4. Gosip

Gara-gara perkataan Ricky yang mengaku ia sudah mempunyai anak, Ricky menjadi berita gosip terhangat diantara para bawahannya. Pak GM yang masih bujangan ternyata sudah memiliki anak. Sekarang para karyawan sedang makan siang sambil membicarakan Pak GM mereka. Kehidupan Ricky yang tidak banyak diketahui oleh para stafnya, membuat mereka menjadi penasaran.

“Bener nggak sih, kalau Pak Ricky sudah punya anak?” tanya Intan sambil menyeruput kuah soto lamongan.

“Bener. Pak Ricky sendiri yang mengatakan demikian. Kalau tidak percaya tanya sama Erin dan Zuldin. Mereka ada di sana sewaktu Pak Ricky mengatakannya,” jawab Tasya lalu menyuap soto lamongan yang warnanya sudah berubah jadi merah karena kebanyakan sambal.

“Tapi, Sya. Hari minggu kemarin gue lihat Pak Ricky di Pasific Place sama cewek,” sahut Ita sambil memasukkan perasan jeruk nipis ke dalam mangkok soto lamongan.

“Beneran, Ta? Cantik nggak ceweknya?” tanya Intan penasaran.

“Cantik, sih. Tapi dandanannya sederhana banget, seperti bukan cewek type Pak Ricky,” jawab Ita sambil menyicipi kuah soto lamongannya.

“Emang elo tau cewek yang disukai Pak Ricky seperti apa?” tanya Erin sambil memakan gado-gadonya yang pedas.

“Ya, paling tidak penampilannya nggak jauh beda dengan Pak Ricky,” jawab Ita lalu menyuap soto lamongan dengan menggunakan nasi.

“Elo salah lihat kali, Ta. Pak Ricky kan pergi ke kebun binatang. Masa tiba-tiba ada di Pasific Place,” kata Tasya sambil kepedasan.

“Huhahuhahuha,” Tasya kepedesan. Tasya mengambil es teh manisnya dan langsung menyeruputnya.

“Gile, Sya. Kuah soto luh merah banget. Kelihatannya pedes banget, ya,” sahut Intan melihat Tasya yang sedang kepedesan.

“Noh, lihat sambel nya aja sampai tinggal setengah. Padahal tadi penuh,” kata Ita sambil memperlihatkan tempat sambel yang berada di atas meja.

“Hati-hati, nanti sakit perut,” kata Erin sambil mengunyah gado-gado dengan nasi.

“Mungkin elo ngelihat Pak Ricky di kebun binatang waktu siang hari. Nah, gue ngelihat dia pas sudah sore. Kelihatannya dia baru sampai di Pasific Place. Kalau ngak percaya gue ada fotonya,” kata Ita melanjutkan topik pembicaraan. Ita membuka galeri ponselnya mencari foto Ricky yang dia ambil diam-diam tanpa sepengetahuan orang lain.

“Nih, lihat,” Ita memperlihatkan foto Ricky sedang berada di Pasific Place kepada teman-temannya. Di foto itu Ricky sedang berjalan beriringan dengan Hanifa.

“Eh, gi-le luh. Elo stalking Pak Ricky,” sahut Intan sambil mengambil ponsel dari tangan Ita.

“Gue nggak stalking Pak Ricky! Gue cuma nggak sengaja ketemu dia di Pasific Place. Terus gue foto,” kata Ita protes.

Erin dan Tasya langsung merapat mendekati Intan. Mereka melihat foto Ricky yang berada di ponsel Ita.

“Sebentar, ini kan cewek yang gue lihat di Ragunan sama Pak Ricky. Ngapain dia ikut Pak Ricky ke PP?” tanya Tasya sambil menunjuk ke foto Hanifa.

“Mana gue tau. Ceweknya kali,” jawab Ita acuh tak acuh.

“Yang bener aja, masa cewek Pak Ricky kayak begitu? Nggak cocok sama Pak Ricky!” seru Tasya sambil kepedesan. Rasa pedas di mulutnya belum juga hilang walaupun ia sudah menghabiskan setengah gelas es teh manis.

“Kalau Pak Ricky suka cewek itu, elo berani ngelarang?” tanya Erin.

“Masih mendingan gue dibandingkan cewek itu,” kata Tasya dengan sombong.

“Halah, si Zuldin aja kagak mau sama elo. Apalagi Pak Ricky. Bakalan dipandang sebelah mata sama Pak Ricky,” sahut Intan kemudian diiringi suara tawa dari teman-temannya. Wajah Tasya langsung memerah karena kepedasan sekaligus kesal mendengar ejekan temannya.

Sementara itu di ruangan general manager, Ricky sedang memeriksa dokumen yang harus ditanda tanganinya. Ririn sekertarisnya sedang berdiri di depan meja Ricky.

“Rin, minggu ini saya ada tugas keluar kota tidak?” tanya Ricky sambil membaca berkas di depannya.

“Tidak ada, Pak,” jawab Ririn.

“Baguslah. Karena saya ada acara keluarga di Kuningan,” kata Ricky.

“Maira ikut, Pak?” tanya Ririn.

“Sudah pasti ikut. Kalau tidak Neneknya akan marah,” jawab Ricky.

