Vee, Kekasihku Dari Masa Lalu
Veeronica Setiawan, gadis SMU yang sudah kelas dua belas. Usinya sudah hampir delapan belas tahun.
Anak pasangan Jovan dan Vani itu sudah beranjak dewasa sekarang (Bisa dibaca kisah Vani dan Jovan di novel : Aku setia, sumpah!, masih karya bund FF)
Dia sedang menikmati liburan semester ganjil kali ini. Gadis itu sangat sulit diatur, tapi diusianya yang baru tujuh belas tahun itu dia sudah berhasil membeli sebuah rumah minimalis yang cukup mewah di sebuah bukit yang masih berada di kawasan Kota Malang.
"Stop, stop pak Dhe" teriak Vee bahagia di pinggir jalan saat mencegat truk raksasa milik Andik.
Hari ini dia berencana ikut Andik, seorang pemilik truk kontainer yang biasanya memuat dan mengirim pupuk ke beberapa kota besar di Pulau Jawa.
Andik adalah teman bundanya semasa lajang dulu. Tapi kini malah terlihat akrab dengan Vee, karena mereka rajin berkomunikasi setiap ada kesempatan setelah diperkenalkan oleh bundanya dulu.
"Naik nduk, tujuan kita dekat saja kali ini, Banyuwangi" kata Andik menginfokan tujuannya.
"Siap pak dhe" Vee sudah duduk manis di kursi penumpang.
Mengenakan kaos oversize berwarna abu-abu dengan celana jeans selutut, tak lupa kamera nikon mahal yang selalu ditentengnya kemanapun pergi. Rambut panjang yang bergelombang itu dibiarkannya terurai kali ini.
Sebuah tas ransel diletakkan diantara Andik dan Vee yang sibuk membidik apapun yang dirasanya menarik. Tak lupa sebuah tas slempang kecil untuk menaruh dompet dan ponselnya.
"Baru tuh kameranya, yang lama kemana?" tanya Andik, jeli sekali mata orang tua ini.
"Biasa, hadiah dari Papa Yudha. Kemarin waktu Vee ulang tahun ke tujuh belas, Papa Yudha ngirim hadiah ini lewat om Akbar waktu ada kerjaan di sini, pak dhe" jawab Vee yang masih mengamati hasil bidikan kameranya.
"Terus yang lama dijual? Kan masih bagus, Vee" tanya Andik.
"Ada dirumah, pak Dhe. Ehm, nanti deh kalau kita ketemu lagi aku titipin ke pak dhe buat dikasih ke mbak Siska, ya" kata Vee dengan lancarnya, dia memang sangat loyal dan tidak pernah perhitungan.
Siska adalah anak pertama dari Andik, dia sendiri punya dua anak gadis yang bungsunya seusia Vee.
"Boleh tuh, pasti Siska senang. Kamu juga dapat salam dari Bu dhe, kapan main ke Kediri katanya" kata Andik yang mengemudikan truknya dengan santai.
"Kapan-kapan deh, pak Dhe. Bentar lagi Vee sibuk belajar, mau ujian nasional pak dhe" kata Vee.
"Kamu nanti kalau nungguin pak dhe bongkar muatan, jangan main jauh-jauh ya. Bisa diomelin bundamu sampai congek an kalau kamu kesasar kayak waktu itu" omel Andik.
Karena pernah Vee ikut Andik mengirim pupuk ke daerah Bogor, dan Vee kesasar hingga Andik harus mencarinya dengan bantuan polisi setempat.
"Hahahaha, iya. Vee jadi malu kalau ingat kejadian itu, pak dhe. Untung saja Vee langsung ke pos polisi. Tapi untungnya, dari kejadian itu Vee punya teman polisi dan beberapa orang preman jalanan di daerah itu pak dhe" kata Vee membanggakan dirinya.
Vee memang sangat supel, siapapun bisa dijadikan teman olehnya. Dari anak kecil sampai orang lanjut usia banyak yang mengenalnya.
"Kamu tuh, kesasar malah bangga. Tapi Bundamu ngijinin kan kali ini kamu ikut pak dhe?" tanya Andik yang sangsi saat Vee bilang bahwa Vani telah mengizinkannya pergi.
"Sudah ijin sama ayah, dan ayah nggak marah kok pak dhe" kata Vee santai.
"Tuh kan, bundamu sudah telpon pak dhe" kata Andik yang melihat layar ponselnya di dashboard menampilkan nama Vani saat berkedip-kedip, ada panggilan masuk.
Vee hanya tertawa menanggapinya.
"Halo, Van. Iya, waalaikumsalam" kata Andik saat menerima telepon dari Vani.
(...)
"Iyo, anakmu iki ngeyel njaluk melok. Lah tadi malah wis ketemu neng dalan, sakno tah lek ndak diajak sisan" kata Andik yang berlogat Jawa saat berbicara dengan bundanya Vee.
(Iya, anakmu ngotot minta ikut. Tadi bertemu dijalan, kasihan kalau tidak diajak)
(...)
"Iyo, wis kamu tenang saja. Tujuanku dekat kok, cuma ke Banyuwangi. Sudah ya, bahaya nyetir sambil telponan. Yawis, Assalamualaikum" Andik memutus secara sepihak sambungan teleponnya.
Bahkan belum sempat dia mendengar Vani menjawab salamnya.
"Males pak dhe ini dengerin bundamu ngomel. Bisa sampai Banyuwangi nggak kelar-kelar kalau dibiarkan" kata Andik sambil meletakkan lagi ponselnya ke dashboard.
"Bunda memang gitu pak dhe, tapi dia baik sebenarnya" kata Vee membela bundanya.
"Iya, dia lemah lembut. Nggak kayak kamu, begidakan (slengek an)" kata Andik yang membuat Vee tergelak mendengarnya.
"Bagaimana hubungan bundamu sama Yudha? Masih sering ketemu?" tanya Andik yang sedikit banyak tahu kisah cinta mereka sebelum Vani memutuskan untuk menikah dengan Jovan.
"Nggak pernah ketemu kok pak dhe, seingatku terakhir kali ketemu papa Yudha ya pas bunda lahiran adik kembarku itu, yang dibawa sama papa Yudha yang satunya" Vee bercerita dengan gamblang, dia sudah menganggap Andik keluarganya sendiri.
"Terus, kamu sama dia masih sering komunikasi?" tanya Andik lagi.
Pembicaraan mereka mulai serius kali ini.
"Masih pak dhe, tapi papa Yudha bilang nggak boleh kasih tahu bunda kalau kami sering telponan" kata Vee.
"Kenapa memangnya?" tanya Andik.
"Vee juga nggak paham pak dhe. Urusan orang dewasa, Vee nggak mau ikut campur" kata Vee menunduk.
Dia tahu ada sesuatu yang disembunyikan oleh para orang tuanya, tapi dia tidak pernah berusaha mencari tahu daripada akan menimbulkan rasa penyesalan untuknya.
"Masih jauh perjalanannya, kamu tidur saja kalau capek. Nanti pak dhe bangunin kalau kita sampai di rest area" kata Andik.
"Nggak deh pak dhe, niatnya kan Vee ikut itu supaya pak Dhe ada temannya, nggak sendirian, masak ditinggal tidur" Vee menolak saran dari pak dhenya.
"Tapi Vee mau ngerjain tugas sebentar ya pak dhe, nggak tahu nih gurunya Vee kenapa ngasih tugas di waktu liburan kayak gini" keluh Vee yang tak suka dengan banyaknya tugas di musim liburan.
"Tugas ya dikerjain toh Vee" kata Andik yang terus fokus dengan jalanan di depannya.
Vee adalah siswi dari SMAN di dekat rumahnya, dia sengaja mengambil jurusan Bahasa karena memang Vee suka sekali mencari pengalaman baru.
Dan menurutnya, untuk bisa menikmati waktu liburan adalah dengan mengerti bahasa di setiap daerah. Oleh karena itu, dia ingin belajar banyak bahasa asing.
Dia percaya, di setiap daerah punya keunikan masing-masing. Dan bahasa adalah kuncinya.
Sejauh ini, dia sedang belajar Bahasa Indonesia sebagai bahasa utamanya. Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Bahasa Belanda, Bahasa Jerman, dan Bahasa Mandarin yang memang sudah difasilitasi oleh sekolahnya.
Agak memusingkan memang, tapi Vee sangat menikmati proses belajarnya.
Vee terlihat serius saat mengerjakan soal di ponselnya, kadang dia juga harus menjawab dengan suaranya dalam bahasa yang tak dimengerti oleh Andik.
Hampir satu jam telinga Andik mendengar Vee menjawab soal dalam bahasa Asing. Andik sampai pusing mendengarnya.
