Nara
"Huhuhu..." suara tangisan yang menghiasi ruang kamar seorang gadis, anak perdana menteri Wang yang bernama Wang Xi Yue.
'Berisik sekali!' umpat Nara kesal dalam hati yang merasa terganggu dengan suara isak tangis ditelinganya.
Di sisi lain, ada seorang tabib yang sedang sibuk mengelap keringat dinginnya yang terus mengalir dikeningnya. Tabib tersebut tampak ketakutan karena gagal mengobati Xi Yue. Sebelumnya ia sudah di ancam akan di nonaktifkan statusnya sebagai tabib ternama apabila ia tidak dapat menyembuhkan putri seorang perdana menteri yang cukup ternama di negaranya. Ancaman tersebut berhasil membuat sang tabib harus bertanggung jawab atas apa yang sudah disepakati sebelumnya.
"Hamba sudah berusaha, tuan besar," kata sih tabib dengan nada bergetar. "Tapi... Nyawa putri tuan..." ia tidak berani melanjutkan kalimat berikutnya.
Dengan kedua mata terbuka lebar dan emosi yang sudah terpancing, tuan Rong Zhi mencengkeram pakaian sih tabib dengan erat.
"Apa kau bilang? Apa yang terjadi dengan putriku?" tanyanya dengan nada tinggi dan wajah memerah.
"I...itu..itu..." tiba-tiba tabib jadi gagap.
"Cepat katakan dengan jelas!" bentak tuan Rong Zhi.
Suasana ricuh ini membuat beberapa orang ketakutan, tapi turut mengundang perhatian beberapa orang yang penasaran ikutan masuk kedalam. Salah satu dari mereka adalah istri kedua tuan Rong Zhi, nyonya Meili.
"Tuan, ada apa?" tanya nyonya Meili yang baru tiba dengan dayang pribadinya. "Tuan, tolong redakan emosimu! Tidak baik kalau kamu marah-marah seperti ini," katanya sembari membujuk suaminya.
"Lihat apa kamu?" tanya tuan Rong Zhi pada sang tabib yang sempat menengok ke arah nyonya Meili seraya minta bantuan agar dapat meredakan emosi tuan Rong Zhi.
"A... Ampun, tuan! Ha...hamba...sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi nyawa putri tuan tidak tertolong lagi," jawab sang tabib dengan takut.
"Kamu bilang apa? Ucapkan sekali lagi!" seru tuan Rong Zhi tak percaya apa yang didengarnya.
"Putri tuan sudah meninggal," tegas sang tabib.
"Apa? Tidak mungkin putriku meninggal begitu saja. Ini pasti ulah kamu yang tidak becus mengobatinya!" tuduh tuan Rong Zhi pada tabib.
"Tuan, sudahlah! Jangan menyalahkan tabib lagi! Ini sudah takdir Yue-er (nama panggilan dari Xi Yue)," kata istri pertamanya, nyonya Su Shi.
Nyonya Su Shi berusaha melerai suaminya agar melepaskan tabib tadi yang tidak bersalah itu. Walaupun ia sendiri masih berat menerima kenyataan, tapi ia sebagai seorang ibu harus berusaha tegar.
Setelah berhasil dilerai, tuan Rong Zhi akhirnya melepaskan tabib itu. Nyonya Su Shi langsung bersujud dengan rasa penyesalannya disebelah ranjang putri tunggalnya sambil menangis meratapi putrinya yang sudah tiada.
"Tabib Song (nama sang tabib), mulai hari ini aku akan melaporkan tindakanmu yang semena-mena sehingga menyebabkan putriku Yue-er meninggal dunia pada kaisar agar usahamu dan profesimu segera dicabut dan..." ucap tuan Rong Zhi penuh dendam. "Kamu akan diungsikan di kota terlarang agar kamu hidup susah disana," lanjutnya dengan nada dingin.
Tabib Song langsung bersujud mohon pengampunan pada tuan Rong Zhi.
"Ampuni hamba, tuan! Hamba bersumpah tidak ada niat jahat pada keluarga ini, termasuk pada putri tuan. Kasihanilah istri dan anak-anak hamba yang masih kecil-kecil! Kalau kami pindah kesana, itu sama saja kami mengantar nyawa kami disana," keluhnya sambil menangis memelas diberi pengampunan.
'Kenapa mereka berisik sekali?' batin Nara makin kesal karena tidurnya terusik.
Karena sudah tidak tahan lagi, Nara bangun dari tidurnya. Ia langsung terduduk diam di atas kasurnya. Semua orang terkejut dibuatnya. Mereka mundur menjauh dari Nara. Ada yang ketakutan, hingga berlari keluar. Ada juga yang bersembunyi dibalik pilar-pilar sambil mengintip. Tuan Rong Zhi juga terkejut hingga kedua bola matanya hampir keluar. Hanya satu orang yang bertahan pada posisinya. Ia tidak takut sama sekali, melainkan ada senyum haru terpancar dari wajahnya. Siapa lagi kalau bukan nyonya Su Shi, ibu kandung sih pemilik tubuh asli yang ditempati oleh Nara sekarang.
"Kenapa kalian sangat ribut? Ganggu tidurku saja!" dumel Nara pada orang-orang disekitarnya.
'Eh.. Ini dimana? Kenapa orang-orang disini memakai baju kuno?' batinnya bertanya-tanya keheranan saat mengamati sekelilingnya. 'Aku juga kenapa berpakaian seperti ini?' Ia melihat pakaian tertutup yang dikenakannya. 'Apa aku sedang bermimpi?'
'Pok! Pok! Pok! Pok!' suara tepukkan ringan yang ia lakukan saat menampar wajahnya sendiri.
'Sakit!' Ia merasakan kesakitan dari tindakannya itu. 'Berarti ini bukan mimpi, tapi aku berada di dimensi alam lain.'
Nyonya Su Shi bangun dan beralih duduk disamping putrinya. Ia menyeka air matanya sendiri dengan sapu tangannya yang selalu ia bawa kemana-mana.
"Yue-er, kamu sudah bangun? Apa ada bagian tubuhmu yang kesakitan?" tanya nyonya Su Shi khawatir sambil memeriksa keadaan putrinya.
"Kamu, siapa?" tanya Nara menatap tajam pada nyonya Su Shi.
Semua orang yang berada disana tercengang dengan pertanyaan Nara, bahkan nyonya Su Shi dibuatnya terdiam.
"Kenapa kamu diam saja? Cepat periksa putriku!" suruh tuan Rong Zhi yang paling sadar diantara lainnya pada sang tabib.
"Baik, tuan!" jawab tabib Song dengan cekatan bangun dari sujudnya.
Nyonya Su Shi memberi ruang pada sang tabib untuk memeriksa putrinya.
"Nona muda, hamba ingin meminjam tangan kiri nona sebentar," ucapnya sopan pada Nara.
Tanpa berkata apapun, Nara menyetujui permintaannya dan menyerahkan tangannya untuk diperiksa.
'Apa yang sedang dia lakukan? Apa dia sedang mengecek kesehatanku dengan cara kuno?' batin Nara yang memperhatikan kegiatan tabib tersebut.
Dengan memeriksa urat nadi pada pergelangan tangan Nara, tabib dengan teliti merasakan setiap denyutan-denyutan yang bergetar. Tidak lupa juga ia melihat dengan jelas kedua bola mata Nara sebagai alhir pemeriksaannya.
"Lapor tuan besar, nyonya besar, hamba sudah memeriksanya! Nona muda sudah dalam keadaan stabil. Arti kata, bahwa nona muda telah melewati masa kritisnya dan sembuh total dari penyakit-penyakit yang telah dideritanya sebelumnya," lapor sang tabib dari hasil pemeriksaannya.
Mendengar laporan dari tabib Song, banyak yang tidak percaya dan terheran-heran. Pikir mereka kebanyakan, bagaimana bisa orang yang sudah hampir mati dan berpenyakitan sejak kecil dapat sembih begitu saja?
"Kamu tidak main-main kan dengan ucapanmu?" tanya tuan Rong Zhi dengan tatapan tajamnya.
"Hamba tidak berani, tuan," jawabnya sambil bersujud menunduk ketakutan didepan tuan Rong Zhi. "Ini juga menyangkut nyawa nona muda, mana mungkin saya bohong."
"Tapi kenapa dia tampak seperti orang asing? Dia seperti sedang hilang ingatan," protes nyonya Meili saat menanggapi sikap Nara tadi.
Sang tabib juga merasa heran, tapi ia juga harus menemukan cara agar dapat terbebas dari ini semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
dita18
baru mampir thoorrr
2023-10-16
0
Hasan
titip sendal🤭🤭
2023-05-19
0
IndraAsya
👣👣👣 Jejak 💪💪💪😘😘😘
2022-09-01
3