Di mobil, Kesya hanya bisa membisu, bingung harus mengatakan apa lagi. Usianya baru 18 tahun, tapi harus menikah secepatnya. itu sungguh masih diluar bayangan dirinya. Dia merasa puas dengan calon suaminya, hanya saja dia masih belum siap untuk mengganti status sebagai seorang istri dalam waktu dekat ini.
Ilham menangkap kegelisahan Kesya. Ada rasa takut dihati Ilham, kalau wanita pujaan hatinya itu akan menolak rencana yang sudah disepakati itu. Ilham mencoba mencari cara agar bisa berkomunikasi dengan Kesya.
Ilham merasa sangat senang, saat Uminya minta untuk berhenti di Rest area, karena hendak ke toilet. Ketika Abah dan Uminya keluar dari mobil. sang sopir keluar untuk merokok, dan Rasyid juga keluar untuk membeli beberapa camilan, Ilham mengambil kesempatan itu untuk bicara dengan Kesya.
" Bisa kita bicara sebentar? " pinta Ilham ketika melihat Kesya hendak menyusul kakaknya.
" Ada masalah apa?" tanya Kesya bimbang.
" Katakan sama Mas, apakah Kesya keberatan dengan rencana Mas?" Ilham to the point,karena waktunya sangat sempit. Kalau yang lain sudah datang, dia gak bisa bicara lagi dengan Kesya.
" Insyaallah Kesya akan berusaha untuk mengikuti segala keputusan yang akan di ambil oleh keluarga " ada nada bimbang yang di tangkap Ilham dari suara Kesya.
" Apa kamu tidak puas sama Mas? Katakan apa yang harus mas perbaiki, agar bisa menghapus rasa bimbang dihatimu" Ilham mencoba menatap mata calon istrinya itu. Tampak berkaca-kaca.
" Apakah Mas melakukan kesalahan? kenapa kamu menangis? " Ilham kaget seketika, karena gak paham, kenapa Kesya tiba-tiba menangis.
" Tidak mas, ini murni kesalahan Kesya, Maafkan " Ilham tambah bingung, tidak paham maksudnya.
Baru mau mengatakan sesuatu lagi, dari jauh Ilham lihat orang tuanya sudah dalam perjalanan kembali ke mobil, dengan terpaksa Ilham kembali duduk seperti sebelumnya. Walaupun hatinya masih penasaran dengan maksud ucapan Kesya.
Setelah semua kembali menempati posisi masing-masing, mobil kembali melaju dengan kecepatan sedang. Yang penting selamat, itu yang dipesan Abah Kiai pada sopir nya yang sudah mengabdi lebih dari puluhan tahun itu.
Akhirnya mereka sampai juga di rumah Kesya Uminya Ilham sebelumnya telah mengabari tentang rencana lamaran ini, jadi rumah sudah tampak ramai dengan kehadiran sanak famili. Kesya langsung lari ke kamarnya.
Ilham menangkap itu, hatinya benar-benar gusar. Takut Kesya menolak lamaran nya. Dia sudah jatuh cinta pada Kesya sejak pandangan pertama, saat melihat dia di loket tiket kala itu.
makanya dia sangat bahagia saat mereka satu gerbong dan duduk berhadapan dengan kakak beradik itu. Kebahagiaan nya berlipat karena ternyata Kesya adalah wanita yang akan dijodohkan oleh orang tuanya.
Rombongan disambut oleh Mamahnya Kesya dan beberapa sanak famili. Ilham tidak bisa duduk dengan tenang, dan itu tertangkap oleh mata Rasyid yang kemudian mendekati Ilham.
" Ada apa? kenapa resah sekali wajahnya? " Ilham yang melihat kedatangan calon Kaka iparnya itu, langsung menarik tangan Rasyid, mengajak bicara ke tempat yang agak privat.
Rasyid membawa Ilham ke kamarnya, disana mereka bisa bicara dengan leluasa.
" Begini,aku menangkap gelagat tidak baik dari Kesya. Ada semacam kebimbangan yang aku tangkap. Mas, aku sangat takut kalau Kesya menolak lamaran ini" Ilham gusar sekali, Rasyid terdiam sesaat. Lalu menyuruh Ilham untuk duduk di kursi belajar, sementara dia duduk di kasurnya.
" Kesya masih 18 tahun, saya ngerti sih, kenapa dia bimbang. Kalau sudah menikah harus urus suami dan anak, sementara dia punya cita-cita menjadi dokter" Ilham diam sesaat.
" Kami bisa menunda urusan anak, biar dia fokus dengan kuliahnya" Rasyid tersenyum mendengar ucapan Ilham. Kentara sekali kalau laki-laki dihadapannya ini sudah bucin tingkat akut.
Rasyid menggeleng melihat kegusaran sang calon ipar.
" Tenang lah, nanti saya coba bicara dengan Kesya" Ilham merasa bersyukur sekali mempunyai calon ipar seperti Rasyid ini.
" Terima kasih mas" merekapun akhirnya keluar dari kamar dan kembali bergabung dengan yang lain. Rasyid mencari Kesya, saat melihat sang adik pergi ke dapur, dia langsung menyusul dan mengajak bicara sang adik.
Melihat Rasyid dan Kesya pergi ke area taman, Ilham mengikuti mereka, Masing-masing keluarga masih saling bertukar sapa, karena memang masih lelah setelah perjalanan jauh, jadi acaranya masih bebas.
" Ada apa mas?" tanya Kesya, Rasyid meminta adiknya untuk duduk dulu di bangku taman.
" Katakan sama Mas, apa kamu ada masalah dengan rencana pernikahan MU dan Ustadz Ilham?" Kesya tampak terkejut, berkali-kali menarik nafas berat.
" Mas, Kesya belum siap untuk menikah " Kesya seketika langsung menangis tergugu. Ilham yang melihat itu hatinya terasa mencelos. Bertanya-tanya apa gerangan yang membuat pujaan hatinya merasa sedih, hingga menangis begitu.
" Katakan sama Mas , apa masalahmu, biar kita bisa mencari solusinya bersama" Kesya semakin keras menangis. Ilham tidak tahan, dia langsung ke luar dari persembunyiannya dan mendekati Mereka.
" Katakan padaku, apa yang menjadi ganjalan hatimu, supaya aku bisa mencari solusi untuk itu" Ilham mencoba menggenggam tangan Kesya, namun Rasyid segera menghampiri dan mengingatkanku Ilham.
" Maaf mas, saya khilaf " Ilham lalu duduk didepan Kesya yang masih menangis tergugu. Untung taman agak jauh dari ruang tamu, jadi tidak kwatir kalau para sepuh melihat insiden itu.
" Aku mas, tidak bisa menjadi istri yang baik untukmu, kamu terlalu hebat untukku " rasa rendah diri mulai membuat hatinya bimbang, setiap mendengar teman-teman di pondok mencemoohnya, dia jadi semakin tidak percaya diri untuk menjadi istri seorang Ilhamuddin El fahrizi, Lc, Msc.. kalau nanti dia jadi untuk ambil S3 maka gelarnya akan semakin panjang.
" Aku akan membimbing MU, aku yakin kita bisa menghadapi semua bersama, asal bersamamu, aku sanggup melalui apapun. percayalah padaku"
Ilham berusaha membujuk. Kesya semakin menjadi tangisannya.
" Saya gak layak untuk ustadz, saya hanya wanita biasa yang tak berujung ayah, miskin dan juga bodoh " ucap Kesya sedih mengingat kondisi keluarganya.
" Kalau Kesya Aprilia tidak layak untukku, maka siapa lagi yang layak? aku hanya mau kamu, yang akan menjadi ibu dari anak-anak kita" Ilham meraih jemari Kesya dan membawa ke pelukan nya. Rasyid mau melarang, tapi tidak jadi, saat ini Kesya sangat rapuh, mungkin memang hanya Ilham yang bisa menguatkannya, selama masih dalam norma dan ga melampaui batas kesopanan
" Percayalah sama Mas, Mas akan berusaha agar membahagiakanmu dan keluarga kecil kita" Kesya menangis dalam pelukan Ilham dan Rasyid tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Saat tangisan adiknya sudah mulai reda, Rasyid mencoba mengingatkan Ilham kembali, " Kalau Kalina begini terus, bisa-bisa kalian di nikahkan hari ini loh" mendengarkan gurauan sang kakak, Kesya seketika teringat dan tersadar, bahwa sekarang dirinya tengah dipeluk oleh Ilham.
Seketika muka Kesya menjadi merah padam karena malu dan segera menjauh dari Ilham
" Wah.. saya senang kalau begitu Mas." Ilham tersenyum tapi Kesya cemberut.
" Maunya.. " Kesya lari ke kamarnya dengan menahan malu karena tadi tanpa sadar dia dipeluk sangat erat oleh Ilham, calon suaminya. Ilham dan Rasyid tertawa melihat Kesya yang sangat imut saat itu.
" Calon istriku itu memang menggemaskan " Ilham lalu masuk ke dalam juga dan berkumpul dengan keluarga besar mereka yang akan berdiskusi tentang pernikahan nya dan Kesya. serta pernikahan Rasyid dan Zahra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 332 Episodes
Comments