Malam itu juga, setelah mengantar pulang Mayang, Sutris buru-buru tancap gas menuju rumah Juragannya.
Sesampainya Di rumah Juragan, Sutris duduk di sofa empuk milik juragan Sugeng, sedangkan sang pemilik rumah duduk di sofa tunggal, dengan mata nyalang penuh emosi.
"Maaf juragan." Sutris menunduk.
Mendengar permintaan maaf dari Sutris, Sugeng justru tersenyum miring.
"Maaf?"
"Kau sudah sadar apa kesalahanmu?" Sugeng bertanya dengan meremehkan.
Sutris menggeleng.
"Pergi kemana saja Kamu dua hari gak datang ke pabrik, kasih kabarpun tidak. Terus siapa yang bakal tanggung jawab kalo ada apa-apa di perkebunan? apa Kamu tau, kemarin ada salah satu karyawan perkebunan yang ngadu ke Aku. Istrinya mau melahirkan, Dia mengajukan pinjaman 1 juta untuk biaya lahiran, tapi malah Kamu maki habis-habisan." Juragan Sugeng mulai meninggikan suaranya karena saking emosi.
"Maaf Juragan, tapi Dia itu karyawan baru. Saya takut setelah dipinjami uang malah kabur."
"Karyawan itu cuma mau minjam uang 1jt rupiah, bukan 1 milyar, kalaupun Dia mau kabur, itu nggak akan bikin perkebunan ini bangkrut! demi kemanusiaan, duit 1 juta itu nggak ada apa-apa nya. Ngerti?"
"Ngerti Juragan, maaf Saya salah."
"Aku nggak mau, hal kaya gini terulang lagi!"
"Baik Juragan."
Sugeng bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan Sutris sendiri di ruang tamu.
Sedangkan di tempat lain, Mayang mencak-mencak tidak karuan, Wanita itu kepayahan mencari-cari semua barang yang Ia beli dari kota pakai uang Sutris.
Isi koper sudah berhamburan keluar, baju-baju kotor, BH bahkan pakaian dalam terongok dilantai. Ada juga yang nyangkut di sofa, tempat tidur bahkan kolong lemari. Entah bagaimana mendeskripsikan kondisi kamar Mayang saat ini. Kapal titanic yang karam sepertinya masih lebih bagus.
"Haduh.. kemana to baju-bajuku yang kemarin dibelikan mas Sutris, Baju macan, baju bulu srigala, ada juga baju motif ular sanca. Apa tertinggal di mobil ya? piye to kii.. Aku kok geting..."
Mayang mengacak-acak rambut nya yang berwarna merah cabai. Rambut itu sudah kusut macam rambut Mak Lampir.
"Peralatan make upku pun tidak ada, ****** renda-renda, tidak ada pula. Hufttt... kalau sampai barang-barang itu hilang, rugi lah Aku."
Masih dengan penampilan macam siluman kuyang, Mayang yang sudah diujung frustasi akhirnya memilih untuk menghubungi Sutris. Hinga berukang kali Mayang mencoba untuk menghubungi, namun panggilan itu tak kunjung dijawab, namun Mayang tidak patah arang, Wanita berambut pirang itu terus saja menghubungi hingga Sutris jengah.
Panggilan Vidio akhirnya terhubung dan menampilkan Wajah Sutris yang merengut penuh emosi seperti rentenir gagal menagih utang, sedangkan Mayang, wanita yang penampilanya seperti Kuyang batal kawin itupun tidak kalah merengut.
"Mas Sutris...." Rengek manja Mayang.
"Apa? Aku lagi kerja ini, nanti saja teleponya!"
"Baju-bajuku yang kemarin Mas belikan semuanya tidak ada di koper. Alat make upku juga tidak ada, ****** renda-renda pun hilang, opo Kang Mas yang bawa?"
"Buat apa Aku bawa-bawa sempakmu, tidak mungkin lah Sayang.. mungkin Kamu lupa saja. Coba cari lagi ya!."
"Sudah Aku cari-cari sampai capek Aku Kang Mas.. tapi tidak ada juga.. Kan yo kesel Aku to.."
"Ya sudah sabar dulu, sekarang Kang Mas lagi kerja, kalau tidak ketemu tidak apa-apa. Minggu depan Kang Mas belikan lagi yang lebih bagus ya?" Bujuk Sutris.
"Beneran ya?.."
"Iya. apa sih yang tidak buat Dedek Mayang ini."