"Huft, akhirnya selesai pak dhe" kata Vee menghela napas lega.
"Tugas bahasa apa sih? Lidah pak dhe rasanya keseleo dengerin kamu ngomong" kata Andik.
"Bahasa Jerman, pak dhe" kata Vee yang kembali sibuk dengan kameranya.
"Senyum dong pak dhe" kata Vee yang sedang membidikkan kameranya pada Andik.
Andik hanya menoleh singkat dan tersenyum, menuruti permintaan Vee yang sudah dianggapnya anak sendiri.
"Gantengnya, pak dheku" gumam Vee.
"Basi, pak dhemu iki sudah tua. Wis nggak ada ganteng-gantengnya lagi" kata Andik yang tak mampan oleh rayuan Vee.
"Lagian, kamu tuh ngejek opo piye. Wong ireng peteng gini kok katanya ganteng" kata Andik.
"Laki yo ngganteng toh pak dhe, wadon baru cantik" kata Vee yang senyum-senyum sendiri saat melihat kameranya.
Tiga jam berkendara, Andik membelokkan truknya di sebuah pom bensin agar bisa sejenak beristirahat.
"Solarnya habis pak dhe?" tanya Vee.
"Nggak juga sih, tapi nggak ada salahnya diisi dulu. Perutnya juga sudah keroncongan ini" kata Andik yang menyiapkan sejumlah uang untuk membayar solar yang akan dibelinya.
Vee menunggu di dalam truk dengan sabar. Sambil mengamati hasil bidikannya.
Tak lama, Andik menepikan kendaraannya. Mencari tempat aman untuk meninggalkan Kitty kesayangannya di pom ini.
Kitty adalah nama truk yang biasa Andik gunakan, karena kaca bagian depannya sedikit retak dan dikuatkan menggunakan stiker Hello Kitty oleh Andik agar tak bertambah retak dan pecah.
"Ayo turun, cari makan dulu terus ke masjid. Sudah mau Maghrib ini" ajak Andik.
"Siap, pak dhe" Vee bergegas turun dan menenteng tas kecilnya saja.
Sebenarnya Vani tak pernah khawatir saat melepas Vee pergi dengan Andik, sahabatnya.
Karena Andik yang dikenalnya adalah orang yang baik dan soleh. Tak pernah melupakan kewajiban lima waktunya meski selalu bepergian jauh.
"Makan yang banyak, Vee. Biar kamu nggak kurus gitu" ejek Andik.
"Vee itu nggak kurus, tapi seksi pak dhe" Vee tidak terima saat Andik mengejeknya.
Sebenarnya Vee mempunyai bentuk tubuh yang sangat ideal. Pinggangnya ramping, buah dadanya cukup besar dan kencang. Hanya saja dia selalu menutupnya menggunakan pakaian yang selalu oversize.
Tak mau menonjolkan kemolekan tubuhnya agar tak dijadikan bahan untuk para lelaki menggodanya.
Apalagi Vee sangat suka berpetualang, dia tidak mau mencari masalah dengan pamer tubuh.
"Kamu mau minum apa, Vee?" tanya Andik setelah mendapat dua porsi soto Madura full daging kesukaan Vee.
"Teh hangat pak dhe" jawab Vee sambil menyeruput kuah panas dari mangkuk sotonya.
"Teh hangatnya dua nggeh mbak" Andik memesan untuk dirinya juga.
"Nggeh pak" jawab penjual di warung itu.
"Sudah doa opo piye? Nanti makanan sudah habis malah lupa nggak baca doa" kata Andik mengingatkan.
"Sampun dong pak dheku yang paling gagah kayak Bima" balas Vee ikut mengejek.
"Lah ancen ngganteng dong..." mulai deh Pak Dhe Andik bercerita tentang kehidupannya.
Dan dari sinilah Vee selalu menemukan hal baru. Melalui cerita dari para orang tua, akan menambah wawasannya dalam kehidupan.
Dan saat berteman dengan anak kecil, Vee bisa melatih kesabaran.
.
.
.
.
.
Semoga suka dengan introduction nya ya, readers.
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa like, vote dan kasih gift nya.
Komen yang mendukung boleh, kritik yang membangun juga tidak apa-apa.
Terimakasih yang sudah mau mampir dan meninggalkan jejaknya.
❤️❤️❤️❤️❤️
Banyak cinta untuk semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments