Biduan Dangdut

Sejak pagi buta Tutik sudah berkutat di dapur, demi menjalankan titah sang kanjeng ratu yang tidak bisa dibantah barang sedikitpun.

Tutik sedang memasak menu sarapan untuk para buruh yang bekerja di sawah Mamak mertuanya, pagi ini rencananya Ia akan membuat menu Ayam ingkung, urap sayur dan telur rebus.

Menu wajib yang harus ada sebagai ungkapan syukur atas keberhasilan panen.

Setelah lebih dari tiga jam waktu yang Ia habiskan untuk memasak, akhirnya pekerjaan itu selesai juga, Tutik bernafas lega, tampak puas dengan hasil kerjanya. Sesekali Tutik mengelap kening nya yang berkeringat menggunakan lengan daster.

"Alkhamdulillah.. selesai juga masaknya, tingal beres-beres perabotan sebentar sebelum lanjut masak untuk tahap kedua nanti siang. Mau nyeruput kopi dulu lah Aku, biar tambah semangat."

Setelah menyeruput secangkir kopi susu, Tutik bergegas menaiki tangga ke lantai dua untuk membangunkan Bimasena, Putra semata wayang Tutik dan Sutris.

"Bima..! bangun dulu Sayang, sudah siang ini. Apa tidak pergi sekolah Kamu?"

Mendengar teriakan Mamak nya, Bima terlonjak kaget dan langsung terbangun dari tidurnya.

"Mamak ini, bisa tidak kalau bangunkan Aku itu yang lembut sedikit suaranya, kaget lah Aku Mak. Bisa jantungan Aku."

"Halah.. tidak mungkin lah Kamu sampai jantungan, Mamak kan cuma kerasin sedikit suaranya, tidak sampai berteriak. Kalau dibanguninnya pelan, yang ada Kamu nggak bangun-bangun. Malah tambah pules Kamu tidur nya, Kan merdu sekali suara Mamak ini."

"Terserah Mamak saja lah, Bima mau mandi dulu. Trimakasih sudah bangunkan Bima." Baru saja Bima berniat mendekat untuk memeluk Mamaknya, niat itu buru-buru Ia urungkan setelah membaui aroma tubuh Mamaknya yang membuat Bima ingin muntah.

"Haishh.. asem sekali bau Mamak ini." Bima merengut seraya menjauhkan tubuhnya.

"Hehehehe.. Iya, Mamak belum sempat mandi, baru selesai masak pesanan Mbahmu tadi, sebentar lagi mau diambil. Yasudah cepat Kamu mandi sana, Mamak siapkan dulu baju seragam Kamu, Habis itu langsung sarapan di dapur ya, Mamak mau beres-beres dapur dulu."

"Iya Mak."

*******

Di salah satu kamar hotel yang berada di pinggiran kota Semarang, Seorang Wanita dengan rambut pirang, wajah putih, leher hitam serta bibir berwarna merah menyala layaknya Orang yang habis makan ayam hidup-hidup. Sedang bergoyang ngebor di depan laki-laki yang tak lain adalah Sutris.

Selain goyang ngebor, goyang gergaji dan goyang patah-patah. Wanita itu juga tidak lupa bergoyang dombret dan goyang ngecor.

"Wuihhh.. tambah mantap saja goyanganmu Dek. Makin tergila-gila Aku sama Kamu." puji Sutris kepada seorang Wanita berprofesi biduan dangdut yang diketahui bernama Mayang itu.

"Iya lah Mas.. Cuma Aku saja yang bisa goyang begini, istrimu si Tutik itu mana bisa." ucap Mayang membanggakan diri.

"Iya lah, mana bisa Tutik bergoyang seperti Kau itu Dek. Bisa ambruk rumahku kalau Dia goyang."

"Huhahahaha.. bisa saja lah Ayang ini. Jadi tambah cinta Aku." suara Mayang terdengar mendesah manja.

"Jangan begitu lah Dek, tidak kuat lagi Aku. Sudah mau patah rasanya pinggangku ini."

"Iya lah Mas. Kalau begitu mari kita pergi jalan-jalan ke Mall saja, belikan adek ini Lipstik baru, belikan juga kalung emas ya, biar tambah cantik Adek ini, kalau Adek tambah cantik kan Ayang juga yang suka."

