Ricky dan Hanifa menunggu lama pesanan mereka. Maklum Ricky memesan makanan yang cukup banyak sehingga proses memasaknya membutuhkan waktu yang lama. Namun akhirnya pesanan mereka selesai satu persatu. Pertama pesanan nasi yang datang. Ricky menaruh satu porsi nasi di depan Hanifa.
“Pak, saya tidak makan,” protes Hanifa.
“Kamu harus makan. Rejeki tidak boleh ditolak!” kata Ricky.
Tak lama kemudian pesanan mereka datang satu persatu. “Kita makan dulu. Saya tidak mau menjadi bos yang zolim. Makan sendirian saja dan membiarkan karyawannya hanya melihat bosnya makan. Tanpa menawari makan sama sekali,” kata Ricky.
Hanifa menghela nafas. Mau tidak mau akhirnya ia makan bersama Ricky. Ricky tersenyum melihat Hanifa makan. Akhirnya semua pesanan mereka datang dan mereka menghabiskan semua pesanannya. Setelah mereka selesai makan, Ricky mengantarkan Hanifa pulang.
Ricky memarkirkan mobilnya di depan rumah Hanifa. “Ini honor kamu minggu ini,” kata Ricky sambil memberikan amplop putih kepada Hanifa.
Hanifa menerima amplop pemberian Ricky. “Terima kasih, Pak,” ucap Hanifa.
“Saya mau pamit pada Ibumu,” kata Ricky sambil membuka seatbeltnya. Ricky keluar dari mobilnya menuju ke rumah Hanifa.
Hanifa membuka pintu pagar rumahnya. “Assalamualaikum,” ucap Hanifa ketika masuk ke halaman rumahnya. Ricky mengikuti Hanifa dari belakang.
“Waalaikumsalam,” jawab Ibu Rosma dari dalam rumah lalu membukakan pintu. Ia memandangi Hanifa dan Ricky.
“Bu,saya minta maaf Hanifa pulang telat. Tadi setelah mengantarkan Maira pulang, saya mengajak Hanifa nonton film dan makan,” kata Ricky kepada Ibu Rosma.
“Tidak apa-apa. Tapi lain kali telepon dulu kalau mau kemana-mana,” ucap Ibu Rosma.
“Baik, Bu. Nanti saya akan menelepon Ibu dulu kalau mau mengajak Hanifa kemana-mana,” jawab Ricky.
“Saya pamit pulang. Assalamualikum,” ucap Ricky.
“Waalaikumsalam,” jawab Ibu Rosma.
Hanifa mengantar Ricky sampai pintu pagar. Ricky masuk ke dalam mobil lalu menjalankan mobilnya. Ketika melewati pintu pagar rumah Hanifa, Ricky melambaikan tangannya kepada Hanifa. Setelah mobil Ricky menjauh Hanifa menutup pintu pagar, kemudian ia masuk ke dalam rumah.
“Kalian nonton dimana?” tanya Ibu Rosma ketika Hanifa sedang mengunci pintu rumahnya.
“Di Mall Pasific Place,” jawab Hanifa.
“Iihh kakak asyik nonton di Pasific Place. Ninda juga mau ke Pasific Place,” kata Ninda adik bungsu Hanifa.
“Kakak diajak Pak Ricky,” jawab Hanifa.
“Kebetulan rumah Enin dan Akinya Maira di Kebayoran Baru. Jadi dekat ke Mall Pasific Place,” kata Hanifa.
“Kapan-kapan kita main ke Mall Pasific Place, Kak,” kata Ninda.
“Ninda mau apa ke Pasific Place?” tanya Hanifa.
“Ninda mau nonton di sana. Kata teman-teman Ninda, tempat duduk teaternya beda-beda. Beda teater beda juga tempat duduknya,” jawab Ninda.
“Harga ticket di sana mahal. Kita harus punya uang banyak kalau mau nonton di sana,” kata Hanifa.
“Nanti kalau Kakak punya uang. Kita pergi ke sana,” lanjut Hanifa.
“Asyiiikkk. Benar ya, Kak?” seru Ninda dengan girang.
“Doakan Kakak ada rejekinya,” kata Hanifa.
“Aamiin,” ucap Ninda.
Hanifa memberikan amplop pemberian Ricky kepada Ibu Rosma. “Bu, ini honor Hanifa minggu ini,” kata Hanifa.
“Kamu simpan saja untuk bayar kuliahmu, Ibu masih ada uang,” kata Ibu Rosma.
“Baik, Bu,” jawab Hanifa.
“Umar kemana, Bu?” tanya Hanifa karena ia tidak melihat adik laki-lakinya.
“Belum pulang dari masjid. Tadi pamit mau mendengarkan ceramah Ustad kondang di masjid,” jawab Ibu Rosma.
Hanifa lupa kalau hari ini masjid di dekat rumah Hanifa mengundang penceramah Ustad kondang. Padahal jauh jauh hari Hanifa sudah mengingatkan pada dirinya sendiri untuk mendengarkan ceramah di masjid. Namun Hanifa jadi tidak bisa mendengarkan ceramah di masjid karena lupa dan pulang telat. Terpaksa ia harus menunggu bulan depan. Karena setiap sebulan sekali masjid di dekat rumah Hanifa mengundang Ustad kondang untuk ceramah di sana.
“Hanifa mandi dulu, Bu,” kata Hanifa.
“Sekalian wudhu terus sholat isya!” kata Ibu Rosma.
“Iya, Bu,” jawab Hanifa. Hanifa mengambil handuknya dan langsung ke kamar mandi.
