“Sekarang gimana kita tidurnya, siapa yang tidur di sofa, siapa yang di ranjang?” lanjut Zhafira bertanya pada Afkar.
“Begini saja, kita giliran. Kalau sekarang kamu, besuk gantian saya,” jawab Afkar.
“Oke, lagian itu sofa kasur kok. Soalnya Fira keseringan ketiduran di sofa, makannya Papa belikan sofa kasur. Jadi walau di sofa tetap nyaman.”
“Yaudah, kalau gitu Fira mau tidur dulu. Itu selimut dan bantalnya udah di sofa. Selamat malam,” lanjut Zhafira berbaring tanpa melepas jilbabnya.
Afkar pun segera berbaring di sofa, dan kebiasaan dia sebelum tidur adalah memberi kabar kekasihnya.
“Hai, Sayang, gmn kabarnya hari ini?” tanya Afkar.
“Baik kok, Sayang. Tumben seharian gak kasih kabar. Sibuk banget ya?” balas Aurel.
“Gak juga kok, besok jam makan siang kita ketemuan ya, ada yang mau aku ceritakan ke kamu.”
“Oke, ketemu di tempat biasa ya, see you, Sayang,” kata Aurel.
Dan Afkar pun menutup telponnya. Lalu, mulai tertidur.
Keesokan paginya, mereka masih disibukkan untuk mengurus jenazah Maya dan Heksa.
Sepulang dari makam, lebih tepatnya di rumah Fadlan, Syara hanya mengurung diri di kamar. Tapi, dia tidak sendiri, Zhafira selalu datang menemani dan mengajaknya mengobrol.
“Kak, gue gak tau habis ini mau ngapain dan ke mana,” lirihnya.
“Syara, kata Mama dan Papa kamu tinggal di sini aja sama kami untuk pekerjaan, akan gue bantu cari di kantor,” balas Zhafira.
“Makasih, Kak!” seru Syara berhambur memeluk Zhafira.
Zhafira selalu ada menenangkan Syara. Setelah melihat Syara terletak dengan tidurnya, Zhafira keluar kamar melihat semuanya tengah berkumpul di meja makan.
Di meja makan pun mereka sama-sama diam. Papa Fadlan dan Mama Latifah heran menatap anak dan menantunya.
“Ayo mulai makan, Zhafira, ambilkan nasi suami kamu!” perintah Papa Fadlan.
“Iya, Nak, seorang istri itu harus melayani suami, tersenyum dan bersikap lemah lembut pada suami,” tutur Mama Latifah dengan lembut.
Zhafira pun segera mengambilkan nasi dan sayur untuk Afkar. Setelah itu diletakkan di depan Afkar.
“Terima kasih,” kata Afkar.
Setelah sarapan, Afkar dan Zhafira pun pamit, “Pa, Ma, Afkar berangkat ya.”
“Lho, lok langsung kerja, gak punya keinginan bulan madu?” tanya Fadlan.
“Maaf, belum bisa, Pa. Masih banyak kerjaan Afkar hari ini. Dan, Afkar belum ada sempat mengajukan cuti,” jawab Afkar.
“Oh ... baiklah, Nak.”
“Pa, Ma, Fira pamit mau ke kantor hari ini,” ucap Zhafira.
“Lah, bukannya kamu udah mengajukan cuti? Kok malah mau ke kantor?” tanya Mama Latifah.
“Ma, Zhafira masuk kerja aja, ngapain di rumah. Suntuk malahan. Lagian, Zhafira mau nyariin lowongan kerja di kantor buat Syara, kasihan dia kalau kebanyakan melamun di rumah ‘kan?” ucap Zhafira yang dibenarkan oleh Mama Latifah.
“Zhafira, sampai kantor niat kerja, jangan mencari Daffa!” seru Papa Fadlan mengingatkan. Hingga membuat Afkar dan Zhafira menatap bersamaan pada Papa Fadlan.
Zhafira pun kaget dalam hati berkata, ‘Kok papa bisa tau apa maksud gue keluar, ya.’
“I-iya, Pa.” Zhafira melangkah pergi meninggalkan meja makan.
“Fira, izinlah dulu ke suami kamu, Fir,” titah Mama Latifah menghentikan langkah Zhafira.
“Tapi tadi ‘kan udah denger juga kalau Fira mau pergi ke kantor, Pa, Ma,” balas Zhafira dengan malasnya.
Kemudian, Zhafira menangkap netra Mama Latifah yang melotot.
“Baiklah, Ma. Baiklah.” Zhafira kembali mendekat pada meja makan.
“Fira pamit mau ke kantor, ya, Assalamu’alaikum,” ucap Zhafira yang berdiri di samping Afkar.
“Iya, Wa’alaikumussalam,” balas Afkar. Kemudian Zhafira melangkah pergi meninggalkan rumah.
Sesampainya di kantor, Zhafira pun segera ke ruangan Daffa. Belum sampai ruangan, ada teman Daffa yang memanggil.
“Fir, kok di sini? Cari siapa?” tanya Gavin teman Daffa.
“Eh. Vin, gue nyari Daffa. Dia ada di ruangan gak?”
“Lah, Daffa kan izin cuti, bukannya lo juga,” jawab Gavin.
“Gavin, gue tau kalau lo tau sesuatu. Daffa ‘kan sahabat lo. Tolong deh kasih tau ke gue, Daffa kemana?” tanya Zhafira.
Gavin pun bingung mau bilang gimana, “Gu—gue gak tau, Fir. Dari kemarin dia gak jadi nikah sama lo sampai sekarang gue gak bisa hubungin dia, ponselnya mati.”
“Kalau ada apa-apa tolong bilang ke gue ya, Vin, gue butuh penjelasan,” ucap Zhafira.
