"Jaga ucapanmu!" bentak nyonya Su Shi. "Kamu tidak boleh bicara sembarang!" larangnya lagi.
"Hahahaha..." tawa Nara yang membuat mereka bingung. "Kalian berdua... Apakah benar adalah orang tua kandungku?" tanyanya memandang sepeleh kedua orang tuanya.
"Yue-er, kamu kenapa bisa seperti ini? Kamu berbeda dengan Yue-erku yang dulu," protes nyonya Su Shi.
"Tentu saja aku berbeda. Aku bukan Yue-er kalian yang dulu lagi, tapi sekarang... aku adalah Nara," ucapnya congak. "Aku tidak akan menuruti perintah siapapun bagi yang tidak memanggilku Nara," lanjutnya bersikukuh.
"Yue..." Nyonya Meili hampir saja keceplosan. "Nara!" Akhirnya ia terpaksa menyebut nama asing itu. "Nara, kamu harus memberikan mereka waktu untuk berpikir sejenak, karena masalah nama keluarga ini tidak boleh main-main. Apalagi ayahmu adalah seorang terkemuka. Apa kata orang-orang diluar sana, kalau saja kamu ganti nama terang-terangan seperti ini?"
"Apa peduli orang-orang diluar sana? Apa mereka dapat membantu kalian saat sedang kesulitan? Apa mereka yang membayar kalian? Apa mereka juga yang menjamin kehidupan kalian sampai sekarang ini?"
"Tentu saja, bukan," jawab nyonya Meili.
"Kalau bukan mereka, untuk apa berpikir terlalu jauh tentang sebuah nama? Aku masih bisa memakai marga ayahlu didepan namaku dan aku hanya mengganti nama belakangnya saja. Kenapa dipersulit?"
"Bagus! Bagus!" puji tuan Rong Zhi sambil tersenyum lebar hingga membuat nyonya Su Shi tidak nyaman, karena ia takut anaknya disakiti. "Setelah aku dengar semua ucapanmu, aku akan menyutujui tentang pergantian namamu."
Kedua istri tuan Rong Zhi terkejut mendegar keputusan suami mereka. Bagaimana bisa seorang yang keras kepala melebihi batu, bisa menyetujui permintaan seorang anak kecil seperti Yue-er? Mereka tercengang bercampur dengan rasa takut didalam hati mereka, karena suami mereka kadang lain dihati lain dimulut.
"Benarkah?" tanya Nara memastikan dan segera diberikan anggukkan kecil sebanyak dua kali oleh tuan Rong Zhi.
"Tuan, anda tidak main-main dengan ucapanmu, kan?" tanya nyonya Su Shi ikut memastikan.
"Tentu saja aku tidak main-main dengan ucapanku," jawabnya yakin. "Putriku yang sebelumnya sangat lemah, terlalu pendiam, pasif dalam segala hal, tapi semenjak ia bangkit kembali dengan nama barunya, aku dapat melihat sisinya yang banyak kesamaan dengan diriku, yakni sifat keras kepala akan keberaniannya dan kegigihannya," komentar jujur tuan Rong Zhi yang memuji Nara.
Setelah mendengar ucapan tuan Rong Zhi, para istrinya dapat bernafas lega. Pikiran negatif sebelumnya juga sudah sirna. Rasa takut mereka sudah berganti dengan senyuman yang merekah penuh haru.
"Putriku... Nara!" panggil tuan Rong Zhi dengan senyum puas. "Bolehkah ayah memelukmu?"
Tanpa menjawab apapun, Nara mengizinkan ayah Yue-er memeluk dirinya. Mereka berpelukkan di depan kedua istri tuan Rong Zhi yang menjadi saksi awal kebahagiaan Nara di kediaman perdana menteri Wang.
*****
Di sebuah gajebo klasik halaman keluarga Wang..
Mendengar Xi Yue sembuh dan telah hilang ingatan, membuat para saudara-saudari tirinya senang. Mereka berpesta kecil ditemani teh dan beberapa kudapan ringan.
"Shiya, apa kau dengar kalau Xi Yue kemarin dimarahi oleh ayah karena dia berani membangkang?" tanya Li Xun, kakak laki-lakinya.
"Benarkah?" tanya Shiya memastikan kebenaran ucapan kakaknya barusan.
"Tentu saja, benar. Apa kakak pernah membohongimu?"
