Pengasuh Anakku
Rizky mengendarai mobilnya dengan tenang. Ia baru saja mengantarkan kedua orang tuanya pulang ke rumah mereka. Sekarang ia dalam perjalanan menuju ke Kebayoran Baru ke tempat tinggal orang tua angkat Maira. Maira adalah anak kandung Ricky diluar pernikahan. Anak itu lahir karena kesalahan Ricky di masa lalu. Sekarang Maira tinggal bersama ibu angkatnya bernama Aida yang mengurusnya sejak bayi. (Untuk lebih jelasnya lagi silahkan baca novel Deche yang berjudul Terjebak Pesona Mamah Muda. Karena Pengasuh Anakku adalah kelanjutan dari novel Terjebak Pesona Mamah Muda).
Ricky melirik ke rear-vision mirror, ia melihat Maira sedang tidur di pangkuan Hanifa pengasuh anaknya. Anak itu tertidur karena kecapean setelah bermain gelembung di kebun binatang Ragunan. Hanifa memandang keluar jendela, namun tangannya mengusap-usap kepala Maira atau menepuk-nepuk badan bagian belakang tubuh Maira. Ricky tersenyum melihat Hanifa memperlakukan Maira dengan baik.
Tak terasa sampailah mereka di rumah Ibu Poppy mertua Aida. Ricky memarkirkan mobilnya di depan rumah Ibu Poppy.
“Kamu tunggu dulu. Biar saya yang membuka pintu,” kata Ricky kepada Hanifa yang sudah bersiap-siap membuka pintu. Hanifa tidak jadi membuka pintu.
Ricky keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Hanifa. Hanifa keluar dari mobil sambil menggendong Maira. Ricky membawa tas Maira. Mereka menghampiri rumah Ibu Poppy. Penjaga rumah membukakan pintu pagar.
“Assalamualaikum,” ucap Hanifa.
“Waalaikumsalam,” jawab Pak Eko penjaga rumah Ibu Poppy.
“Waduh, Non Maira bobo. Masuk lewat garasi aja, Mbak,” kata Pak Eko.
Ricky dan Hanifa masuk ke dalam rumah melalui garasi.
“Assalamualaikum,” ucap Hanifa ketika masuk ke dalam rumah Ibu Poppy.
Bi Ijah yang sedang berada di dapur langsung keluar dari dapur menuju ke ruang tengah.
“Waalaikumsalam,” jawab Bi Ijah.
“Oh, Non Maira sudah pulang. Bawa ke atas aja ke kamarnya Non Maira,” kata Bi Ijah.
Ricky memberikan tas Maira kepada Bi Ijah.
“Ayo, Non. Saya antar ke kamar Non Maira,” kata Bi Ijah.
Bi ijah dan Hanifa menaiki tangga menuju lantai atas, sedangkan Ricky menunggu di bawah.
“Ibu Aida kemana, Bi?” tanya Hanifa. Karena rumah Ibu Poppy nampak sepi, tidak satupun pemilik rumah terlihat.
“Non Aida dan Den Firas sedang tidur,” jawab Bi Ijah.
Lalu Bi Ijah mengajak Hanifa ke sebuah kamar. Bi Ijah membuka pintu kamar itu. Kamar itu nampak seperti bukan kamar anak, kamar itu lebih mirip dengan kamar seorang gadis. Di dinding kamar itu menempel foto perempuan cantik yang menggunakan kerudung. Sepertinya perempuan itu adalah tantenya Maira. Hanifa menidurkan Maira di atas tempat tidur yang menggunakan sprei berwarna hijau tosca. Hanifa menyelimuti Maira dengan selimut, lalu menaruh bantal dan guling di pinggir kanan dan kiri Maira. Agar Maira tidak terjatuh. Bi Ija menyalakan walkie talkie lalu diletakkan di dekat Maira, walkie talkie satu lagi dibawa Bi Ijah. Lalu mereka keluar dari kamar itu.
Bi Ijah dan Hanifa turun dari lantai atas lalu menghampiri Ricky yang berdiri di depan pintu menuju garasi.
“Bi, kami pamit pulang. Sampaikan salam saya kepada Mbak Aida dan Pak Firas,” kata Ricky.
“Baik akan Bibi sampaikan,” jawab Bi Ijah.
“Asaalamualaikum,” ucap Ricky.
“Waalaikumsalam,” jawab Bi Ijah.
Ricky dan Hanifa keluar dari rumah Ibu Poopy. “Pak, kami pamit dulu. Assalamualaikum,” pamit Ricky kepada Pak Eko.
“Ya, Den. Waalalikiumsalam,” jawab Pak Eko. Ricky dan Hanifa keluar dari halaman rumah Ibu Poppy menuju ke mobil Ricky.
“Kamu duduk di depan,” kata Ricky sambil membuka kunci pintu mobil dengan remote. Hanifapun duduk di sebelah Ricky. Kemudian Ricky melajukan mobilnya. Ricky mengendarai mobilnya menuju ke jl Jendral Sudirman.
“Kamu jangan pulang dulu, ya. Temani saya jalan-jalan,” kata Ricky.
