5. Debat Kusir

Waktu terus berlalu, tak terasa sudah hari Jumat. Setelah pulang kerja Ricky langsung pergi ke rumah Poppy untuk menjemput Maira. Sengaja Ricky pulang kerja lebih cepat dari biasanya. Karena kalau ia pulang kerja malam.ia takut Maira sudah keburu tidur. Jadi ia memutuskan pulang kerja jam setengah lima sore.

Maira sedang menunggu Ayahnya datang. Ia senang karena akan diajak jalan-jalan ke luar kota. Ia sedang duduk manis di depan televisi, walaupun matanya sudah mulai mengantuk.

“Assalamualaikum,” ucap Ricky di pintu menuju garasi.

Maira yang sedang asyik menonton televisi langsung menoleh ke pintu.

“Aya!” teriak Maira. Ia langsung berlari ke Ayahnya. Ricky langsung berjongkok dan memeluk Maira lari yang ke arahnya.

“Anak sholeha kok belum jawab salam Ayah,” kata Ricky sambil memeluk Maira.

“Walaicumcalam,” jawab Maira.

Aida mendekati bapak dan anak itu. “Aduh senangnya yang dijemput sama Ayah. Sampai lupa sama Mamah,” kata Aida.

“Tadi kan cuda cama Mama, cekalang cama Aya,” ujar Maira. Ricky mencium pipi Maira.

“Masuk dulu, Pak Ricky,” kata Aida.

“Terima kasih, Mbak Aida. Saya mau langsung saja. Takut keburu malam,” kata Ricky.

Tiba-tiba Firas datang, ia berdiri di belakang Ricky. “Assalamualaikum,” ucap Firas.

“Waalaikumsalam,” jawab Ricky dan Aida.

“Da, tamu kok dibiarkan berdiri di pintu,” kata Firas melihat Ricky sedang berjongkok sambil memeluk Maira.

“Terima kasih, Pak Firas. Saya mau langsung pulang saja,” ucap Ricky. Ricky berdiri sambil menggendong Maira.

“Sebentar, saya ambilkan tas Maira,” kata Aida. Aida mengambil tas Maira yang berada di sofa ruang keluarga lalu diberikan kepada Ricky.

“Haduh yang mau jalan sama Ayah, tidak mau lepas dari gendongan Ayah,” ujar Aida kepada Maira.

“Maira, salam dulu sama Mamah dan Papah,” kata Ricky.

Maira mengulurkan tangannya kepada Aida. “Calam duyu,” kata Maira. Aida memberikan tangannya kepada Maira.

“Muah,” bunyi mulut Maira ketika mencium punggung tangan Aida. Lalu Maira beralih ke Firas lalu mencium tangan Firas, “Muah.”

“Kami pamit pulang. Assalamualaikum,” ucap Ricky.

“Waalaikumsalam,” jawab Aida dan Firas.

“Jajah, Mama. Jajah Papa,” Maira melambaikan tangannya kepada Aida dan Firas.

“Dadah Maira. Selamat bersenang-senang,” balas Aida sambil melambaikan tangannya kepada Maira.

Ricky membawa Maira keluar dari rumah Ibu Poppy menuju ke mobil. Aida memandangi Maira hingga Maira masuk ke dalam mobil Ricky. Firas merangkul bahu istrinya, lalu diusap-usap pangkal lengan istrinya.

“Sudah, jangan bersedih dan khawatir. Maira pergi dengan Ayahnya, bukan dengan orang lain,” kata Firas.

“Mendingan kita buat adik untuk Maira,” lanjut Firas.

“Tapi Maira tidak jadi ikut menginap di rumah kecil kita,” kata Aida dengan bersedih.

“Kita bisa buat adik untuk Maira di rumah kecil kita. Pasti seru dan menegangkan,” kata Firas.

Aida menoleh ke Firas. “Dimana seru dan menegangkannya?” tanya Aida bingung.

