“Lho, Afkar!” panggil Reyhan.
“Yah, kok Ayah di sini?” tanya Afkar yang ternyata anak Reyhan yang menjadi penghulunya.
“Kamu kok gak bilang ke Ayah jadi penghulu di sini? Ini lho, rumah Om Fadlan dulu, ingat gak?” balas Reyhan membuat Afkar tampak mengingat sesuatu.
“Owh, ternyata ini nikahannya anak Om Fadlan? Ayah gak bilang,” titah Afkar sembari berjalan diantar oleh Reyhan menuju tempat meja akad berlangsung.
Afkar duduk disamping Papa Fadlan juga pak modin serta petugas KUA yang berhadapan dengan mempelai pria yang tak lain adalah Daffa.
“Baiklah, silakan mempelai wanitanya dipanggil,” ucap Afkar selaku penghulu.
Latifah dan Widya segera menjemput Zhafira di kamar untuk diantarkannya duduk di samping Daffa.
“Nak, ayo, kamu udah ditunggu,” ucap Mama Latifah.
“Iya, Ma.” Zhafira berjalan mendekati Mamanya juga calon mertuanya.
“Cantiknya kamu, Nak,” puji Widya membuat Zhafira bersemu.
Zhafira diapit oleh Mama Latifah juga Mama Widya. Di belakang Zhafira ada Syara yang selalu mengikuti.
Kini Zhafira sudah duduk di samping Daffa. Dengan berdo’a dalam hati agar acara pernikahannya akan berjalan dengan lancar.
“Baiklah. Saudara Daffa Pradipta, apakah sudah siap?” tanya Afkar.
“Sudah, Pak,” jawab Daffa.
“Silakan berjabat tangan dengan Pak Fadlan selaku wali pengantin wanita,” titah Afkar.
Daffa menarik napas dalam. Mengulurkan tangannya berjabat tangan dengan Fadlan selaku Papa dari Zhafira.
“Bismillahhirohmannirrohim, saudara Daffa Pradipta, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri kandung saya Zhafira Adzra Nadhifa binti Fadlan Amami Amri dengan mas kawin seperangkat alat sholat serta cincin berlian dibayar TUNAI.”
“Sa-saya terim— ”
Ring...Ring...Ring...
Tiba-tiba ponsel Daffa berdering dengan keras hingga membuat akad nikah pun terhenti.
“Sebentar, Om. Saya harus angkat telpon terlebih dahulu,” ucap Daffa tanpa menunggu jawaban dari Papa Fadlan.
“Sa‐sayang,” lirih Zhafira menatap kepergian Daffa.
Entah hal penting apa hingga membuat Daffa lebih memilih pergi meninggalkan akad nikah yang tentu lebih penting dari segalanya.
“Daffa ada urusan penting ya, Nak?” tanya Papa Fadlan pada Zhafira.
“Fira sama sekali gak tau, Pa,” jawab Zhafira yang memang benar adanya dirinya tidak tau sama sekali.
Tak lama, Daffa kembali. Zhafira tersenyum melihat kehadiran Daffa kembali di sisinya. Namun, siapa yang menyangka, ternyata hadirnya Daffa kembali hanya mengucapkan sesuatu pada Zhafira.
“Fir, sory, gue harus pergi. Maaf, gue gak bisa lanjutkan pernikahan ini,” ucap Daffa pada Zhafira tepat dihadapan Papa Fadlan juga seluruh keluarga, saudara, juga tamu yang hadir.
Daffa dengan enaknya langsung pergi meninggalkan rumah Papa Fadlan.
“Daf, Daffa!” teriak Zhafira.
“Tapi kenapa, Daf? Daffa!” tanya Zhafira yang tak malu langsung berteriak begitu saja tanpa memperdulikan tatapan para tamu saat ini.
Zhafira menoleh pada Widodo dan Widya yang sejak tadi menatap bingung pada putranya yang pergi begitu saja.
“Tan?” panggil Zhafira seakan meminta jawaban dari kepergian Daffa.
“Kami gak tau, Nak. Akan kami susul Daffa,” ucap Widya segera berlari menyusul langkah kaki suaminya yang tengah mengejar Daffa.