"Hemm.. iya lah. Apapun untuk Adek Sayang, Mas belikan. jangankan lisptik, toko nya pun bisa Mas belikan untuk Adek yang cantik ini." Sutris menoel dagu Mayang dengan manja.

Setelah berjam-jam keliling mall dan berbelanja berbagai macam barang mulai dari peralatan make up, skincare bermerkuri, CD renda-renda, BH sebesar batok kelapa, baju-baju bermotif macan loreng serta berkerlap-kerlip layaknya lampu Agustusan. Mayang tersenyum puas sambil mengandeng erat lengan Sutris.

Sedangkan Sutris justru bertampang lesu akibat isi dompet nya yang sudah terkuras habis demi membelanjakan si Mayang.

Kurang lebih satu tahun yang lalu, Sutris datang ke sebuah acara hajatan milik salah satu rekannya di kampung sebelah, di sana lah awal mula Ia bertemu dengan Mayang yang saat itu diundang sebagai biduan dangdut untuk memeriahkan acara pesta. Sutris terposona pada pandangan pertama dengan goyangan Mayang.

Entah sejak kapan hubungan saling menguntungkan itu mulai terjalin, Sutris kerap kali membawa Mayang pergi ke Kota dan menginap di hotel untuk satu sampai dengan dua malam, sedangkan untuk imbalannya, Sutris akan menuruti apapun permintaan Mayang.

Meski begitu, jujur didalam hati kecil Sutris sering kali terlintas perasaan bersalah kepada Tutik. Meskipun sekarang sudah tidak jelas bagaimana bentuk wajahnya, namun dulunya Tutik adalah satu-satu Gadis yang pernah digilai oleh Sutris, hingga Sutris menghalalkan berbagai macam cara demi bisa merebut hati Tutik.

Suara dering ponsel di saku celananya berhasil membuyarkan lamunan Sutris, Pria itu merogoh saku nya. Dan ternyata Sugeng yang menghubunginya.

"Wah Juragan menelpon, ada apa ini? tumben-tumbenan juragan menghubungiku."

Sutris : 'Hallo.. Assalamualaikum Juragan.'

Sugeng : Waalaikumsalam

Sugeng : Nyang Ndi ae Kowe Tres? 2 dino gak kerjo, opo wes bosen kerjo melu Aku, kowe?

(Kemana saja Kamu Tris? dua hari gak kerja, apa Kamu sudah bosen kerja ikut Aku?"

Sutris : Ngapunten Juragan, Kulo tasik wonten keperluan ten Kota.

(Maaf Juragan, Saya masih ada keperluan di Kota."

Sugeng : Keperluan karo biduan dangdutmu iku a? tak enteni nganti jam 4, yen Awakmu gak teko Omah. Tak pecat Kowe!

(Keperluan sama biduan dangdutmu itu? Aku tunggu sampai jam 4, kalau Kamu tidak sampai rumah, Aku pecat Kamu!"

Tut. Sambungan telepon terputus.

Mendengar ancaman dari juraganya membuat Sutris panik bukan main, pasalnya Bosnya itu tidak pernah main-main dengan ucapannya.

"Dek, cepat berkemas! Kita harus segera pulang. Ada yang gawat."

"Gawat opo toh Mas? kan eman, jatah nginep iseh sewengi engkas, eman wes kadung dibayar larang."

(Gawat apa sih Mas? kan sayang, jatah nginepnya masih satu malam lagi, sayang sudah terlanjur dibayar mahal.)

"Wes gak masalah, iki antara hidup dan mati. Ayo cepat berkemas!"

"Apa! antara hidup dan mati? apa hotel ini mau di Bom? wah bahaya ini, kita harus segera pergi dari sini Mas!" Mayang ikut panik dengan pemikiranya sendiri, sedangkan Sutris tidak peduli dengan apapun yang ada dipikiran mayang, yang penting mereka cepat sampai di rumah.

Karena terburu-buru berkemas, Mayang dan Sutris tanpa sadar telah salah memasukkan barang-barang mereka kedalam koper. Mayang tidak peduli, yang penting mereka selamat dulu.

Terpopuler

Comments

Ryvq Alvin

Ryvq Alvin

bener" author ni,dr awal baca sampai bab ini ngk BS mingkem aq

2022-12-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!