Terpaksa Menikahi Penghulu
Zhafira Adzra Nadhifa biasa dipanggil dengan sebutan Zhafira. Gadis berparas cantik ini memiliki kekasih yang sudah tiga tahun lamanya mereka berhubungan.
Beberapa hari lalu, Daffa Pradipta udah melamar Zhafira untuk dipersunting sebagai istrinya.
Awalnya, Papa Fadlan selaku orang tua Zhafira menolak dengan berbagai alasan. Tetapi, setelah melihat putrinya berhari-hari mengurung diri di kamar, membuat Papa Fadlan menyetujui Daffa melamar anaknya.
Tak ingin menunggu lama, mereka segera mempersiapkan pernikahan Daffa dan Zhafira yang akan digelar di rumah Zhafira.
“Pa, Ma, makasih udah merestui hubungan kami. Fira seneng banget deh, akhirnya impian Fira menikah dengan Daffa akan terwujud,” ucap Fira sambil melamun membayangkan kehidupan rumah tangannya kelak.
“Apapun itu, demi kebahagiaan putri Papa satu-satunya ini, pasti Papa turuti,” balas Papa Fadlan dengan perasaan yang tak dapat diartikan.
Begitu juga dengan Mama Latifah yang memiliki firasat tidak enak. Mungkin, hanya perasaan seorang Ibu saja yang begitu peka dengan sang anak.
Mereka selalu disibukkan dengan persiapan pernikahan, seperti membeli gaun, membeli cincin, bahkan mengurus catering dan dekorasi pernikahannya sudah dipersiapkan bersama.
Papa Fadlan dan Mama Latifah tidak melakukan semuanya sendiri. Mereka berdua dibantu oleh kedua orang tua Daffa juga, yaitu Pak Widodo dan Bu Widya.
Hari-hari berlalu begitu cepat. Semakin menghantarkan Zhafira untuk menuju hari bahagia yang diimpikannya.
Zhafira didatangi oleh sepupunya yang berbeda usia empat tahun dibawahnya. Namanya Maisyara Salsabila.
“Kak, Syara cantik datang!” teriak Syara masuk ke dalam kamar Zhafira heboh.
“Berisik deh, Dek,” balas Zhafira yang masih sibuk menatap gaun pengantin yang ada dihadapannya.
“Tinggal besok kok, Kak. Sabar dong. Oh iya, gimana rasanya mau nikah sama pacar kakak yang udah tiga tahun bersemayam di hati kakak, hmm?” tanya Syara. Ya, hanya Syara yang mengetahui hubungan Daffa dan Zhafira yang dulunya tak ada yang tau termasuk kedua orang tua Zhafira.
Setelah satu tahun terakhir, barulah Zhafira memberitahu kedua orang tuanya kalau dia sudah memiliki kekasih.
“Diem deh, ntar ada yang denger, Dek.” Zhafira membungkam mulut Syara.
“Gue seneng deh, Dek. Akhirnya, Daffa mau melanjutkan hubungan kami lebih serius,” lanjut Zhafira menopang dagunya kembali menatap gaun yang terpampang jelas itu.
“Oke, Syara turut bahagia deh, Kak. Apalagi, hanya Syara yang tau gimana proses hubungan kalian dari sebelum pacaran sampai mau nikah.” Syara bangkit dari duduknya dan segera melihat dengan intens gaun pengantin yang akan dipakai Zhafira besok.
“Ngapa sih lihatin gaun gitu amat?” tanya Zhafira.
“Kapan ya Syara pakai ginian,” lirih Syara, mendengar hal itu pun Zhafira tertawa.
“Selesaikan dulu kuliahnya. Dan, cari calon suami dulu dong,” ucap Zhafira membuat Syara teringat sesuatu.
“Oh iya, Syara kan ke sini mau nanya,” ujar Syara.
“Kebiasaannya gak hilang ya. Selalu pelupa! Mau nanya apa sih?” seru Zhafira seraya bertanya.
“Itu, Tante Latifah suruh nanyain. Mbak yang mau masangin henna tuh, Kak. Datangnya kapan? Sore ini atau nanti malam?” tanya Syara.
“Oh, katanya malam, Dek. Kalau yang make up, setelah subuh datangnya,” jawab Zhafira membuat Syara ber-ooh ria. Kemudian segera berlari kecil menghampiri Tante Latifah selaku Mama dari Zhafira.
Sementara di ruang tamu, keluarga serta saudara tengah berkumpul untuk acara pernikahan Zhafira besok hari.
Papa Fadlan tampak sibuk menelpon teman-teman rekan kerja. Tak lupa pula Papa Fadlan menelpon Reyhan yang sudah dianggap seperti saudara Fadlan sendiri.
Flashback On
Dua puluh tahun yang lalu, di pinggir jalan, tampak seorang laki-laki yang tengah membersihkan jalanan. Dia adalah Reyhan yang berusaha mencukupi kehidupannya dengan menjadi tukang sapu jalan.
Siang itu, dia melihat bapak yang tengah menyebrang. Mungkin karena buru-buru hingga membuat bapak tersebut tak melihat kanan kiri terlebih dahulu.
Reyhan yang melihat ada mobil yang melaju cepat pun segera berlari menolong bapak tersebut.
“Pak, bapak gapapa?” tanya Reyhan.
“Gapapa, Nak. Terima kasih. Siapa namamu?” jawab Pak Chairul Amri.
