Assalamualaikum Ustadz Ku
"Nak, kamu harus jaga dirimu ya, di pondok harus belajar hemat dan juga jangan macam-macam. Belajar yang benar, jangan kecewakan Babah sama mamah ya," ucap mamah Kesya dengan sendu. Ada perasaan haru dan juga sedih melepaskan anak perempuan satu-satunya itu.
"Iya mah, tenang saja, Kesya pasti belajar dengan benar. Kesya pengen jadi dokter Mah," mamah Andin sangat bahagia mendengar penuturan Putri semata wayangnya. Ada bulir bahagia dari kelopak matanya, yang sudah mulai menua.
"Udah siap belum? Ayok kita berangkat." Rasyid, sang kakak keluar dari kamarnya. Dengan menggunakan baju gamis putih dan songkok putih, terlihat sangat tampan sekali.
"Sudah siap Mas, kita bisa berangkat sekarang, " mereka memutuskan untuk naik kereta saja, menuju pondok pesantren yang ada di Jawa Timur itu. Pondok pesantren Tahfiz Alquran.
Mereka berdua adalah anak yatim. Ayah mereka sudah meninggal saat Kesya masih duduk di bangku kelas satu SMP, karena sakit jantung. Sejak itu mamah Andin berjuang sendirian membesarkan anak-anaknya.
Beliau tidak mau menikah lagi, karena kwatir suami barunya tidak sayang pada anak-anak nya. Dia bekerja sebagai seorang guru privat di rumahnya. Kalau selepas Maghrib mengajar anak tetangga untuk mengajar mengaji. Kebetulan almarhum suaminya dulu adalah seorang guru mengaji dan juga ustadz di kampungnya.
"Mas, setelah lulus kuliah mo kerja dimana?" tanya Kesya, saat mereka sudah duduk di kursi kereta, yang akan membawa mereka ke tempat tujuan.
"Mas rencana mau buka rumah Tahfiz di kampung kita Dek, kalau kamu bagaimana?" tanya Rasyid sambil menatap mata sang adik yang sangat jernih itu.
Banyak teman-teman santri Rasyid di pondok pesantren yang meminta kesempatan agar bisa ta'aruf dengan adiknya itu, tapi semua dia tolak. Karena tidak mau adiknya itu sampai terganggu karena urusan percintaan. Rasyid ingin adiknya meraih cita-cita dan impiannya menjadi seorang dokter.
"Kesya masih ingin jadi seorang dokter Mas," ucapnya mantap dengan mata berbinar.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata elang yang terus memperhatikan dua kakak beradik yang sangat ayu dan tampan itu. walaupun Kesya menggunakan cadar, tapi mata beningnya tidak bisa menyembunyikan kecantikan wajahnya.
Laki-laki itu bernama Ilhamuddin El fahrizi. Anak dari pemilik pondok pesantren tempat dua kakak beradik itu menimba ilmu. Karena memang dia lebih memilih tinggal di kota, jadi sangat jarang berkunjung ke pondok Abah sama Uminya di Jawa Timur.
Ilham sudah selesai dengan pendidikan sarjananya, di Mesir. Sekarang fokusnya adalah membangun rumah Tahfiz di kota Tangerang, tempat kelahiran Uminya.
Uminya mengikuti abahnya ke Jawa timur dan meninggalkan rumah warisan orang tuanya. Ilham sekarang yang mengelola itu. Tanah yang cukup luas, dan dia sedang merintis untuk membangun pondok pesantren sendiri.
Karena terlalu asik memperhatikan dua kakak adik tersebut, Ilham sampai tidak menyadari kalau ponselnya dari tadi berdering. Uminya menelpon karena kwatir.
"Assalamualaikum Umi, maaf baru diangkat, " salamnya sambil tersenyum, padahal Uminya gak lihat dia tersenyum.
"Waalaikum salam anak kesayangan Umi, sekarang ada dimana?" Ilham tersenyum lagi, Uminya ini, walaupun dia sudah berusia 25 tahun tapi masih saja dianggap anak kecil.
"Ilham masih di kereta Umi, nanti kalau sudah sampai, Ilham telpon Umi. ini keretanya barusan jalan. masih lama Umi," Kesya yang duduk di sebrang Ilham hanya tersenyum dibalik cadarnya, dia terheran, di jaman sekarang, masih menemukan laki-laki yang santun terhadap ibunya, padahal itu hanya bicara di telepon, tapi pemuda itu sangat takjim bicara dengan Umi nya.
Rasyid sang kakak juga sama seperti pemuda itu, sangat sopan dan menghargainya sebagai seorang wanita. Oleh karena itu Kesya sangat sayang sekali dengan kakaknya itu. Dia selalu berusaha melindungi dan menjaganya.
Sekarang adalah tahun ke tiga Kesya mondok, mengikuti sang kakak tercinta. setelah menelpon Uminya, Ilham mengangguk ke arah Kesya, karena merasa bahwa gadis itu memperhatikan dia dari tadi, Ilham pikir gadis itu merasa terganggu dengan telepon nya.
"Maaf kalau menggangu, tadi Umi saya, dia kwatir karena saya belum sampai rumah juga." Ilham tampak tidak enak pada mereka.
"Tidak apa-apa, kami mengerti," Rasyid yang menjawab dengan anggukan sopan.
"Maaf kalau boleh bertanya, kalian mau kemana yah?" Ilham mencoba berbincang dengan Rasyid, perjalanan ini sangat panjang, akan terasa membosankan kalau tanpa teman bicara, pikirnya.
"Ke Jawa timur Mas, kami mondok di sana," Rasyid menyebutkan nama pondok pesantren yang sangat terkenal di sana. Ilham tampak terkejut, tidak menyangka kalau kakak beradik itu adalah santri Abah dan juga Uminya.
Ilham tidak membuka identitas sebagai putra dari Kiai mereka, karena kwatir nanti jadi canggung. Ilham tidak mau kehilangan teman di perjalanan. Apalagi Rasyid sangat asyik diajak bicara.
Kesya hanya menjadi pendengar saja, karena takut mengganggu keakraban kakaknya dengan kawan baru tersebut.
"Nama saya Ilhamuddin El fahrizi, asal kota Tangerang, kalau boleh tahu, siapa nama kalian? "
Ilham mencoba untuk berkenalan dengan adik kakak tersebut.
"Nama saya Rasyid Abimanyu. Dan ini adik saya, satu-satunya, Namanya Kesya Aprilia." Kesya hanya tersenyum dalam cadarnya. Menatap Ilham sekilas.
"Nama yang bagus." Ilham menangkupkan tangannya di dada dan melempar senyum pada Kesya. Kesya membalas hal serupa.
"Adik saya ini hebat loh mas. Baru 18 tahun sudah jadi Hafizah, lebih hebatnya lagi, dia juga lolos pendaftaran beasiswa ke Mesir, ambil kedokteran di sana." Ucap Rasyid sangat bangga dengan sang adik.
"Jangan dengerin kakak saya Mas, dia gitu emang orangnya, suka melebih-lebihkan. Padahal saya orang biasa saja." ucap Kesya sambil menunduk lagi.
"Memang kamu hebat adikku, kakakmu saja berjuang berkali-kali gak pernah dapat. Kamu, sekali mencoba langsung lolos. Kalau gak hebat, apa namanya?" Rasyid tampak menggebu menceritakan Adik nya yang hebat itu.
"Biasa aja ceritanya Mas, nanti kalau Kesya jadi besar kepala bagaimana?" Kesya merajuk, lalu melemparkan pandangan ke luar jendela. Tidak tahan dengan tatapan kagum yang diperlihatkan oleh Ilham.
"Memang benar, padi itu semakin berisi semakin menunduk. Saya salut loh, Kesya walaupun masih muda tapi sudah mengerti filsafat itu," puji Ilham tanpa tedeng Aling Aling. Kesya yang mendengar jadi tersipu malu dan memilih untuk tidur. Malu rasanya berbincang lama-lama dengan pria tampan itu. Kesya merasa takut, tidak bisa menjaga hatinya.
"Mas Ilham mau ke mana? ko sendirian saja, gak bawa istri bersama," tanya Rasyid. Maksudnya mau mengecek status Ilham.
"Saya mau mengunjungi orang tua saya di Jawa timur. Saya tidak beruntung, sudah setua ini, masih juga belum laku " Ilham tertawa terbahak-bahak, menertawakan nasibnya yang sampai sekarang masih singel tanpa seorang istri.
Kesya yang memang pura-pura tidur, merasa seneng dengan status Ilham. " Kenapa Aku merasa senang ya? Aneh deh.." bathin Kesya masih menjalani aksi pura-pura tidurnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 332 Episodes
Comments
Anonymous
Boleh juga untuk di simak dari awal udah menarik
2024-02-05
1
UQies (IG: bulqies_uqies)
Aku mampir kak 🥰
2022-11-06
1
AdindaRa
Waaah awal ceritanya menarik kak. Aku kasih tips buat kakak biar semangat berkarya. 😍
2022-08-27
3