Setelah menempuh perjalanan yang amat panjang, mereka akhirnya sampai juga di stasiun. Ilham belum mengakui bahwa dia adalah putra dari Kiai tempat Kesya dan Rasyid mondok.
Kesya dan Rasyid terkejut saat melihat Abah Kiai dan Ibu Nyai memeluk Ilham dan menjemputnya.
"Mas, bukankah itu Ibu Nyai dan Abah Kiai ya?" Kesya yang melihat adegan mengharu biru itu tak tahan untuk bertanya kepada sang kakak.
"Itu benar dek, kok tadi Ilham gak bilang yah, kalau dia anak Abah Yai dan Ibu Nyai. padahal tadi kita sudah bilang kita mondok di sana," Rasyid tampak kecewa dengan ketidakjujuran Ilham.
Ilham yang melihat kakak beradik itu melintas dan hendak menyalami Abah dan Uminya akhirnya hanya bisa menundukkan pandangan saja. Kesya tampak menatapnya dengan pandangan penuh pertanyaan. Yang dijawab hanya dengan senyum jail dari Ilham. Kesya hanya cemberut di balik cadarnya.
Rasyid dan Kesya lalu sungkem kepada pimpinan pondok pesantren yang mereka hormati itu. Rasyid dan Kesya memang pulang kampung setelah mendapat telpon bahwa mamahnya masuk rumah sakit. Setelah sembuh mereka kembali ke pondok lagi.
"Kalian sudah saling kenal?" tanya Abah Kiai dengan pelan.
"Iya Abah, di kereta. perjalanan yang sangat panjang, kalau tanpa teman, akan sangat membosankan " Ilham menjelaskan.
"Rasyid dan Kesya, ayo kita kembali ke pondok bersama saja." perintah ibu Nyai.
Rasyid yang merasa tidak enak, mencoba untuk menolak tetapi Abah Kiai memaksa mereka untuk ikut saja bersama, toh mobil juga masih muat, kalau hanya mereka berdua saja.
Akhirnya Kesya dan Rasyid tidak ada pilihan, karean tidak sopan kalau menolak kenaikan pimpinan pondok pesantren tempatnya mondok.
mereka akhirnya duduk di kursi belakang. Kursi tengah di tempati Ibu Nyai dan Ilham, Abah Kiai duduk di kursi depan bersama sopir.
"Ilham, kamu ingat tidak? Kemarin sewaktu kamu mau berangkat ke Tangerang, Abah pernah cerita tentang anak sahabat abah yang sudah lama meninggal." tanya Abah Yai.
"Iya Abah, memangnya kenapa?" tanya Ilham mulai gusar sembari menengok sekilas pada Kesya. sejak pertama melihat Ke sya di loket tiket, Ilham sudah tertarik pada gadis bercadar itu.
Abahnya dulu pernah bercerita bahwa dia memiliki ikatan perjanjian pernikahan dengan anak sahabat abahnya itu. oleh karean itu, Ilham sangat gusar. Bagaimana nanti kelanjutan .hubungan dia dengan Kesya? Padahal tadi di kereta, Ilham sudah bertekad untuk meminta Abahnya untuk melamar gadis itu sebagai istri nya kelak.
"Ilham.. Ilham.. kamu dengar yang Abah bicarakan tidak? dari tadi melamun terus, ada apa?" tanya Abahnya sambil menoleh ke belakang.
Ilham yang tersadar dari lamunan akhirnya hanya bisa tersenyum keki. malu pada Abahnya, Kesya dan juga Rasyid.
"Maaf Abah, masih cape dengan perjalanan jauh," Ilham mencoba menutupi kegusaran hatinya.
"Ilham, gadis yang akan Abah jodohkan dengan kamu adalah kesya, adiknya Nak Rashid ini," tunjuk Uminya sambil menoleh ke belakang.
Ilham dan Kesya terkejut mendengar penuturan itu. Kesya jadi ingat, dulu, sebelum ayahnya meninggal memang pernah menyinggung tentang perihal perjodohan ini, saat itu Ilham tengah melanjutkan studi di Mesir. Jadi Kesya tidak pernah bertemu.
Ilham baru beberapa bulan lalu pulang dari Mesir, tetapi dia memilih tinggal di rumah neneknya. itulah yang menjadi sebab mereka tidak pernah bertemu sebelumnya.
"Benarkah Umi?" tanya Ilham sumringah dan tampak binar bahagia dimatanya, dia melirik Kesya yang duduk di belakang, yang sama terkejutnya dengan dirinya.
"Iya sayang, itu benar. Bagaimana pendapat kamu? Kan kamu sudah ketemu langsung dengan kesya, apa kamu keberatan dengan niat Abah sama Umi?" tanya Umi nya sambil menggenggam tangan Ilham.
"Ilham tidak keberatan Umi," Ilham melirik lagi ke belakang. Kebetulan Kesya tengah memperhatikannya juga. Kesya merasa jantungnya berdebar dengan jawaban yang diberikan oleh Ilham.
Rasyid juga terkejut dengan berita itu. Karena dia baru mendengar perihal tersebut. Ayah ibunya tidak pernah menyinggung hal tersebut padanya. Dulu, memang hanya Kesya yang diberi tahu. karena pada saat itu Rasyid sedang mondok.
"Nak Kesya bagaimana pendapatmu nduk?" tanya Uminya Ilham sambil menoleh ke belakang.
"Kalo Kesya terserah Umi sama Mas Rasyid saja," jawab Kesha tersipu malu, sambil menundukkan kepalanya.
"Bagaimana pendapat nak Rasyid? "
"Kalau memang sudah di atur demikian oleh orang-orang tua. Kami hanya bisa menuruti saja. Saya yakin. Alm ayah pasti sudah mempertimbangkan segala baik buruknya." jawab Rasyid sambil menatap mata adiknya yang tampak berbinar. Tak terasa, dirinya juga merasa bahagia. Siapa yang tidak bangga? Adiknya akan menikah dengan seorang Gus, putra seorang Kiai dengan santri lebih dari lima ribu orang?
Dari tatapan mata itu, Rashid paham, bahwa adiknya juga tidak keberatan dengan perjodohan tersebut.
Tanpa terasa mereka akhirnya sampai juga ke pondok. Rasyid dan Kesya mengucapkan terima kasih karena sudah diberikan tumpangan.mereka segera masuk ke asrama masing-masing.
Sebelum pergi, ilham meminta Kesya untuk menunggunya sebentar, karena ada hal yang ingin dia sampaikan.
Setelah menaruh barang-barang Ilham menemui Kesya di tempat semula mereka berpisah. Kesya masih menundukkan wajahnya. Ilham merasa gemas sekali, kalau tidak ingat bahwa mereka belum menjadi pasangan halal, ingin rasanya mencium gadis itu, yang sudah mencuri hatinya saat pertama melihatnya di loket tiket kereta api kemarin sore.
"Ada apa ya Mas Ilham? Kesya merasa malu, berlama-lama disini. Takutnya nanti ada gosip yang tidak enak di dengar." Kesya mencoba bicara dengan Ilham.
Namun yang di ajak bicara malahan senyum-senyum saja. tanpa menjawab pertanyaan nya.
"Mas.. Mas Ilham.. kok malah senyum-senyum sih? Ada apa? " Kesya mengulang kembali pertanyaannya.
"Oh.. maaf.. kamu tidak keberatan bukan dengan perjodohan kita?"tanya Ilham sambil tersenyum seperti orang bodoh.
Kesya yang melihat sekilas merasa geli hatinya. Padahal waktu di kereta, bicara dengan kakaknya sangat semangat sekali, kenapa sekarang berubah jadi malu-malu begitu? Kesya tersenyum di balik cadarnya. merasa lucu dengan tingkah Ilham.
"Saya tidak keberatan Mas, pernikahan itukan ibadah, kita menyempurnakan ibadah kita dengan pernikahan." jawabnya mantap.
"Alhamdulillah Kesya kalau kamu tidak keberatan dengan perjodohan kita," Ilham senang sekali
padahal tadi Umi sudah bertanya, tapi tetap saja, Ilham ingin memastikan sendiri bahwa calon istrinya itu setuju. jadi dia lega sekali.
"Ilham sayang , kenapa tidak disuruh masuk calon mantu Umi?" tiba-tiba Uminya Ilham keluar tergopoh-gopoh dan menepuk pundak Ilham.
"Tidak apa-apa Bu Nyai, Kesya mau ke asrama saja, mau istirahat , Mas Ilham juga pasti lelah setelah seharian di kereta." Kesya masih menundukkan kepalanya.
"Ya sudah. Istirahat ya, calon menantu Umi. Nanti saat makan malam, kesini lagi ya sama kakaknya Rasyid, ada hal penting yang mau disampaikan oleh Abah." Kesya agak terkejut tapi dia hanya bisa mengangguk saja.
"Baiklah Bu Nyai. Kesya ke asrama dulu" Bu Nyai segera masuk kembali ke rumah.
"Assalamualaikum ustad ku," ucap Kesya sebelum pergi ke asramanya.
"Waalaikum salam calon istriku!" Ilham menjawab dengan sangat bahagia.
Ilham masih tersenyum sendiri saat masuk ke dalam rumahnya. kelakuan Ilham di perhatikan oleh kedua orang tuanya.
"Alhamdulillah kalau mereka berdua sudah setuju , tadinya Umi sangat takut , kalau mereka menolak perjodohan ini," Pak Kiai tersenyum.
"Kan kita memang sudah mengatur, agar mereka bisa bertemu sebelumnya. Umi dan mamahnya Kesya kan sudah merencanakan ini dengan matang," ucap pak Kiai pelan.
"Hus.. jangan kenceng-kenceng,nanti Ilham dengar bisa bahaya," Uminya Ilham melihat ke sekeliling. kwatir Ilham mendengar apa yang di sampaikan suaminya tersebut.
"Terima kasih Abah dan Umi , yang sudah mengatur pertemuan ku dengan Kesya," Ilham masuk ke kamarnya dengan pelan, kwatir orang tuanya tahu kalau dia mendengar perkataan mereka barusan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 332 Episodes
Comments
Tolie Kieden
pokoky semangat thor
2025-02-10
0
Nur hapidoh
🤗🤗🤗😊😊
2022-11-07
0
UQies (IG: bulqies_uqies)
Masya Allah.. serasa larut dalam situasi ini, ikutan deg-degan 😍
2022-11-07
1