Amel terkejut mendengar cerita Sandra, mereka memang tahu bagaimana posesifnya Cleo terhadap suaminya, Raka. Tapi, baik Sandra maupun Amel, keduanya tidak pernah menyangka, jika kedekatan Sandra dengan Kinan akan berakibat fatal.
Dan kini, sesuai keinginan Cleo, sudah satu minggu setelah pagi itu, Sandra tidak lagi menginjakkan kaki di rumah mewah Prayoga. Rutinitas yang biasa gadis itu lakukan selama beberapa bulan terakhir-pun, perlahan ia lupakan demi kebaikan semua pihak. Tidak hanya itu, saat menuju tempat dimana dirinya menjajakan barang dagangannya, Sandra memilih jalur lain walaupun harus memutar arah.
Niat, untuk meluruskan kesalahpahamannya dengan Cleo juga Sandra urungkan, setelah mendengar nasihat Amel. Bukan tanpa alsannya, Sandra memilih menghindar sementara waktu, karena ia tahu siapa Cleo, dan tidak ingin kembali mematik amarah ibu dari sahabatnya itu.
Sebab, menurut Sandra mengalah lebih baik, karena selain tidak ingin memperkeruh keadaan, Sandra juga menghargai Raka, sebagai orang baik. Karena selama ini, Raka tidak pernah melihat dirinya ataupun Amel, dari status sosial. Awalnya Cleo juga bersikap sama seperti Raka, tapi setelah hari itu. Jelas semua akan berubah.
"Gimana Kinan San, dia udah tahu sikap nyokapnya ke lu tempo hari?" tanya Amel.
Keduanya tengah duduk di teras, menikmati waktu menjelang petang, kebiasaan yang selalu kedua gadis itu lakukan saat sore hari.
"Belum Mel, aku putuskan untuk tidak memberitahunya, aku takut Kinan merasa gak enak sama aku nanti," jawab Sandra.
"Baguslah, kita sepemikiran kalau begitu. Menghadapi nyokapnya yang over saja, udah cukup buat dia stres, apalagi sampai tahu lu di kata-katain yang gak pantes seperti kemarin. Gue aja kesel, apalagi dia," ucap Amel, "Lu yang sabar ya, San. Gue cuma bantu doa, semoga masalah ini gak berlarut-larut," sambungnya tulus.
"Iya Mel, makasih ya," balas Sandra disertai senyuman.
Senyum, yang sebenarnya hanya sebagai kedok penutup kesedihan yang sedang menelungkup hati.
Sandra nelangsa saat mengingat cacian Cleo, dan tiba-tiba wajah teduh sang ibu melintas di benaknya.
"Ibu, aku merindukanmu," batin Sandra dengan kepala tertunduk lesu.
Hidup sebatang kara dengan melajutkan usaha mendiang sang ibu, menjaga kanting di Sekolah Menengah Pertama, rela Sandra lakukan untuk menyambung hidup. Dan terkadang, dengan keadaannya yang pas-pasan, membuat Sandra merasa tidak pantas bergaul dengan Kinan, yang notabennya dari kalangan atas. Namun, tidak tahu kenapa, Kinan begitu menyayanginya sebagai sahabat. Apa kelebihannya, Sandra juga tidak tahu.
Sekarang, Sandra merasa dilema, apakah akan tetap menjalin hubungan baik dengan Kinan, setelah kesalahpahaman antara dirinya dengan Cleo. Karena sejujurnya, Sandra khawatir ancaman Cloe tempo hari akan benar-benar terjadi.
******
"Hai hai ... Gue datang!"
Sandra, yang saat itu sedang membersihkan meja, setelah para siswa-siswi kembali masuk kelas. Sontak, menoleh kesumber suara. Ternyata, Kinan sudah berdiri di ambang pintu, dan tersenyum manis padanya.
"Kinan! kok kamu kesini .. Kamu bolos lagi?" tanya Sandra begitu mendapati sahabatnya itu masih mengenakan seragam.
"Hehe .. Iya," jawab Kinan seraya masuk dan duduk si depan Sandra.
"Jangan keseringan bolos, sayang loh, inikan tahun terakhir kamu," ujar Sandra.
"Gue capek San, boleh enggak kalau hari ini ikut pulang ke kontrakan lu. Kangen, pengen ngumpul bertiga lagi," ungkap Kinan.
Sandra tahu, Kinan pasti dalam fase jenuh, dan butuh suasana baru. Tapi sekarang, ia justru bingung harus menjawab apa. Sebab, untuk menolak-pun rasanya tidak tega. Terlebih, setelah seminggu terakhir ia sudah menjaga-jarak dari sahabatnya itu, terselip rasa bersalah dalam dirinya.
"Ya sudah, terserah kamu saja. Mau makan sesuatu?" tanyanya.
