Sang tabib juga merasa heran, tapi ia juga harus menemukan cara agar dapat terbebas dari ini semua.
"Izinkan hamba menjawab!" kata tabib Song yang masih mempertahankan posisi sujudnya. "Nona muda telah sembuh total. Ia juga tidak akan menderita lagi, hanya saja efek sampingnya yang harus ia terima adalah kehilangan ingatannya. Mengenai ini, hamba hanya bisa menjelaskan sampai disini, karena hamba sendiri baru pertama kali menemui kasus seperti ini," jelas tabib Song.
"Dasar kamu tidak becus!" maki tuan Rong Zhi pada sang tabib.
"Sudahlah, tuan!" kata nyonya Su Shi yang memegang lengan tangan suaminya seraya menenangkannya.
"Diam semua!" teriak Nara yang mendapat perhatian banyak orang disekitarnya.
"Yue-er!" panggil tuan Rong Zhi refleks.
"Kenapa kalian menindasnya?" tanya Nara saat melihat sang tabib yang diperlakukan tidak adil. "Apa kalian tidak bisa dengar dia bilang kalau aku sudah baik-baik saja?"
"Yue-er, kenapa kamu bicara seperti itu?" protes nyonya Su Shi.
"Kenapa aku tidak boleh bicara? Apa ada yang salah dengan kata-kataku tadi?"
"Yue-er, kami adalah orang tua kandungmu. Kami hanya ingin yang terbaik untukmu. Oleh karena itu, ayah memintanya agar lebih bertanggung jawab mengobatimu," timpal tuan Rong Zhi.
"Ckck!" Nara senyum menyeringai.
Nara mengibaskan selimutnya ke samping yang sedari tadi menutup tubuhnya. Kemudian, ia berdiri di hadapan semua orang.
"Lepaskan dia! Aku sudah tidak apa-apa. Kalian bisa lihat sendiri!" seru Nara tegas.
Tuan Rong Zhi menatap nyonya Su Shi dengan wajah bingungnya. Ia tidak menyangka kalau putrinya bisa bicara seperti itu dihadapannya.
"Tabib Song, kamu boleh pergi sekarang!" suruh nyonya Su Shi. "Upahmu akan kami bayar nanti lewat orang suruhan kami."
"Terima kasih, nyonya besar, tuan besar. Hamba tidak akan lupakan budi kebajikan nyonya dan tuan besar," ucap sang tabib penuh syukur sambil memberi hormat dan menunduk 30° pada tuan Rong Zhi, kedua istri tuan Rong Zhi, dan Nara.
Tanpa berlama-lama, tabib Song membawa kota perkakasnya segera meninggalkan kediaman perdana menteri Wang. Ia merasa lega karena ia baru saja terbebas dari ancaman yang hampir membuat mata pencahariannya hilang.
"Yue-er, jaga sikap dan bicaramu!" tegas tuan Rong Zhi.
"Tuan, sabar sedikit! Yue-er baru sembuh," kata nyonya Su Shi mengingatkan.
"Yue-er, bibi sangat senang kamu baik-baik saja," kata nyonya Meili datang menghampiri Nara dengan senyum manisnya.
'Kenapa dengannya? Senyumnya terlihat aneh,' batin Nara saat melihat bibinya itu.
"Yue-erku, cepat duduk sini!" ajak nyonya Meili sambil menggandeng lengan tangan Nara agar duduk disebelahnya, di sebuah kursi kayu yang ada di ruangan itu.
Tidak mau ketinggalan, nyonya Su Shi juga ikut bergabung dengan mereka. Setelah mereka bertiga duduk, tuan Rong Zhi pun menyusul.
"Kalian semua, keluarlah dulu!" suruh tuan Rong Zhi pada seluruh bawahannya.
"Yue-er, apa ada sesuatu yang menganggu pikiranmu?" tanya nyonya Meili perhatian.
"Tidak ada," jawab Nara singkat.
Nara memperhatikan lagi seisi ruangan. Ia melihat banyak ornamen kuno estentik pada setiap furniture disekitarnya.
'Masa iya aku ada di zaman ini? Lalu orang-orang ini, siapa? Apa mereka adalah keluarga dari pemilik tubuh ini?' Nara memperhatikan wajah tiga orang asing yang kini berada dihadapannya.
"Yue-er, apakah kamu tidak bisa mengingat kami?" tanya nyonya Meili lagi.