***
Ricky memarkirkan mobilnya di halaman rumahnya. Setelah menutup kembali pintu pagar, Ricky masuk ke dalam rumah melalui pintu garasi.
“Pulangnya malam sekali, Ric. Kamu darimana?” tanya Ibu Juwita ketika melihat Ricky masuk melalui garasi.
“Dari Mall Pasific Place nonton film,” jawab Ricky.
“Kamu ngajak Maira ke sana?” tanya Ibu Juwita.
“Tidak. Tadi siang Maira sudah Ricky antar pulang ke rumah Eninnya,” jawab Ricky.
“Kamu ke sana dengan siapa?” tanya Ibu Juwita.
“Dengan Hanifa,” jawab Ricky.
“Hanifa mau kamu ajak nonton?” tanya Ibu Juwita dengan tidak percaya.
“Tentu saja mau. Kan Ricky bilang minta ditemani jalan-jalan,” jawab Ricky dengan tenang.
“Syukurlah, kalau dia mau menemanimu,” kata Ibu Juwita.
“Ricky ke kamar dulu, mau mandi,” kata Ricky.
“Jangan lupa sholat isya!” kata Ibu Juwita,
“Iya, Mah,” jawab Ricky. Rickypun naik ke kamarnya.
Namun baru saja setengah jalan Ibu Juwita kembali memanggil Ricky. “Ricky.”
“Iya, Mah,” jawab Ricky. Ricky berhenti di tengah-tengah tangga.
“Mamah lupa kasih tau kamu, kalau minggu depan kita diundang saudara Mamah ke pernikahan anaknya di Kuningan. Anaknya menikah dengan orang Kuningan,” kata Ibu Juwita.
“Kalau bisa kita sekeluarga pergi ke sana. Jangan lupa ajak Maira sama Hanifa juga,” kata Ibu Juwita.
“Ricky lihat jadwal Ricky dulu. Mudah-mudahan Ricky tidak sedang sibuk atau harus keluar kota,” jawab Ricky.
“Tapi Maira dan Hanifa diajak juga, ya!” kata Ibu Juwita.
“Iya, nanti Ricky minta ijin ke Mbak Aida. Kalau Hanifa sudah pasti harus ikut, kan dia sepaket dengan Maira,” jawab Ricky.
“Ya sudah, Mamah cuma mau bilang itu saja. Sana kamu mandi dulu!!” kata Ibu Juwita.
Rickypun kembali naik ke lantai atas menuju ke kamarnya.
***
Ricky berjalan memasuki kantornya. “Selamat pagi, Pak Ricky,” sapa Erin resepsionis di kantornya.
“Pagi, Erin,” jawab Ricky.
“Pak Ricky, kemarin Bapak ke kebun binatang Ragunan, ya?” tanya Tasya yang kebetulan sedang di meja resepsionis.
“Kok kamu tau?” tanya Ricky.
“Kemarin saya ke sana juga dengan keluarga saya,” jawab Tasya.
“Saya lihat Bapak lagi gendong keponakan Bapak. Keponakan Bapak lucu, deh,” kata Tasya.
“Oh, itu Maira anak saya. Bukan keponakan saya,” kata Ricky.
Tasya dan Erin kaget mendengar jawaban Ricky. Mereka tidak menyangka Ricky Pak GM yang masih bujangan ternyata sudah punya anak.
“Memang Bapak sudah punya anak? Bukankah Bapak belum menikah?” tanya Tasya.
“Memang hanya orang yang sudah menikah saja yang punya anak,” jawab Ricky.
“Sudah ya, saya harus ke ruangan saya. Tasya kamu kembali ke tempat kamu, jangan ngobrol di sini!” kata Ricky. Ricky pergi meninggalkan meja resepsionis.
Tasya bengong mendengar jawaban Ricky. “Bagaimana caranya orang yang belum menikah bisa punya anak?” tanya Tasya pada Erin.
“Bisa aja, Mbak. Namanya juga laki-laki,” jawab Zuldin office boy yang tiba-tiba sedang mengepel di dekat Tasya.
“Maksud kamu Pak Ricky punya anak di luar nikah?’ tanya Tasya.
“Bukan begitu maksud saya. Bisa saja anak itu anak angkat Pak Ricky,” jawab Zuldin sambil terus mengepel lantai. Tiba-tiba kain pel mengenai sepatu Tasya.
“Iiihhh Zuldin, ngapai sih kamu mengepel di sini terus? Tuh kain pelnya kena sepatu saya,” Tasya protes.
“Mbak Tasya yang ngapain di sini? Tadikan Pak Ricky sudah menyuruh Mbak Tasya kembali ke tempat Mbak,” jawab Zuldin.
“Iiihh kamu mengganggu kesenangan orang saja,” kata Tasya.
“Rin, gue balik ke meja gue. Kita ngegosip di grup aja,” kata Tasya lalu kembali ke ruangannya.
Zuldin menggeleng-geleng kepala melihat Tasya. “Ngegosip terus, itu namanya makan gaji buta,” gumam Zuldin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Wiwik Wardoyo
mampir kesini thooorrr...👍
2023-01-09
1
Eliet Zariess
Aq sllu Stia Menunggu mu Thoorr.. lope_lope😍😍
Thoorr... double UP gtu loo😁😁... biar makin asyik..
&
Cemunguut sllu ya Thoorr💪💪💪
2022-07-28
5
reni rili
bagus Zuldin, sekalian badan nya aja pel, biar ga gosip lagi 😆
2022-07-28
2