Pada akhirnya, Sandra hanya bisa pasrah, tidak tega jika kambali harus mengabaikan Kinan. Karena ia tahu, meski Kinan memiliki segalanya dan juga orang tua yang lengkap. Tapi sebenarnya, kehampaan serta merasa tidak dianggap selalu gadis itu rasakan.
"Iya San, sengaja gue gak sarapan tadi. Kangen sama masakan lu. Eh, elu kenapa sekarang gak penah lagi mampir kerumah sebelum berangkat kesini," tanya Kinan.
"Iya maaf, aku gak sempet, Kin. Soalnya, akhir-akhir ini aku sering telat bangun," jawab Sandra terpaksa berbohong.
"Oh, gue kira lu marah sama gue."
"Enggak, marah kenapa. Tunggu sebentar ya, aku siapin makanan kamu dulu," ujar Sandra yang buru-buru kedapur.
"San,"
Sontak, Sandra terjingkat begitu tahu Kinan sudah berdiri di sampingnya.
"Hehe ... Maaf, udah bikin lu kaget ta," ungkap Kinan.
"Gak apa-apa, kamu butuh sesuatu?" tanya Sandra.
"San, boleh enggak kalau gue bantuin lu di kantin. Sebelum dapet pekerjaan."
"Maksud kamu!" sentak Sandra yang spontan menghadap Kinan.
"Bukan, bukan soal kamu yang mau bantu aku disini. Sungguh, aku senang sekali kalau-pun itu terjadi, tapi yang jadi masalahnya, bagaimana dengan sekolahmu, Kin," terang Sandra.
"Gue capek San, gue mau keluar aja. Terus cari kerja, biar bisa menghasilkan uang sendiri kayak lu," kata Kinan dengan tatapan sendu.
"Jangan Kin, sayang. Tunggu sebentar lagi ya, dan kamu bisa melanjutkan keperguruan tinggi. Jangan menyulitkan diri sendiri dengan mengambil jalan pintas sekarang. Karena aku yakin, kamu pasti menyesal nanti," jelas Sandra berusaha meyakinkan, agar Kinan tidak gegabah dalam mengambil keputusan.
"Tapi, gue capek San. Gue capek jadi anak mereka," ucap Kinan dengan suara bergetar.
"Iya aku tahu, tapi dengan kamu putus sekolah sekarang, bukan solusi terbaik. Buka mata mereka dengan pencapaianmu, Kin. Buktikan, meski tanpa perhatian, kamu juga bisa menjadi anak yang membanggakan," beber Sandra.
"Gue sakit, setiap kali jadi pelampiasan nyokap, San. Gue juga muak dirumah yang ada hanya pertengkaran. Gue butuh kenyamanan, gue juga butuh diperhatikan. Gue butuh dimengerti layaknya anak-anak lain di luar sana. Tapi nyatanya, mereka terlalu egois, terutama nyokap. Lu tau kan gimana sikapny ke gue," keluh Kinan yang sudah terisak.
Tidak tega dengan kepedihan yang di rasa oleh sahabatnya. Sandra langsung menarik Kinan kedalam pelukannya.
"Yang sabar ya, aku janji akan selalu ada buat kamu. Kamu gak sendiri Kin, ada aku dan juga Amel yang perduli sama kamu," terang Sandra.
Harta memang bukan jaminan kebahagian seseorang, terkadang, kesibukan mengejar duniawi justru berdampak pada anak dan juga keluarga. Sama halnya dengan Kinan, putri semata wayang pasangan Raka Prayoga bersama Cleo Moren itu merasa selalu terabaikan. Kedua orangnya, terlalu sibuk dengan kepentingan masing-masing. Dan naasnya, saat pulang kerumah, bukan kehangatan keluarga yang Kinan dapat. Melainkan, pertengkaran hingga berakhir beberapa barang hancur berserakan di lantai.
Rumah, bukan hanya sekedar bangungan kokoh yang berfungsi sebagai pelindung panas, hujan, atau bahkan badai sekalipun. Tapi, arti rumah yang sesungguhnya adalah kehidupan yang ada didalamnya, yaitu KELUARGA.
Sudahkah dalam suatu keluarga, yang terdiri dari beberapa peran penting, melakukan tugasnya demi kenyamanan setiap anggotanya? atau justru acuh tanpa berpikir jika akan ada sosok lemah yang selalu menjadi korban, yang tak lain ANAK.
Keluarga berperan penting bagi pertumbuhan psikologis anak. Keluarga juga sebagai tempat yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan psikis seorang anak. Tapi, ketika keluarga tidak lagi bisa memberikan kenyamanan pada anak, apa yang akan terjadi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Yanti Damay
bagus ceritany bnyak edukasiny
2022-12-14
1
Masyitah Ellysa
next yaa author 😘 ceritanya best
2022-08-04
1