“Seru dan menegangkan ketika kita main, takut kedengaran Ibu Ida-Pak Aan dan orang-orang yang lewat di depan rumah,” jawab Firas dengan tersenyum.

“Masa, sih? Tidak mungkin kedengaran. Jaraknya kan jauh,” kata Aida.

“Pasti kedengaran, apalagi sewaktu kita sedang mendesah,” jawab Firas sambil tersenyum jahil.

“Ya sudah, jangan berhubungan di rumah kecil,” ujar Aida.

“Eh, jangan! Justru harus dicoba, kan kita belum pernah melakukan di sana,” kata Firas lalu mencium pipi Aida.

“Nanti kedengaran Ibu Ida dan Pak Aan serta orang–orang yang lewat depan rumah,” ujar Aida.

“Biarkan saja mereka mendengar. Kita kan suami istri yang sah bukan selingkuh atau pasangan kumpul ke-bo,” kata Firas.

“Ayo kita berhubungan sekarang,” bisik Firas.

“Tidak ah, sudah mau magrib. Besok saja,” kata Aida lalu masuk ke dalam rumah.

“Kelamaan, kalau harus nunggu besok,” kata Firas pada dirinya sendiri.

Firas masuk ke dalam rumah mengikuti Aida.

(Masih ingatkan sewaktu Firas dan Aida naik motor ke rumah kecil mereka? Inilah penyebab Maira tidak ikut menginap dengan orang tua angkatnya).

***

Ricky keluar dari mobilnya, lalu membuka kursi penumpang yang berada di belakang kursi pengemudi. Maira tertidur di kursi bayi. Batita itu sepertinya kelelahan karena perjalanan yang cukup jauh. Jarak antara Kebayoran Baru menuju Cirendeu lumayan jauh, ditambah jalanan yang macet karena jam pulang kantor.

Ricky membuka seatbelt kursi bayi lalu menggedong Maira dan membawa tas Maira yang di taruh di sebelah kursi bayi. Ricky membawa Maira masuk ke dalam rumah.

“Assalamualaikum,” ucap Ricky ketika masuk ke dalam rumah.

“Waalaikumsalam,” jawab Ibu Juwita dan Pak Agus.

“Maira tidur?” tanya Ibu Juwita.

“Iya, Mah,” jawab Ricky lalu membawa Maira ke kamarnya. Setelah menidurkan Maira, Ricky langsung ke kamar mandi untuk mandi dan sholat magrib.

Selesai sholat magrib Ricky turun ke bawah untuk makan malam. Di meja makan ada Handi yang sedang makan malam bersama kedua orang tuanya.

“Di, kamu besok ikut ke Kuningan?” tanya Ricky lalu duduk di kursi makan.

“Ikut dong, Bang. Kan Hanifa dan Maira ikut, jadi Handi juga ikut,” jawab Handi sambil mengunyah makanannya.

“Handi mau ikut karena ada Hanifa,” kata Ibu Juwita.

“Mamah kok, tau?” tanya Handi.

“Tau, dong. Biasanya juga kamu tidak mau diajak ke acara keluarga,” jawab Ibu Juwita.

“Kuliah dulu yang bener, baru pacaran,” kata Ricky sambil mengambil nasi dari rice cooker.

“Dengerin tuh, Di,” kata Ibu Juwita.

“Nggak asyik ah, kalau kuliah tidak sambil pacaran. Nggak ada yang menjadi penyemangat belajar,” Handi protes.

Ricky kembali duduk di kursi makan.

“Hanifa itu anak paling besar, ayahnya sudah meninggal dunia. Adiknya Umar dan Ninda masih sekolah. Hanifa perlu uang yang banyak untuk membiayai sekolah kedua adiknya dan membiayai keluarganya. Jadi dia lebih membutuhkan laki-laki yang sudah mapan untuk menjadi suaminya. Bukannya mahasiswa yang belum bekerja,” kata Ricky sambil memandangi Handi yang sedang makan.