“Saya Reyhan, Pak.”
Setelah perbincangan singkat itu, Reyhan diminta Pak Chairul mengantarkannya ke rumah.
Sesampainya di rumah, Reyhan bertemu dengan anak juga menantu Pak Chairul yang tak lain adalah Fadlan dan Latifah.
Mereka ber-empat mengobrol, hingga Pak Chairul memutuskan agar Reyhan bekerja bersama anaknya. Serta permintaan Pak Chairul untuk Reyhan memanggil dirinya dengan sebutan Bapak.
Cukup lama Reyhan mengobrol dengan keluarga barunya itu, dan Reyhan memutuskan untuk pamit pulang karena adanya istri dan anaknya yang berusia sepuluh tahun tengah menunggunya di rumah.
“Baiklah. Tapi, lain kali, ajaklah anak dan istrimu ke rumah kami ini,” ucap Fadlan yang tentu diangguki oleh Reyhan.
Berjalan sebulan Reyhan bekerja bersama Fadlan di restoran. Selama Reyhan bekerja, istri dan anaknya berkumpul bersama keluarga Pak Chairul di rumah.
Fadlan saat itu memiliki anak berusia tiga tahun dan juga Reyhan memiliki anak berusia sepuluh tahun. Kedua anak kecil itu bermain bersama ditemani para ibu mereka juga Pak Chairul yang begitu senang melihat kedua anak kecil itu bermain.
Hingga beberapa tahun kemudian, Pak Chairul meninggalkan mereka semua. Sebelum meninggal, Pak Chairul memberikan restoran juga rumah untuk Reyhan serta keluarganya.
Meninggalnya Pak Chairul tak membuat persaudaraan antara Fadlan dan Reyhan putus begitu saja. Mereka berdua tetap menjalankan bisnis restoran bersama.
Flashback Off
“Kami akan ke sana subuh, agar bisa bantu-bantu terlebih dahulu sebelum acara. Tapi, maaf anakku gak bisa. Dia ada kerjaan besok,” ucap Reyhan di sebrang telpon.
“Kalau emang karena kerjaan, gapapa. Baiklah, Han, kami tunggu kehadiran mu dan keluarga besok, ya!” seru Fadlan segera menutup ponselnya.
Fadlan menghampiri istri dan saudara lainnya yang berbincang, sementara Zhafira ditemani Syara di kamarnya.
...****
...
Keesokan harinya, Zhafira tengah duduk berhadapan dengan kaca cermin menampilkan kecantikan wajahnya yang tengah dipoles make up.
“Kak, cantik banget gak sih henna di tangan Syara,” celoteh Syara yang sejak pagi sibuk mengagumi henna yang telah diukir indah di tangannya.
“Iya, cantik. Kayak lo, Dek,” puji Zhafira membuat Syara begitu senang.
“Tapi, masih cantikan gue sih, Dek,” lanjut Zhafira berhasil melihat Syara yang merengut kesal.
“Iya deh, iya. Yang cantik bagaikan permaisuri itu gak bisa dikalahkan deh!” gerutu Syara hingga Zhafira dan mbak MUA tertawa bersamaan.
Tak lama, Zhafira sudah siap dengan balutan gaun pernikahan yang putih disertai hijab yang senada dan tak lupa dengan roncean bunga melati pengantin yang sudah ikut terpasang.
“Kak, ini beneran Kak Fira? Cantik deh lo, Kak,” puji Syara dengan mulut yang sedikit terbuka.
“Nah tuh, terpesona ‘kan?” tanya Zhafira membuat Syara melengos pergi.
“Nyesel Syara muji Kak Fira!” teriaknya sambil berjalan meninggalkan kamar.
Syara berjalan menghampiri keluarganya dan berkata pada tantenya, “Tante Latifah, pengantin wanita udah siap di kamar tuh.”
“Iya, Nak. Kamu temenin dulu, ya.”
Syara mengangguk dan bergegas menuju kamar Zhafira kembali.
Tak lama, yang ditunggu oleh Fadlan pun tiba, Reyhan dan istrinya datang dengan senyuman yang membuat Latifah sedikit tenang. Karena, sejak tadi Latifah selalu mendapat firasat buruk untuk putrinya.
“Kamu apa kabar?” tanya Latifah pada Hanum selaku istri Reyhan.
“Kabarku baik. Aku gak nyangka, Fira udah mau nikah aja. Pasti deh laki-laki itu beruntung mendapatkan Fira yang cantik dan baik itu,” jawab Hanum sembari memuji Fira.
“Semoga saja, Num. Jujur, sampai saat ini perasaanku gak enak,” balas Latifah dengan raut wajah gusar.
“Semoga tidak ada yang mengkhawatirkan. Percayalah, pasti itu hanya perasaan seorang Ibu yang akan melihat anaknya menikah,” ucap Hanum menenangkan.
Tepat pukul sembilan pagi, keluarga mempelai pria datang. Mereka menyambutnya dengan gembira.
Tak lama, penghulu pun tiba dengan petugas KUA juga pak modin / bapak kaum yang menemani.
“Lho, Afkar!” panggil Reyhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Muslimah 123
123
2024-11-20
1
Ummi Alfa
Sepertinya ceritanya menarik, jadi penasaran.
2022-08-14
1
Makhsus Arrohman
lanjutt
2022-07-29
0