Nara berdiri dari tempat duduknya. Ia tidak menjawab pertanyaan dari nyonya Meili. Ia mencari sebuah cermin untuk melihat penampakkan dirinya yang sekarang. Setelah berjalan ke meja rias, ia menemukan sebuah cermin bulat agak kekuningan. Disanalah, ia nampak jelas wajahnya yang baru.
'Wajah ini sangat polos, pucat, dan badannya terlalu kurus. Hanya sisa tulang belulang,' batinnya sambil mengomentari si pemilik tubuh ini.
"Yue-er, bibi kedua sedang bertanya, kenapa tidak dijawab?" tanya tuan Rong Zhi dengan nada tidak sabaran.
Nara langsung menengok ke arah pemilik suara. Ia juga menampakkan wajah tidak sukanya, karena tuan Rong Zhi mendesaknya.
"Maaf, aku tidak ingat siapa kalian!" ucapnya tiba-tiba dengan gaya angkuhnya.
Tuan Rong Zhi langsung berdiri dari tempat duduknya. Matanya menatal tajam ke Nara.
"Sabar, tuan! Yue-er kita baru sembuh dan bukankah tabib Song sudah memberitahu kita kalau Yue-er telah hilang ingatan karena efek kesembuhan dari penyakitnya?" Nyonya Su Shi berusaha membujuk suaminya agar tidak marah pada putri mereka.
"Hm..." hela tuan Rong Zhi yang akhirnya harus terpaksa sabar. "Yue-er, aku adalah ayah kandungmu. Namaku Wang Rong Zhi, seorang perdana menteri kesehatan ternama di negara ini," katanya sambil memperkenalkan dirinya. "Wanita disamping kiriku ini adalah ibu kandungmu, namanya Lim Su Shi. Sedangkan yang disebelah kananku ini adalah bibi keduamu yang bernama Xu Meili," lanjutnya sambil memperkenalkan kedua istrinya.
*Wang Rong Zhi (ayah kandung Yue-er)
*Lim Su Shi (ibu kandung Yue-er)
*Xu Meili (istri kedua tuan Rong Zhi atau bibi kedua)
"Baiklah! Aku akan mengingat kalian mulai sekarang. Jadi...tadi kalian memanggilku Yue-er. Apa itu namaku?"
"Iya, tentu saja, nak. Itu adalah nama panggilan kesayangan kami untukmu," jawab nyonya Su Shi dengan nada lembut ciri khasnya.
"Tapi aku tidak menyukai nama itu."
"Apa? Kau..." tuan Rong Zhi menahan amarahnya lagi, tapi langsung dibujuk oleh nyonya Su Shi.
"Maaf membuat ayah dan ibu kecewa! Aku tidak menyukai nama yang kalian berikan, karena nama itu hampir membuatku kehilangan nyawaku. Mulai sekarang, aku ingin dipanggil Nara!" pintanya.
"Tidak bisa! Nama yang kami berikan sebelumnya adalah nama dari langit. Tidak bisa seenak kamu ingin merubahnya begitu saja," protes tuan Rong Zhi.
"Oooo...jadi ayahku ingin melihat putrinya mati untuk kedua kalinya?" tanyanya dengan nada mengancam.
"Lancang!" seru tuan Rong Zhi dengan nada tinggi.
"Tuan, tidak ada salahnya dia berganti nama. Aku rasa, apa yang dia ucapkan adalah benar. Kadang kala, kita tidak tahu apakah nama kita akan cocok dengan nasib kita atau tidak. Buktinya Yue-er telah mengalami penderitaannya sejak kecil dan belum lagi ia telah melewati masa kritisnya. Benar bukan, kakak?" bela nyonya Meili dan ia berharap dapat dukungan dari nyonya Su Shi.
"A... Aku.." kata nyonya Su Shi bingung mengambil keputusan.
Nara tersenyum. "Ibu!" panggilnya pada nyonya Su Shi.
"Ya, nak!" jawab nyonya Su Shi.
"Apa ibu juga tidak bersedia mengganti namaku? Apa ibu sama seperti ayah yang hanya suka dengan namaku sebelumnya yang membawa kesialan itu?"
"Jaga ucapanmu!" bentak nyonya Su Shi. "Kamu tidak boleh bicara sembarang!" larangnya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
adie_izzati
hmmm...awal awal sda nga suka dgn watak mc... sombong dan berlagak angkuh...
2023-10-23
0
dita18
masih nyimak
2023-10-16
0