"Kakakku ini paling baik dan jujur sejagad raya, mana mungkin membohongi adiknya yang cantik ini," kata Shiya yang jago menjilat.
"Entah gimana nasibnya sekarang?" tanya Li Xun dengan senyum menyeringai.
"Matilah dia!" umpat Yun Xiang sambil tersenyum puas membayangi Xi Yue yang sedang dihukum oleh ayah mereka. "Semoga dia kena hukuman yang berat dari ayah!" harapnya.
"Kalian tidak boleh bicara seperti itu pada kak Xi Yue!" kata Ji Cheng yang sudah berani pasang badan bela Xi Yue.
"Heh bocah kecil, aku adalah kakak kandungmu. Kenapa kamu malah membela Xi Yue jelek itu?" protes Yun Xiang sambil berkacak pinggang.
"Karena dia lebih baik daripada kamu," sahut Ji Cheng.
Yun Xiang yang terpancing emosi, akhirnya menjewer telinga Ji Cheng dengan kuat.
"Aw! Aw! Aw! Sakit! Sakit!" kata Ji Cheng sambil menahan rasa sakit pada telinganya yang sudah memerah.
"Hahahaha...." tawa saudara saudari lainnya yang ikut menyaksikan kejadian itu.
"Lepaskan! Cepat, lepaskan!" pinta Ji Cheng yang sudah tidak tahan lagi.
"Siapa suruh kamu lebih membela gadis jelek itu? Rasakan kekuatanku!" kata Yun Xiang tidak mau melepaskan Ji Cheng, malah menambah kekuatannya menarik telinga Ji Cheng hingga hampir menangis.
"Aku akan adukan pada ayah dan ibu, agar kau dihukum," ancam Ji Cheng tengah menahan sakit.
"Coba saja kalau berani! Aku ingin lihat, ucapan siapa yang paling dipercaya oleh ayah dan ibu."
Karena Ji Cheng masih kalah tinggi dari Yun Xiang, ia hanya bisa menginjak salah satu kaki Yun Xiang dengan sekuat tenaga untuk membebaskan diri.
"Aaaaaa.....!!!" teriak Yun Xiang kencang karena kesakitan.
Kini, giliran Yun Xiang yang berjingkrak-jingkrak kesakitan.
"Dasar anak nakal!" umpat Yun Xiang kesal.
"Blek!" ledek Ji Cheng sambil menjulurkan lidahnya seraya meledek Yun Xiang.
"Rasakan ini!" seru Yun Xiang yang hendak menampar Ji Cheng.
Yang lain hanya menjadi penonton saja tanpa mau campur tangan memisahkan kedua kakak beradik itu. Untung saja Nara tiba tepat pada waktunya, sehingga ia dapat menahan tangan Yun Xiang yang hampir mendarat ke wajah Ji Cheng.
"Siapa yang menahanku?" tanya Yun Xiang tidak senang, karena ada seseorang yang menggenggam pergelangan tangannya.
Sontak ekspresi saudara saudari tirinya terkejut saat melihat penampakkan Xi Yue sudah berada diantara mereka.
"Aku," jawab Nara hampir membuat kedua bola mata Yun Xiang keluar.
Yun Xiang berontak agar tangannya segera dilepaskan, tapi Nara malah menambah kekuatannya agar Yun Xiang kesakitan.
"Aw! Aw! Aw!" jerit Yun Xiang kesakitan. "Kamu berani melawanku?" tanyanya dengan nada tinggi.
"Kenapa? Sakit, ya?" tanya Nara dengan senyum menyeringai.
"Kau!" seru Yun Xiang yang akan menampar Nara dengan tangan yang satunya.
Untung saja Nara gerak cepat, sehingga saat tangan Yun Xiang melayang, Nara dapat mengelak dan tidak mengenainya melainkan mengenai yang lain.
'Plak!' suara tamparan keras mengenai wajah Shiya.
Shiya tidak dapat mengelak saat itu. Kini pipinya merah, panas, dan meninggalkan bekas tanda tapak lima jari disana.
"Yun Xiang, kenapa kau menamparku?" protes Shiya sambil memegang bekas tamparan itu.
"Shiya, aku sama sekali tidak berniat menamparmu, tapi dia..." kata Yun Xiang sambil menatap tajam Nara penuh amarah. "Dia yang seharusnya menerima tamparanku."
"Ckckckck!" Nara tersenyum tipis dengan ulah para saudarinya tadi sambil melepaskan tangan Yun Xiang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments