2, Mencari Makan Malam.

Selama film dimulai Hanifa fokus kepada jalan cerita. Popcorn dan soft drink menjadi temannya selama menonton film. Hingga tak terasa filmpun selesai dan lampu theater pun menyala. Hanifa dan Ricky keluar dari theater.

“Kita sholat magrib dulu,” kata Ricky ketika keluar dari bioskop.

Merekapun turun ke lantai dua menuju ke mushola untuk sholat magrib. Sesampai di musholah mereka berpisah menuju ke tempat wudhu. Ricky lebih dulu selesai sholatnya. Ia menunggu Hanifa di depan mushola. Selama ia menunggu Hanfa, Ricky menjadi perhatian para gadis-gadis. Wajahnya yang tampat dan postur tubuh yang tinggi menarik perhatian para wanita, terutama gadis-gadis remaja. Usianya tiga puluh tahun membuat Ricky terlihat dewasa dan berkarisma. Dan kemapanan ekonominya menunjang penampilan Ricky.

Tak lama kemudian Hanifa keluar dari mushola. Seperti biasa Hanifa duduk di depan mushola untuk menggunakan kaos kaki dan sepatu. Ricky menghampiri Hanifa. Seolah menunjukkan kepada semua wanita kalau ia sedang menunggu seorang. Semua mata para wanita dan gadis-gadis tertuju pada Hanifa. Mereka ingin tau seperti apa wanita yang sedang ditunggu oleh Ricky. Setelah Hanifa selesai menggunakan sepatu dan berdiri, semua kaget melihat Hanifa. Penampilan Hanifa yang biasa dan sederhana sangat jauh berbeda dengan penampilan Ricky. Namun Ricky acuh dan tidak peduli dengan penilaian orang. Dengan santai Ricky berjalan di samping Hanifa.

Mereka turun menggunakan liff menuju ke basement tempat Ricky memarkirkan mobilnya. “Kita makan dulu. Kamu mau makan apa?” tanya Ricky sambil menghidupkan mobilnya.

“Tidak usah, Pak. Saya sudah kenyang makan popcorn dan minum soft drink, ” jawab Hanifa.

“Kalau begitu kamu temani saya makan,” kata Ricky.

Sebenarnya Hanifa takut ibunya mencemaskannya. Tadi pagi ia pamit untuk mengantar Maira piknik ke kebun binatang Ragunan. Namun sampai malam ia belum juga pulang. Memangnya seberapa jauh kebun binatang, hingga pulangnya malam?

Ricky menoleh ke Hanifa. “Kamu tidak usah cemas, biar saya yang menjelaskan kepada ibumu,” kata Ricky seolah olah mengtahui isi hati Hanifa.

Hanifa menghela nafas. Susah sekali ia menolak permintaan bosnya. Karena Hanifa tidak punya alasan untuk menolak permitaan bosnya. Ricky hanya minta ditemani nonton dan makan malam. Tidak lebih dari itu. “Baiklah, Pak,” kata Hanifa. Ricky tersenyum mendengar perkataan Hanifa. Ia pun mengendarai mobilnya.

Ricky mengendari mobilnya dengan tenang. Ia mengendarai mobilnya sambil menikmati suasana kota Jakarta di malam hari. Bukannya Ricky tidak pernah keluar malam hari, namun malami ni suasananya sangat berbeda dari hari-hari sebelumnya. Sebagai seorang general manager, Ricky sering pulang malam. Entah pekerjaannya sedang menumpuk, rapat dengan direksi, rapat dengan klien, atau karena ia harus menjamu tamu-tamu perusahaan tempat ia bekerja. Namun malam ini ia bukan baru pulang bekerja, tapi ia baru pulang jalan-jalan. Perempuan yang menemaninya juga berbeda, bukan teman dekat, bukan kekasih dan bukan pula sekertarisnya. Namun malam ini yang menemaninya adalah pengasuh anaknya. Entah apa kata teman-temannya dan bawahannya jika melihat ia jalan dengan pengasuh anaknya. Ricky tersenyum sendiri memikirkan hal itu.

“Menurut kamu lebih enakan makan apa? Seafood atau nasi goreng kambing atau nasi uduk pakai ayam goreng?” tanya Ricky sambil fokus menyetir.

“Terserah Bapak. Bapak mau makan apa?” jawab Hanifa.

“Saya bingung mau makan apa,” jawab Ricky.

“Coba deh, kamu pilihkan makanan yang enak,” kata Ricky.

“Bapak mau makan dimana?” tanya Hanifa.

“Dimana saja. Di pinggir jalan, boleh. Di café, boleh. Di warteg, boleh. Di rumah makan, boleh. Di hotel, boleh. Di rumah kamu, juga boleh,” jawab Ricky.

Mendengar jawaban Ricky yang terakhir, Hanifa langsung menoleh ke Ricky. Ia mengerutkan dahinya. Ricky menoleh ke Hanifa. “Saya cuma bercanda,” kata Ricky.

Hanifa berpikir sejenak. “Kalau kaki lima di pinggir jalan, Bapak mau?” tanya Hanifa.

“Mau,” jawab Ricky dengan tenang.

“Bapak suka seafood?” tanya Hanifa.

“Suka,” jawab Ricky sambil fokus menyetir.

“Ya sudah, Bapak makan seafood saja,” kata Hanifa.

“Ide kamu boleh juga. Saya sudah lama tidak makan seafood. Kalau makan ikan sering. Tapi kalau udang, cumi, kerang dan kepiting, saya jarang makan. Mamah jarang masak makanan seperti itu. Mamah lebih mengutamakan masak ikan. Maklumlah kalau sudah tua tidak boleh terlalu banyak makanan yang tinggi kolesterol,” ujar Ricky.

“Tapi dimana cari makanan seafood kaki lima?” tanya Ricky.

“Di Ciputat banyak makanan seafood kaki lima,” jawab Hanifa.

“Enak, tidak?” tanya Ricky.

“Saya tidak tau, Pak. Saya jarang beli makanan di luar,” jawab Hanifa.

“Ibu kamu pintar masak, pasti sering memasak,” kata Ricky.

“Ekonomi keluarga kami pas-pasan, Pak. Jadi kami hanya makan makanan yang ada di rumah. Kami jarang membeli makanan di luar,” kata Hanifa.

Almarhum Ayah Hanifa hanya seorang ASN golongan dua, sehingga gaji dan tunjangannya tidak terlalu besar. Hanya cukup untuk keperlian sehari-hari. Sedangkan untuk membiayai kuliah dan sekolah, ibunya berjualan kue yang dititipkan di warung-warung. terkadang Ibunya juga menerima pesanan makanan.

“Berarti kalau saya nanti makan, kamu juga harus makan! Kan kamu jarang makan beli makanan di luar,” kata Ricky.

“Tidak usah, Pak. Terima kasih. Saya makan di rumah saja,” ucap Hanifa.

Ricky menoleh ke Hanifa. “Loh kenapa?” tanya Ricky.

“Tidak apa-apa, Pak,” jawab Hanifa.

Ricky menghela nafas. “Ya sudah, kalau kamu maunya begitu. Tapi kamu tetap harus menemani saya makan!” kata Ricky.

“Baik, Pak,” jawab Hanifa.

Ketika memasuki daerah Ciputat, Ricky mengurangi laju kendaraannya. Di menyetir sambil memperhatikan tenda tenda kaki lima di pinggir jalan.

“Itu ada penjual seafood,” kata Hanifa sambil menunjuk ke sebelah kiri jalan.

“Mana?” tanya Ricky.

“Itu tenda di depan,” Hanifa menunjukkan tenda kaki lima yang berspanduk gambar binatang laut.

Ricky meminggirkan mobilnya dan memarkirkan mobil di pinggir jalan.

“Pak, apa nanti mobil Bapak tidak akan diserempet kendaraan lain jika di parkir di pinggir jalan?” tanya Hanifa dengan cemas. Mengingat mobil Ricky bukanlah mobil sejuta umat. Namun lebih termasuk ke mobil mewah.

“Tidak akan. Saya sudah biasa parkir di pinggir jalan,” jawab Ricky.

“Ayo, turun,” ajak Ricky.

Hanifa dan Ricky keluar dari mobil. Mereka berjalan menuju ke tenda penjual seafood. Di dalam tenda tidak banyak pengunjung yang datang, hanya ada beberapa orang saja. Ricky mencari tempat yang nyaman untuk duduk. Salah seorang karyawan tenda itu menghampiri Ricky dan memberikan daftar menu. Ricky memberikan daftar menu kepada Hanifa.

“Tolong pilihkan makanan yang menurut kamu enak,” kata Ricky.

“Loh, bukankah Bapak yang akan makan? Kenapa saya yang harus memilihkan menunya?” tanya Hanifa.

“Kamu kan perempuan, tau bumbu dan cara masak. Jadi kamu pasti tau mana makanan yang enak dan mana yang tidak enak,” kata Ricky.

Akhirnya Hanifa mengalah, ia yang memilihkan menu untuk Ricky. “Pesan menunya yang banyak. Saya sedang lapar sekali. Sekalian nasinya juga pesan dua porsi!” kata Ricky.

“Baik, Pak,” jawab Hanifa.

Ricky tersenyum melihat Hanifa membaca daftar menu dan mencatat pesanan. Tanpa Hanifa sadari, secara sengaja Ricky menyuruh Hanifa memesankan makanan yang disukai Hanifa.

Gampang sekali mengakali perempuan, kata Ricky di dalam hati.

Akhirnya selesai sudah Hanifa mencatat menu yang akan dipesan. “Ini cukup tidak, Pak?’ tanya Hanifa sambil memperlihatkan daftar makanan yang ia tulis.

“Minumannya belum,” kata Ricky.

“Bapak mau minum apa?” tanya Hanifa.

“Menurut kamu minum apa yang enak untuk teman makan seafood?” tanya Ricky.

“Menurut saya teh panas tawar. Apalagi tadi Pak Ricky sudah minum soft drink, jadi sudah terlalu banyak minum minuman manis,” jawab Hanifa.

“Ya sudah, pesankan teh tawar dua,” kata Ricky.

“Dua, Pak? Apa tidak terlalu kembung kebanyakan minum?” tanya Hanifa dengan tidak yakin.

“Kalau kepedesan tidak perlu repot-repot pesan minum lagi,” jawab Ricky. Akhirnya Hanifa mencatat minuman yang dipesan Ricky. Lalu Hanifa memberikan daftar makanan yang dipesan kepada karyawan tenda.

“Mas, jangan pakai lama! Saya sudah lapar,” kata Ricky.

“Baik, Pak,” jawab karyawan itu.

Terpopuler

Comments

wonder mom

wonder mom

hanifa, kamu kurang beruntung. ktmunya org yg punya banyak trik utk membuat org lain mengiyakan

2022-09-29

1

reni rili

reni rili

Ricky berpengalaman banget 😆

2022-07-27

2

rafif atifa

rafif atifa

Hmmm....Ricky mah ada za akalnya....tp saua suka suka....😘😘😘

2022-07-27

5

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!