Zhafira begitu syok, dia tak dapat memikirkan bagaimana dirinya kedepannya hanya karena kepergian Daffa saat ijab qobul berlangsung.
“Kak, ayo gue antar ke kamar,” ucap Syara yang diangguki oleh Zhafira.
Zhafira pun menangis tersedu-sedu di dalam kamar ditemani oleh Syara.
Sementara keadaan di luar, sedang dikondisikan oleh Papa Fadlan dan keluarga.
“Inilah ternyata, firasatku yang gak enak sekarang udah terlihat jelas, Num,” ucap Latifah terkulai lemas.
“Fah, ayo masuk,” ajak Hanum sembari memapah Latifah.
Kepergian Daffa berhasil membuat Mama Latifah dan Zhafira menumpahkan air matanya. Papa Fadlan begitu tidak tega dengan melihat dua bidadarinya menangis.
Papa Fadlan lebih tenang saat melihat Hanum yang menemani istrinya. Dengan begitu, dia akan mengamankan suasana di luar rumah.
“Bapak-bapak, Ibu-ibu, kami akan berusaha menghubungi mempelai pria, mohon menunggu sembari menikmati hidangan yang telah tersedia,” ucap Fadlan.
Berbeda dengan Ayah Reyhan yang mengajak putranya masuk ke dalam rumah untuk berbicara sesuatu.
“Yah, kenapa?” tanya Afkar.
“Apa kamu gak bisa bantu keluarga Fadlan, Nak?” balas Ayah Reyhan yang malah balik bertanya.
“Tugas Afkar hanya membantu ijab qobulnya saja, Yah. Ya lebih baik Afkar menunggu saja pengantin pria datang kembali,” jawab Afkar.
“Kamu berpikir dia akan kembali?” tanya Ayah Reyhan.
“Gak akan kembali, Nak. Dia udah membuat Latifah dan anaknya terpukul. Fadlan sudah menanggung malu. Apa kamu gak bisa bantu, Afkar?” lanjut Ayah Reyhan menatap serius pada putranya.
Afkar berusaha berpikir keras dan memang tak mendapatkan jawaban.
“Afkar gak tau harus bantu apa, Ayah. Afkar gak bisa bantu Om Fadlan, Yah,” balas Afkar.
“Kalau Ayah yang meminta tolong, apa kamu mau, Nak?” tanya Ayah Reyhan.
“Apapun itu. Asal Afkar sanggup, Afkar gak keberatan bantu Ayah,” jawab Afkar membuat Reyhan tersenyum.
“Ayah minta tolong, bantu Fadlan. Tolong kamu bersedia untuk menikah dengan Zhafira.”
“Gak, Yah. Gak mungkin itu ,Ayah ‘kan tau sendiri kalau Afkar udah punya aurel, Yah,” tolak Afkar.
“Kalian udah pacaran berapa tahun, dan selama itu Ayah dan Bunda gak melihat keseriusan sama pacar kamu. Jadi, tolong penuhi permintaan Ayah ini. Selama ini Ayah gak pernah minta apa-apa sama kamu, Nak. Jadi penuhi satu permintaan Ayah ini. Ayah hanya merasa utang budi pada keluarga Fadlan, tanpa keluarga ini, kita masih menjadi tukang sapu jalanan, Nak,” jelas Ayah Reyhan.
“Ayah ... kalau yang lain, Afkar mampu menuruti. Tapi, kalau yang ini, Afkar gak bisa,” balas Afkar.
“Afkar, apa perlu Ayah bersujud sama kamu, Nak?” tanya Ayah Reyhan sambil menunduk seakan ingin bersujud.
“Yah, Ayah,” ucap Afkar menahan tubuh sang Ayah.
“Ayah, jangan seperti ini. Baiklah, ini demi Ayah, Afkar akan turuti permintaan Ayah. Tapi, dengan satu syarat. Kalau pernikahan ini udah jalan enam bulan dan gak berjalan dengan baik. Afkar mau bercerai,” balas Afkar.
“Baiklah, Ayah setuju.”
