Akhirnya, keesokan pagi Kinan benar-benar pamit meninggalkan kontrakan Sandra dan kembali kerumah yang menurutnya sudah seperti neraka. Dengan langkah gontai, gadis itu menyusuri jalanan menuju hunian paling mewah di antara yang lain di kompleknya. Jarak rumah dengan kontrakan Sandra memang hanya beberapa ratus meter. Cukup ditempuh dengan berjalan kaki seperti yang dulu setiap pagi Sandra lakukan.
"Pagi non.." Bahkan sapaan satpam saat membukakan gerbang hanya Kinan balas dengan senyum kaku.
Gadis itu, terus menapaki halaman berlapis paving yang luas membentang di depannya, dengan pandangan lurus kedepan. Menatap kosong, bangunan menjulang yang semakin ia dekati.
Rumah dua lantai itu memang terlihat sempurna dari luar, berdiri kokoh, dan dikelilingi tumbuhan rindang menambah kesan sejuk serta menenangkan. Bahkan, kombinasi beberapa warna mampu mempercantik tampilan luar. sehingga tampak begitu menyilaukan mata. Namun siapa sangka, jika kehidupan di dalam sana tidak seindah yang terlihat dari luar.
Tidak ada cerminan keluarga bahagia, apalagi ketenangan seperti yang tergambar jelas dari luar. Semua palsu, penuh kebohongan, dan seperti ilusi semata.
Kinan terkesiap, saat tanpa sengaja kakinya tersandung anak tangga menuju teras. Karena melamun ia sampai tidak menyadari sudah berjalan cukup jauh. Bahkan, ia juga sampai mengabaikan tatapan heran para menjaga kebun yang menyapa dirinya.
"Non Kinan sudah pulang?" Bik Mira menyapa, ketika tidak sengaja berpapasan di depan pintu utama.
"Iya bik," jawab Kinan singkat.
Bahkan bik Mira, pengasuhnya saja enggan Kinan indahkan. Gadis itu memilih tetap melangkah masuk begitu melewati pintu.
"Apa maksudmu Cle! Aku ini kerja! cari uang, bukan main gila dengan perempuan di luar sana seperti yang selalu kamu tuduhkan!"
Pyar!
Baru juga kaki Kinan hendak menaiki anak tangga, suara teriakan disertai benda jatuh yang sengaja di banting terdengar nyaring dari lantai dua.
"Kenapa semarah ini jika kamu tidak merasa! Aku hanya bertanya, semalam kamu kemana sampai pulang larut, bahkan ponsel pun sengaja tidak kamu aktifkan!"
Keributan terjadi tepatnya di depan kamar utama lantai dua. Hal yang paling memuakkan bagi Kinan, karena setiap hari selalu saja ada yang kedua orang tuanya ributkan.
"Sudah aku beritahu sebelumnya padamu lewat pesan yang aku kirim, Cleo. Aku akan pulang larut karena ada klien dari luar negeri yang harus aku temui, apa kamu tidak membacanya? Dan setelah itu ponselku mati kehabisan daya."
Kinan menghela nafas panjang, begitu mendengar suara sang daddy yang mendominasi.
"Ingat Raka! aku paling tidak suka dibohongi!"
"Astaga! aku harus menjelaskan apalagi agar kamu percaya. Aku yang selalu jujur saja kamu curigai apalagi jika berbohong. Sudahlah! aku tidak mau berdebat denganmu. Ini masih terlalu pagi."
"Tunggu! Aku belum selesai Raka!!"
"Keluarga macam apa ini," gumam Kinan terus melangkah malas menapaki satu-persatu anak tangga, sampai akhirnya ia melihat keberadaan kedua orang tuanya yang masih bersitegang.
"Aku pulang.." Walaupun yakin, kehadirannya tak berarti apapun, Kinan masih berusaha berbasa-basi.
"Pagi sayang.. Loh kamu dari mana sepagi ini." Saat Kinan hendak menjawab pertanyaan sang daddy, suara wanita yang berdiri angkuh di depan pria itu menyela lebih dulu.
"Dia menginap di kontrakan Sandra sudah tiga hari ini!" ketus Cleo tanpa menoleh sedikit ke arah Kinan.
"Benarkah sayang?"
"Yes dad," Kinan menjawab singkat seraya berbalik badan dan menatap pria yang sudah rapi dengan pakaian kantoran itu dengan mata sendu.
"Lalu bagaimana dengan sekolahmu?" Kinan tersenyum kaku saat lagi-lagi hanya pria yang ia panggil daddy-lah yang peduli akan pendidikannya. Lalu, bagaimana dengan wanita di depan sana yang masih enggan bergerak dari tempatnya barang sedikit saja.
Pernahkah dia peduli?
Kinan menatap malas wanita yang semalam meminta dirinya pulang. Tapi kini, bersikap seolah tidak peduli akan kehadirannya. Bahkan, sekedar melirik-pun sama sekali tidak Cleo dilakukan.
"Sayang …"
Kinan tersadar, begitu mendengar panggilan lembut pria terhebatnya. Terlebih, saat tahu pria itu berjalan mendekat. Hatinya benar-benar miris. Kenapa hanya sang daddy yang selalu peduli, sementara wanita yang telah melahirkan dirinya, justru berlaku layaknya ibu kejam.
"Daddy tidak masalah jika kamu merasa nyaman tinggal disana. Asal jangan pernah tinggalkan sekolahmu, sayang. Biar nanti daddy yang bicarakan ini dengan Sandra," ujar Raka yang langsung membuat Cleo mendelik tajam.
Raka Prayoga, pengusaha batu bara yang cukup diperhitungkan, di usianya yang masih terbilang mudah, tiga puluh tujuh tahun, bapak satu putri itu sudah mampu mengembangkan bisnis hingga mancanegara. Namun, terlepas dari karir menjulang tinggi, tidak banyak yang tahu jika pria tampan berdarah jawa itu bukan lagi pria lajang. Bukan karena Raka ingin menyembunyikan keluarganya dari public. Tapi, karena memang Raka sendiri tergolong pria yang tidak menyukai media dalam bentuk apapun. Jika, di majalah atau bahkan berita bisnis akan mudah menjumpai beberapa nama pembisnis lain. Maka, jangan berharap jika paras tampan Raka Prayoga akan berjejer rapi diantara mereka.
"Itu hanya alasanmu, katakan saja jika kamu ingin menemui gadis kampung itu, bukan" sarkas Cleo menatap sinis suaminya.
"Pergilah ke kamarmu, dan cepat bersiap. Daddy akan mengantarmu ke sekolah," ucap Raka tidak menghiraukan tatapan sinis istrinya.
"Yes dad," jawab Kinan pelan, lalu melangkah lebar menuju kamarnya.
"Ingat Cleo! jangan sekalipun kamu berpikir untuk meracuni kepolosan putriku dengan otak kotormu itu! sebab, sampai itu terjadi, jangan salahkan aku jika menindak tegas dirimu!!" tegas Raka.
Tidak ingin, mendengar apapun lagi dari mulut pedas istrinya. Raka melangkah cepat meninggalkan wanita itu yang masih saja menggerutu tidak jelas.
"Lihat saja, sampai kamu berani menemui gadis itu lagi. Aku bisa melakukan hal yang tidak pernah kamu duga sebelumnya, Raka. Bahkan mungkin lebih gila!" gumam Cleo tersenyum licik.
******
Kinan bersiap dengan cepat, selain keterbatasan waktu, ia juga merasa begitu bahagia mengingat, jika pagi itu daddynya sendiri yang akan mengantarnya ke sekolah. Sesuatu yang sangat gadis tujuh belas tahun itu rindukan sejak beberapa bulan terakhir. Karena kesibukan sang daddy membuatnya jarang berada di rumah, dan hal itulah yang memicu kemarahan Cleo. Mengira jika suaminya itu memiliki wanita lain selain dirinya di luar sana, sampai akhirnya timbul kecurigaan-kecurigaan tak mendasar pada suaminya sendiri.
Dari dulu, Cleo memang over protektif pada pasangan. Tapi yang membuat Raka jengah, keadaan itu semakin diperparah dengan kehadiran Sandra. Gadis lugu yang tidak tahu apa-apa itu, justru menjadi tempat pelampiasan istrinya.
"Sudah dad, ayo kita berangkat.."
Langkah riang Kinan terdengar saat menuruni tangga, membuat kedua orang tuanya yang saling diam di meja makan, kompak menoleh ke arahnya.
"Key tidak sarapan dulu.." Kini suara sang mommy baru terdengar.
Raka tetap acuh menyesap minuman di depannya dengan tenang. Sikap manis yang coba istrinya itu tunjukkan, tidak sekalipun menarik perhatiannya. Pandangannya hanya tertuju pada langkah riang Kinan yang semakin mendekat.
"Tidak ingin sarapan?" tanya Raka melihat putrinya hanya menghabiskan segelas susu.
"Disekolah saja dad, Key sudah terlambat," jelas Kinan.
"Baiklah, kita berangkat sekarang," ujar Raka seraya beranjak berdiri.
"Let's go, dad. Mom, Key berangkat ya," ucap Kinan.
Namun, niatnya yang hendak mencium pipi sang mommy, terhenti. Saat wanita yang juga sudah berpakaian rapi itu, tiba-tiba beranjak ke dapur untuk mengambil sesuatu.
"Tunggu sebentar, mommy siapkan bekal untukmu," ucap Cleo.
Sontak, senyum sumringah Kinan muncul begitu mendapat perhatian kecil dari sang mommy.
"Nanti bisa kamu makan di jalan Key," sambung Celo sembari memasukkan beberapa potong roti yang sudah di oles selai kesukaannya, ke dalam kotak bekal.
Melihat itu, seketika cairan bening menetes dari sudut mata Kinan, hatinya terharu. Seandainya saja perlakuan manis sang mommy bisa didapatkan setiap saat, mungkin ia tidak akan pernah berpikir buruk tentang wanita itu.
"Jangan lupa, dihabiskan ya," ujar Cleo seraya memasukan kotak bekal ke dalam tas punggung Kinan.
"Hati-hati ya sayang. Nanti mommy pulang terlambat. Tapi ingat, kamu tidak boleh lagi menginap di kontrakan Sandra." Setelah memberi ciuman di kedua pipi Kinan, wanita berambut pirang itu, tetap memperingatkan tegas putrinya.
Sekilas keluarga itu terlihat layaknya seperti keluarga normal pada umumnya, tanpa ada yang tahu bagaimana isi hati mereka masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
KEMBANG KERTAS
kereeeenn banget pokoknya 🥰
2022-08-20
1