"Makin cinta saja lah Aku sama Kang Mas Ayang yang paling tampan ini."
"Hemm bisa saja lah Kau ini bikin hatiku senang, ya sudah. Kang Mas mau lanjut kerja dulu. Jangan marah-marah lagi ya, cepat istirahat."
"Iya... bay-bay Kang Mas Ayang..muach." Mayang menciumi Hp nya sendiri. sedangkan Sutris buru-buru mematikan panggilan setelah mendengar deheman dari Juragan.
Sugeng datang dengan membawa sebuah map ditangannya. Sugeng meletakkan map berwarna biru itu tepat dihadapan Sutris.
"Apa, ini juragan?"
"Itu surat tanah, kemarin Aku baru membelinya. Rencananya Aku mau memperluas perkebunan ini sampai ke Desa sebelah. Lahan itu masih kosong sekarang ini, jadi butuh tenaga untuk babat alas dan tanam bibit karet. Tolong Kamu bantu siapkan pekerjanya. Kamu atur saja kira-kira butuh berapa Orang pekerja agar lahan itu bisa segera ditanami.
Sutris manggut-manggut mendengar penjelasan dari Sugeng. "Siap Juragan. Biar Saya urus masalah ini."
"Iya."
"Dan satu lagi, Bukan Aku mau ikut campur masalah rumah tanggamu. Tapi saranku, lebih baik berhenti bermain api, sebelum api itu membakarmu sendiri. Jangan hanya karena nafsu, Kamu korbankan keluarga kecilmu. Wanita di luar sana mungkin bisa lebih cantik dari istrimu, tapi percayalah, tidak ada orang lain yang lebih tulus dari istrimu sendiri." Sugeng menepuk pundak Sutris sebelum berlalu meninggalkannya sendiri di ruang tamu.
****
"Sial!" umpat Sutris dengan memukul kemudi mobil.
Capek badan dan capek pikiran, membuat Sutris memutuskan untuk segera sampai rumah. Sepanjang perjalalan, Ia sudah membayangka bagaimana nikmatnya pijatan Tutik di pundaknya yang terasa sangat lelah.
Meskipun tangan Wanita itu kelima jarinya semua jari jempol, namun pijatanya cukup mantap. Tutik selalu bisa diandalkan ketika tubuh sutris pegal-pegal karena bekerja, atau kelelahan setelah beradu kekuatan dengan Mayang.
Dengan langkah gontai Sutris memasuki rumah yang pintunya tidak terkunci, "Tik! Tutik!" teriak Sutris memanggil istrinya.
"Eh.. sudah pulang Mas?"
"Iya. capek sekali badanku, remuk rasanya."
"Aku siapkan air hangat dulu ya, untuk mandi. Mas tunggu disini dulu! Aku ke dapur sebentar."
Dengan langkah lebar-lebar selebar badanya, Tutik bergegas kedapur untuk memanaskan air, tak lupa Ia membuat secangkir kopi hitam favorit suami tercintanya. Ya.. meskipun dulunya Ia menikah terpaksa, lebih tepatnya dipaksa oleh Sutris.
Tutik kembali dengan secangkir kopi hitam, cangkir itu Ia letakkan di meja depan Suaminya.
"Bima sudah tidur Dek?"
"Sudah.."
"Masak apa Kamu tadi? bukan telur dadar lagi kan? bosen Aku."
"Hehehe.. bukan Mas, hari ini ayamnya tidak bertelur. Jadi tidak masak telur dadar Aku, tapi Aku masak kari ayam. Tadi Bapakku kesini, jadi Aku minta buat menyembelih saja ayam yang sudah tidak mau bertelur itu."
"Hem.. bagus lah kalau ayam itu sudah disembelih. Tidak takut lagi ban motorku kena kotoranya." Sutris berbicara masih dengan bersandar di sofa, sepertinya Ia sangat lelah.
"Iya.. tapi tadi Bapak kesini bawa ayam lagi, tiga ekor betina sama satu ekor pejantan. Senang sekali Aku Mas. Pasti abis ini cepat bertelor lagi ayam-ayam itu. Bisa hemat uang belanja Aku."
"Huftt.. terserah Kamu saja lah, jaga baik-baik ayam-ayam itu. Jangan sampai buang kotoran sembarangan! Kandangin terus kalau perlu."
"Iya..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Lila Anggraini
baru juga jadi mandor udah sok iye aja, kalo situ terusin bukan jd sutris lg tp setres sameyan
2022-10-12
0