Afkar dan Reyhan berjalan menghampiri Fadlan yang tengah gusar mondar-mandir mencari kejelasan dari Daffa.
“Fadlan, ayo ikut aku masuk!” seru Reyhan.
“Gak bisa, Han, gak tega lihat anak istri nangis gitu. Gapapa kok aku di sini, Han,” balas Fadlan membuat Afkar semakin tak tega melihat Om Fadlan.
“Ada yang akan aku sampaikan,” ucap Reyhan yang kali ini membuat Fadlan menurutinya untuk masuk ke dalam rumah.
Kini di ruang keluarga semua berkumpul, Fadlan, Reyhan, Afkar, Latifah, dan juga Hanum. Keluarga lain dan saudara tidak ada yang ikut serta diantara mereka.
“Fah, tolong panggilkan Zhafira kemari,” ujar Reyhan.
“Yah, ada apa ini?” tanya Hanum dengan raut wajah bingung.
“Nanti bunda akan tau,” jawab Reyhan.
Latifah menelpon seseorang, “Syara, tolong bawa Kak Fira ke ruang keluarga, Nak,” ucap Latifah saat panggilan terhubung.
Tak lama, Zhafira datang dan duduk disamping Mamanya dan langsung dipeluk oleh Zhafira.
“Ma, Fira gak berhak bahagia, ya?” tanya Zhafira lirih yang masih dapat didengar oleh sekitarnya.
“Kak, udah dong, Kak. Syara gak tega lihat kakak gini, Kak,” ucap Syara membuat Zhafira mengelap air matanya dengan tisu.
“Tante, Mama Papa belum sampai, ya?” Tanya Syara.
“Belum, Nak. Coba kamu hub—”
Ring...Ring...Ring...
“Ha—halo? Ini siapa?” tanya Latifah.
“ ..... ”
“Astagfirullah, di mana?”
“ ..... ”
“Baiklah, segera antar saja ke rumah saya. Akan saya share loc,” balas Latifah segera mematikan telponnya.
“Ada apa, Tan?”
“Kenapa, Ma?” tanya Papa Fadlan bersamaan dengan Syara.
“Maya dan Heksa kecelakaan, Pa. Dan, mereka ditemukan dalam keadaan meninggal,” jawab Latifah membuat Syara terpaku.
“Mama, Papa,” lirihnya. Kemudian, pingsan.
“Pa, sudahlah, hari ini tak ada yang membahagiakan. Pernikahan anak kita gagal, adikku dan suaminya kecelakaan. Hari ini tak berpihak pada keluarga kita. Batalkan saja acara hari ini. Mama udah gak kuat melihat dekorasi di depan!” seru Latifah menunduk sedih. Dia merasakan sedih yang amat mendalam.
Fadlan segera mengangkat tubuh Syara, diletakkannya di sofa panjang di ruang keluarga.
“Dibatalkan, Ma?” tanya Zhafira lirih.
“Kamu juga, udah jelas kami gak merestui dari awal, kenapa malah menyiksa diri hingga membuat kami terpaksa menyetujuinya dan sekarang lihatlah daffa sdh membuat mama & papa malu.”
“Ma—maafkan ... maafkan Fira, Ma,” balas Zhafira menunduk sedih.
Cukup lama keheningan tercipta di ruang keluarga, hingga Reyhan pun membuka suara.
“Fadlan, Latifah, aku yang mengumpulkan kalian di sini. Ada yang ingin aku sampaikan. Ini Afkar anakku, penghulu dari nak Zhafira. Apa boleh aku meminta anak kalian Zhafira sebagai menantu kami?” tanya Reyhan dengan harapan penuh dapat membantu keluarga Fadlan dari keterpurukan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
kasian fira ditinggal mempelai prianya dan saudara mengalami kecelakaan sampai meninggal....
2025-03-23
1
Ummi Alfa
Ndak kebayang berapa terpuruk nya keluarga Zhafira terutama mamanya karena di saat yg bersamaan harus kehilangan adik tercintanya bserta suami.
Ini memang udah jalan takdir yg ditetapkan agar Afkar bersatu dengan Zhafira.
2022-08-14
1
Arvio Hamizan
lanjut
2022-07-30
1