Saat Zhafira mau pergi, Gavin yang gak tega pun memanggil, “Fir, maaf sebelumnya karna tadi udah menutupi sesuatu dari lo. Daffa yang lo cari, sekarang ada di Jogja, Fir. Tapi, untuk jelasnya lo cari tau sendiri ya.”
“Oke, terima kasih, Vin,” kata Zhafira langsung pergi masuk ke ruangannya.
Sesampainya di ruangan, Zhafira teringat harus menemui Pak David selaku HRD di perusahaan Trengginas Jaya Abadi.
Ya, siapa yang tidak mengenali perusahaan Trengginas Jaya Abadi yang dipimpin oleh Pak Reigha Zavier Abqari.
*** kalian bisa baca kisah CEO perusahaan Trengginas Jaya Abadi di novel sebelah dengan judul Menikahi Susterku ya, Guys.
Tok...Tok...Tok...
“Masuk!” terdengar sahutan dari dalam ruangan Pak David.
“Ada apa, Zhafira?” tanya Pak David.
“Pak, sepupu saya sedang mencari pekerjaan. Kalau saya boleh tau, di perusahaan ini ada lowongan gak?” tanya Zhafira.
“Kemarin Pak Reigha sempat mencari seorang asisten pribadi untuknya. Tapi, tidak jadi karena Tuan Harun yang mempercayai Pak Dani menjadi asisten pribadi Pak Reigha. Untuk saat ini belum ada lowongan lagi, nanti jika ada saya hubungi, ya.”
“Oh ... baiklah, Pak. Terima kasih,” ucap Zhafira pergi dari ruangan HRD.
Waktu makan siang pun tiba. Afkar sdh pergi sebelum makan siang dia menuju tempat dimana dia akan bertemu dengan kekasihnya.
Ternyata Aurel udah duduk di tempat biasa dia tempati.
“Sayang, aku terlambat ya? Maaf ya,” ucap Afkar duduk di depan Aurel.
“Gapapa, Sayang, aku juga baru sampai, makanan yang aku pesan juga belum datang,” balas Aurel.
“Ada apa, Sayang. Seperti ada yang serius?” lanjut Aurel bertanya pada Afkar.
“Aku minta maaf ya sebelumnya, tapi sebelum selesai penjelasanku, kamu jangan marah dulu,” jawab Afkar.
“Ada apa sih buat penasaran deh,” balas Aurel.
“Sayang, sebenarnya aku kemarin udah menikah,” kata Afkar dan menjeda ucapannya untuk melihat reaksi Aurel.
“Hah? Apa?”
Afkar pun segera memegang tangan Aurel, “Iya, Sayang. Kemarin aku menikah.” Afkar pun menceritakan secara detail pada Aurel.
Aurel yang mendengar dengan raut muka berubah-ubah. Sebentar emosi kemudian menangis.
Afkar selesai menceritakan langsung berkata kembali, “Sayang, aku minta maaf, Keadaan yang membuatku menyetujui pernikahan itu. Tapi, kamu tenang aja, aku dan Zhafira udah sepakat akan bercerai setelah enam bulan.”
“Beneran? Tapi, kamu gak ngapa-ngapain ‘kan sama dia?” tanya Aurel.
“Ya enggaklah, sama kamu yang aku cintai aja gak pernah ngapa-ngapain apa lagi sama Zhafira yang aku sendiri gak cinta,” jawab Afkar meyakinkan kekasihnya itu.
“Baiklah aku percaya. Sekarang sebelum balik kantor, anterin aku ke mall dulu ya,” ucap Aurel dengan manjanya.
“Mau minta dibelikan apa lagi, Sayang?” tanya Afkar yang udah tenang karena ternyata Aurel gak marah padanya.
“Kemarin waktu aku jalan-jalan ke mall ada tas limited edition. Tolong belikan ya, Sayang?”
“Baiklah, apa sih yang enggak buat kamu.”
Dan mereka pun segera keluar setelah makan siang menuju ke pusat perbelanjaan. Setelah mendapatkan apa yang Aurel inginkan, Afkar pun segera mengantar Aurel pulang dan Afkar langsung menuju ke restoran yang diserahkan Ayahnya untuk dihandle olehnya.
Selain restoran dari ayahnya, Afkar pun punya beberapa cafe yang dia punya dan gak ada seorang pun yang tau karena Afkar yg memang orangnya low profile. Setelah Afkar mengecek restorannya waktu udah sore, Afkar segera pulang ke rumah papa Fadlan.
Sesampainya di rumah, Afkar melihat kalau mobil Zhafira udah di garasi, itu artinya Zhafira udah pulang.
Afkar masuk ke dalam kamar, “Assalamualaikum,” salam Afkar sembari mengetuk pintu.
Zhafira membuka pintu, “Wa’alaikumussalam.”
Afkar pun segera berlalu untuk bersih-bersih dahulu lalu bersiap mau ke masjid untuk sholat.
Langkah Afkar terhenti saat melihat ada koper di atas kasur dengan tumpukan baju yang sudah jelas milik Zhafira, “Kok ada koper, itu koper kamu? Mau ke mana?” tanya Afkar dengan tatapan heran pada Zhafira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
fira mau kabuuuuur kl...
2025-03-23
0
Ummi Alfa
Wah.... kalau kaya gini sih kapan mereka bersatunya ya.
Afkar menemui kekasihnya dan Zhafira juga mencari kekasihnya padahal kan kalau mereka menghargai pernikahan mereka seharusnya mereka tau walau bukan kehendak mereka tapi kenyataannya mereka sudah terikat pernikahan.
Memang berat bagi mereka harus menjalani pernikahan pura2 ini.
2022-08-14
2