“Jadi maksud Abang, Abang yang lebih pantas menjadi kekasih Hanifa?’ tanya Handi dengan kesal.

“Bukan begitu maksud Abang. Belum tentu Hanifa mau menjadi istri Abang. Kalau kamu mau sama Hanifa, kamu harus tunjuki ke Ibunya Hanifa bahwa kamu pantas untuk menjadi suami anaknya,” jawab Ricky.

“Ya sudah, kita bersaing secara sehat,” kata Handi.

“Sudah, jangan berdebat! Tidak baik ribut-ribut di depan makanan,” kata Pak Agus menengahi kedua anaknya.

“Handi, Papah sudah tua dan sudah pensiun. Berhentilah bermain-main dengan perempuan! Papah mau kamu fokus ke kuliah kamu. Kamu akan mudah mendapatkan perempuan manapun juga, kalau sudah bekerja dan sudah mapan. Kamu masih minta uang sama Papah, tapi pacar kamu banyak. Malu Papah sama orang tua pacar kamu. Mau dikemanain muka Papah,” kata Pak Agus.

“Papah, kemampanan tidak bisa mempengaruhi ketampanan,” protes Handi.

“Buktinya Abang sudah mapan tapi Vivin tidak mau sama Abang. Dia malah mengejar laki-laki yang lain,” ujar Handi.

“Vivin beda, dia anak bos. Sudah pasti dia cari yang lebih kaya raya dari Abang seperti Pak Firas,” kata Ricky.

“Tapi Pak Firas tidak mau sama Vivin, dia lebih memilih Aida. Gadis yatim piatu miskin yang sudah mempunyai anak,” lanjut Ricky.

“Aida cantik ya, Bang?” tanya Handi penasaran.

“Cantik,” jawab Ricky dengan tenang.

“Kok Abang tidak menikah sama Aida?’ tanya Handi.

Ricky menghela nafas. “Tidak mudah menampakkan diri di depan Aida, apalagi mengaku sebagai Ayah Maira. Abang butuh waktu untuk memperkenalkan diri kepada Aida,” jawab Ricky.

“Tapi Abang dengan mudah membeli mobil Aida. Masa mengajak kenalan susah?’ tanya Handi.

“Beda antara orang yang datang untuk membeli mobil dan orang yang datang untuk mengajak kenalan,” jawab Ricky.

“Kalau orang yang datang untuk membeli mobil, Aida mau terima. Karena ia mencari orang yang mau membeli mobilnya. Tapi kalau tiba-tiba ada orang mengajak kenalan, dia pasti kabur. Nanti dia menyangka Abang punya niat jahat sama dia,” kata Ricky.

“Hahahaha, nanti Abang disangkain psikopat,” Handi tertawa.

“Sudah, habiskan makannya! Ini sudah malam, cepat pada istirahat! Besok harus bangun pagi-pagi,” kata Ibu Juwita.

“Ricky, kamu tidak apa-apa tidur dengan Maira? Nanti kamu terganggu kalau Maira bangun malam-malam,” kata Ibu Juwita.

“Tidak apa-apa, Mah. Namanya juga punya bayi, jadi wajar kalau malam terganggu tidurnya,” jawab Ricky.

“Kalau Maira rewel, bangunin Mamah, ya!” kata Ibu Juwita.

“Iya, Mah,” jawab Ricky. Ricky melanjutkan makan malamnya.

Terpopuler

Comments

Yane Kemal

Yane Kemal

Duh Hanifa jadi rebutan

2022-07-31

2

reni rili

reni rili

sok kakak adek bersaing secara sehat, kita lihat nanti siapa pemenangnya 😄😄

2022-07-30

2

𓆩𝓮𝓵➛

𓆩𝓮𝓵➛

wahhh ....ada yg mau bersaing scr sehat , 🤭🤭🤭Handi kuliah dulu yg bener 🤣🤣🤣 next Thor, smngt👉👈👉👈

2022-07-30

4

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!