Haifa mengerutkan keningnya mendengar perkataan Ricky. “Bukankah tadi kita sudah jalan-jalan?” tanya Hanifa.
“Tadikan Maira yang jalan-jalan. Ayahnya belum jalan-jalan,” jawab Ricky dengan tenang sambil menyetir mobilnya.
“Bapak mau jalan-jalan kemana?” tanya Hanifa.
“Ke Mall Pasific Place. Kita nonton film,” jawab Ricky. Hanifa hanya diam saja mendengar jawaban Ricky.
“Kamu suka nonton film, kan?” tanya Ricky sambil menoleh ke arah Hanifa.
“Suka. Tapi saya jarang menonton di bioskop,” jawab Hanifa.
“Sekarang kita menonton ke bioskop. Kamu boleh pilih menonton film yang kamu suka,” kata Ricky.
Ricky membelokkan mobil ke mall Pasific Palace. Ia langsung mengarahkan mobilnya menuju ke basement. Ricky memarkirkan mobilnya di basement.
“Turun, yuk,” ajak Ricky. Hanifa keluar dari mobil dan menunggu Ricky keluar dari mobil. Setelah Ricky keluar dari mobil merekapun berjalan menuju ke liff. Ketika mereka berjalan menuju liff Ricky menoleh ke sampingnya, namun ia tidak melihat Hanifa. Lalu ia menoleh ke belakang, tenyata Hanifa berjalan di belakangnya. Ricky berhenti berjalan.
“Ngapain kamu berjalan di belakang saya? Jalannya di sebelah saya. Kamukan bukan bodyguard,” kata Ricky. Akhirnya Hanifa berjalan di samping Ricky.
Mereka masuk ke dalam liff. Di dalam liff Hanifa berdiri di belakang Ricky. Ricky menoleh ke belakang Hanifa berdiri di belakang Ricky. Kebetulan liff itu penuh dengan pengunjung yang hendak masuk ke Pacific Place, jadi Ricky membiarkan Hanifa berdiri di belakangnya. Liffpun berhenti di lantai dua. Ricky dan Hanifa keluar dari liff, Ricky mengajak Hanifa menuju ke mushola. Ketika mereka sampai di mushola sudah waktunya untuk sholat ashar.
“Kita sholat dulu, biar santai nontonnya,” kata Ricky ketika sampai di depan mushola.
Merekapun terpisah, mereka menuju ke tempat wudhu masing-masing. Selesai sholat Ricky menunggu Hanifa di depan mushola, karena ia lebih dulu keluar dari mushola. Tak lama kemudian. Hanifa keluar dari mushola, Hanifa duduk di depan pintu mushola untuk memasang kaos kaki dan sepatu. Ricky dengan sabar menunggu Hanifa. Melihat Ricky sudah menunggunya, Hanifa cepat-cepat menggunakan kaos kaki dan sepatu. Setelah selesai memakai sepatu Hanifa menghampiri Ricky.
“Sekarang kita ke bioskop,” kata Ricky Mereka naik ke lantai enam dengan menggunakan ekalator. Sesampai di lantai enam mereka langsung masuk ke dalam bioskop. Di dalam bioskop penuh dengan pengunjung karena sekarang weekend.
“Kamu mau nonton apa?” tanya Ricky kepada Hanifa.
“Terserah Bapak aja,” jawab Hanifa.
“Kok terserah saya? Nanti kamu tidak suka filmnya,” kata Ricky.
“Saya suka menonton apa saja,” jawab Hanifa.
Akhirnya Ricky memilih menonton film action. Kebetulan film itu main di theater gold class, jadi Ricky membeli ticket lebih mahal dari theater regular. Hanifa kaget mendengar total yang harus dibayar oleh Ricky.
Mahal sekali, bisik Hanifa di dalam hati.
“Kamu mau popcorn?” tanya Ricky.
“Tidak, Pak. Terima kasih,” jawab Hanifa.
“Saya belikan, ya. Nonton di bioskop tanpa popcorn dan soft drink tidak seru,” kata Ricky.
“Untuk bapak saja, saya tidak usah dibelikan,” ujar Hanifa.
“Loh, kenapa? Masa saya makan sendirian,” protes Ricky. Akhirnya Ricky membelikan dua popcorn dan dua sofdrink. Satu untuk dirinya sendiri dan satu lagi untuk Hanifa. Setelah selesai membeli camilan mereka langsung masuk ke theater, karena pintu theater telah dibuka.
Hanifa tertegun melihat bangkunya. Bangkunya tidak seperti bangku biasa, Bangkunya lebih luas, lebih nyaman dan yang lebih Hanifa sukai adalah lebih jauh jarak dari bangku yang satu dengan bangku yang lain. Sehingga Hanifa tidak akan merasa risi duduk di ruangan gelap berdekatan dengan Ricky.
.
.
Sorrry, kemarin Deche ketiduran sehingga baru bisa up sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Ira Herawati
mampir lg
2024-12-27
1
Yani
Mampir..
2022-12-13
2
Agustina Kusuma Dewi
masuk nt ke-6 mu mak othor D.. luv u..😘😍😘😍
2022-10-04
2