kedua sahabat yang usianya lebih tua darinya itu. Kinan justru merasakan arti kehangatan keluarga yang sesungguhnya.
Sudah tiga hari Kinan tinggal bersama di kontrakan sederhana Sandra. Sikap lembut serta sabar Sandra, sungguh membuat Kinan nyaman berada didekatnya. Meski usia mereka hanya berjarak dua tahun, tapi Sandra selalu bisa berperan layaknya kakak juga ibu bagi Kinan. Begitu juga Amel, dengan pemikiran mereka yang dewasa membuat Kinan benar-benar dianggap layaknya manusia. Bukan sekedar barang yang akan diperebutkan jika dua hati tidak lagi sejalan.
"Hai bestie! mau coklat panas," ucap Kinan yang baru datang dengan membawa nampan berisikan tiga cangkir.
Sandra dan juga Amel yang sudah lebih dulu duduk diteras, seketika menongak.
"Boleh Kin," jawab Amel.
"Oke, ini udah gue buatin buat kita bertiga," ujar Kinan seraya menurunkan pelan nampan di tangannya.
"Enggak usah repot-repot Kin, kita bisa buat sendiri kok. Nanti kamu capek loh," sambung Sandra.
"Santuy aja kali San, seberapa capeknya sih timbang nyedu coklat sachet doang," kilah Kinan, "Bentar ya, gue balikin nampan dulu kebelakang," lanjutnya segera masuk kedalam.
"Mau sampai kapan Kinan disini San?" tanya Amel setelah kepergian Kinan.
"Gak tau Mel, aku sih nggak keberatan dia disini. Tapi," ucap Sandra ragu untuk melanjutkan kalimatnya.
"Takut nyonya Cleo salah paham lagi?" sela Amel yang seolah tahu apa yang Sandra khawatirkan.
Dan, benar saja, Sandra pun mengangguk lemah.
"Gue juga heran sama itu bule. Mau dilihat dari mana juga dia udah cantik banget loh. Perfect-lah pokoknya, mana mungkin pak Raka bakal berpaling-kan. Tapi dasarnya tuh orang emang rada-rada, masa cemburu sama elu cuma gara-gara pak Raka ngusap kepala doang. Emang sengklek tuh kepala pirang," celetuk Amel.
"Huusst .. pelankan suaramu, Mel. Nanti Kinan bisa denger loh," resah Sandra mengingatkan.
"Ups, sorry, keceplosan," ujar Amel yang langsung menutup mulutnya dengan tangan.
"Tapi, setidaknya disini dia tidak merasa tertekan," timpal Sandra pelan.
"Iya, gue tahu itu, San. Tapi menampung dia terlalu lama juga bukan solusi. Gimana dengan sekolahnya? terus, gue juga punya pemikiran yang sama kaya elu. Takut nyonya Cleo semakin salah paham dan benci sama elu, sob," jelasnya.
Sandra terlihat menimang pendapat Amel, lalu berkata, "Sekarang aku harus bagaimana?"
Amel mendesah pelan, iya tahu kegundahan yang sedang Sandra alami. Sahabatnya itu memang telalu baik, sehingga tak heran, jika Kinan begitu menyayanginya.
Namun, tanpa keduanya ketahui, rupanya Kinan sudah berdiri di ambang pintu, dan secara tidak langsung mendengar sebagian pembicaraan mereka.
"Mommy," gumam Kinan.
Sontak, Sandra dan juga Amel terkejut saat mendengar suara Kinan. Namun, mereka semakin terkejut lagi saat mengetahui sosok yang mereka khawatirkan, akhirnya datang.
Seketika, kedua gadis itu berjingkat bangun, begitu tahu Cleo udah berdiri di depan teras kamar Sandra.
"Mommy ngapain kesini!" ketus Kinan
"Pulang! mau sampai kapan kamu sini, tadi pak Anton menghubungi mommy, katanya kamu sudah empat hari tidak masuk sekolah. Mau jadi apa kamu, gembel seperti mereka!" sergah Cleo.
"Sejak kapan mommy peduli, Key mau sekolah ataupun tidak! Dan, jangan pernah menyebut mereka gembel, karena disini Key merasa dihargai dari pada tinggal di rumah mewah, tapi tak ubahnya seperti neraka," tegas gadis itu.
"Key! Jaga bicaramu, jangan buat mommy marah disini," seru Cleo, "Ayo pulang!"
"Stop mom! stop disitu! atau Key akan lari lebih jauh lagi!"
"Key!" sentak Cleo, " Okey, mommy berhenti, tapi kamu harus pulang sekarang," tegasnya.
Kinan tetap bergeming, sementara Sandra dan juga Amel saling beradu pandang melihat ketegangan di depan mereka.
"Pulang sayang, kamu anak mommy, kamu harus mengerti perasaan mommy, Key. Semua ini karena dad–"
"---cukup mom!" sela Kinan, "Jangan bicarakan apapun disini. Key capek, kalian berdua tidak pernah menganggap Key ada. Key capek mom, tolong ngertiin Key juga," ucap Kinan.
Cleo yang sebelumnya sempat melunak, kembali mengeraskan rahang, terlebih begitu melihat Kinan terisak.
"Key bukan tempat pelampiasan mom, Key juga punya rasak sakit. Hiks .. hiks .. kenapa mommy selalu kasar, bukankah Key darah daging mommy."
Kalimat pilu Kinan berhasil membuat Sandra juga Amel terenyuh. Tapi, sejurus kemudian reaksi berbeda justru gadis itu tunjukkan.
"Haha .. Tidak seharusnya Key meminta sesuatu yang tidak mungkin dari mommy, perhatian, semua itu tidak akan pernah Key dapatkan dari wanita sepetimu. Pergi dari sini, pergi! Key tidak mau pulang!"
Brak!
Kinan membanting pintu, karena tidak ingin lagi mendengar apapun dari mommynya. Namun, tanpa ia sadari jika sikapnya itu malah mematik amarah Cleo.
"Kinan!" pekik Cleo.
Sejurus kemudian, tatapan marah wanita itu beralih pada Sandra.
"Cih, jadi ini rencanamu, pelakor! merasuki anakku untuk tetap disini, dan berharap suamiku datang, begitu! sembur Cleo.
"Maksudnya mami apa, Sandra sunguh tidak mengerti," jawab gadis itu.
"Jangan belagak bodoh kamu! aku tahu maksud dan tujuanmu wanita licik."
"Nggak mam, bukan seperti itu. Sungguh Sandra tidak punya hubungan apapun dengan pak Raka. Apa yang mami lihat pagi itu tidak sesuai dengan apa yang mami pikirkan. Pak Raka hanya mengucapkan terima kasih karena Sandra selalu menyempatkan datang untuk mengantarkan sarapan Kinan," jelas Sandra dengan satu tarikan nafas.
"Ooh! jadi itu tujuanmu selama ini datang setiap pagi ke rumahku, hem? Untuk mencari perhatian suamiku, begitu!" sungut Cleo seraya berjalan mendekati Sandra. Dan tiba-tiba, wanita itu menarik kasar gulungan rambut Sandra.
"Auw! .. sakit nyonya! tolong lepaskan!" rintih Sandra berusaha melepaskan cengkraman Cleo di rambutnya.
"Nyonya Cleo, cukup! Lepaskan rambut Sandra atau saya akan berteriak agar semua penghuni kontrakan ini keluar!" geram Amel.
Gadis itu yang sebelumnya memilih diam, sontak ikut tersulut emosi melihat sikap kasar Cleo pada Sandra.
"Diam kamu! aku gak ada urusan denganmu," sentak Cleo.
"Nyonya lupa dimana anda menginjakkan sepatu mahal anda sekarang!" tekan Amel, "Jika anda tetap bersikap bar-bar aku akan segera menghubungi polisi."
Cleo langsung melepas cengkramannya begitu tahu Amel mengambil ponsel.
"Pergi! Karena aku bukan tipikal orang yang hanya mengancam tanpa bukti!" tegas Amel dengan sorot matanya yang tajam.
Sementara Sandra hanya terisak merasakan sakit di kepalanya.
"Kamu!"
"Cukup mom!" pekik Kinan menghentikan niat Cleo yang hendak menampar Amel.
"Besok Kinan pulang, tapi biarkan Kinan bermalam disini untuk malam ini saja. Please.." mendengar itu tanpa bicara lagi Cleo langsung pergi begitu saja.
"Sandra, gue minta maaf atas nama mommy ya, ini memang salah gue," ucap Kinan begitu menghampiri Sandra dan memeluk tubuh bergetar gadis itu.
"Mungkin benar, tidak seharusnya gue disini. Kehadiran gue hanya menjadikan elu imbas kemarahan mommy. Maafin gue ya San," sambung Kinan.
"Apa kamu mendengarnya?" tanya Sandra setelah melepaskan pelukan Kinan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!