Ririn memang mengetahui kalau Ricky sudah memiliki anak. Namun ia tidak pernah menceritakan kepada rekan rekan kerjanya di kantor. Sebagai seorang sekertaris Ririn sangat menjaga privasi atasannya. Ia menjaga mengunci mulutnya dengan rapat. Sehingga setiap kali rekan-rekan kerjanya di kantor menanyakan tentang Ricky, Ririn hanya menjawab dengan tersenyum.

“Percuma aja kita nanya sama Ririn, dia tidak akan menjawab. Dia setia sekali sama Pak Ricky, rahasia Pak Ricky aman ditangan Ririn,” celetuk Erin ketika teman-temannya mengorek informasi Pak Ricky.

“Pak, tadi ada telepon dari orang yang tidak saya kenal. Beliau mencari Bapak, namanya Ibu Adelia,” kata Ririn.

Ricky langsung mengangkat wajahnya dan menatap Ririn. “Ibu Adelia?” tanya Ricky kepada Ririn.

“Iya, Pak,” jawab Ririn.

Darimana Mamahnya Vivin tahu nomor telepon kantor? tanya Ricky di dalam hati.

“Ada perlu apa Ibu Adelia menelepon saya?” tanya Ricky kepada Ririn.

“Tidak tau, Pak. Beliau cuma bilang ada perlu dengan Bapak,” jawab Ririn.

“Bapak kenal dengan Ibu Adelia?” tanya Ririn.

“Kenal. Beliau adalah istri bekas bos saya. Beliau Neneknya Maira. Nenek dari Ibunya,” jawab Ricky. Ricky menandatangani berkas di depannya lalu diberikan kepada Ririn.

“Kalau Ibu Adelia menelepon lagi, bilang saya sedang ke luar kota. Saya sedang tidak ingin diganggu oleh beliau,” kata Ricky.

“Baik, Pak,” jawab Ririn. Ririn keluar dari ruangan Ricky.

Ada apa beliau mencariku? Apa beliau ingin mengambil Maira? tanya Ricky di dalam hati.

Ricky menghela nafas. Ia melanjutkan pekarjaannya.

***

Setelah pulang kerja Ricky datang ke rumah Hanifa. “Assalamualaikum,” ucap Ricky berdiri di depan pintu pagar rumah Hanifa.

“Waalaikumsalam,” jawab Hanifa dari dalam rumah.

Ketika Hanifa membuka pintu, ia kaget melihat Ricky berdiri di depan. “Pak Ricky?”

Tidak biasanya Ricky datang malam-malam ke rumahnya, kecuali mengantarkannya pulang.

“Ibu ada, Fa?’ tanya Ricky.

“Ada. Sedang sholat isya,” jawab Hanifa. Hanifa membuka pintu pagar.

“Masuk, Pak,” kata Hanifa. Ricky masuk ke dalam rumah Hanifa.

“Duduk, dulu. Saya panggilkan Ibu,” kata Hanifa. Ricky duduk di kursi ruang tamu. Sedangkan Hanifa masuk ke dalam kamar Ibunya. Tak lama kemudian Hanifa keluar bersama dengan Ibunya. Ricky langsung berdiri ketika Ibunya Hanifa keluar dari kamar.

“Duduk, Nak Ricky,” kata Ibu Rosma. Ricky duduk kembali setelah Ibu Rosma duduk. Hanifa ikut bergabung bersama mereka.

“Ada perlu apa, malam-malam ke sini?” tanya Ibu Rosma langsung.

“Maaf saya mengganggu waktu istirahat Ibu. Saya datang ke sini untuk meminta ijin kepada Ibu, saya akan membawa Hanifa ke Kuningan. Sabtu depan saya sekeluarga akan pergi ke Kuningan untuk menghadiri acara keluarga,” jawab Ricky.

“Berapa lama?” tanya Ibu Rosma.

“Dua hari. Minggu sore pulang,” jawab Ricky.

Ibu Rosma menoleh ke Hanifa. “Kamu siap ikut Nak Ricky ke Kuningan? Bagaimanapun juga kamu pengasuh anaknya. Kamu harus ikut kemanapun Maira pergi,” kata Ibu Rosma kepada Hanifa.

“Hanifa siap, Bu,” jawab Hanifa.

“Jam berapa kalian akan pergi?” tanya Ibu Rosma kepada Ricky.

“Jam empat subuh. Hanifa akan dijemput sebelum berangkat,” jawab Ricky.

“Baiklah. Saya ijinkan Hanifa pergi. Bagaimanapun juga itu sudah menjadi tugas Hanifa sebagai pengasuh Maira,” kata Ibu Rosma.

“Terima kasih, Bu. Saya pamit pulang. Assalamualaikum,” ucap ucap Ricky.

“Waalaikumsalam,” jawab Ibu Rosma dan Hanifa.

Ricky pergi meninggalkan rumah Hanifa. Hanifa kembali menutup pintu pagar rumahnya.

Terpopuler

Comments

Yane Kemal

Yane Kemal

Good otw jadi mantu bu Rosma ya Rick

2022-07-30

2

Lestari Pujiningsih

Lestari Pujiningsih

gemana endingnya,belum afa konflik kok sdh tamat?

2022-07-30

3

reni rili

reni rili

Hanifa, jodohmu lagi otewe 😆

2022-07-29

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!