Nanditha
Malam itu, saat semua mata terpejam, dengan hembusan nafas teratur, saat semua manusia merangkai mimpi, seorang gadis remaja termenung menatap langit dengan helaan napas yang terdengar berat.
Nandita Mentari, gadis ceria yang lincah dan suka bergurau itu, kembali mengenang apa yang terjadi hari ini.
Kejadian yang cukup membuat nya tersadar, bahwa tak ada persahabatan yang tulus. Kawan bisa saja menjadi lawan, yang akan menjatuhkan kita disaat kita lengah.
"Woi bengong aja,ngelamunin apa sih?" Tanya sang kakak yang berhasil mengembalikan kesadaran nya.
"Apaan sih kak, ngagetin aja" Ketus nya dengan bibir mengerucut.
"Lagian... dari tadi kakak perhatiin kamu bengong aja. Lagi mikirin cowo ya,,?" Goda Bianca sembari menarik turun kan kedua alis nya.
"Apaan sih... Ga ya, mana ada aku mikirin cowo? Ga ada ya dalam kamus ku soal percowokan sebelum impianku terwujud. Udah sana kakak istirahat, pasti cape kan baru dateng trus langsung ke acara nya kak Dya,." Usirnya pada sang kakak yang sudah mengganggu lamunan malamnya.
"Ya,,ya,,. Ya sudah kakak tidur dlu ya, kamu juga jangan begadang, besok latihan lagi kan? Biar tenaga nya full" Ucap Bianca sambil berdiri bersiap kembali ke kamar nya.
'Huh tidur aja lah, ga usah mikirin hal yang ga penting' Nasihat nya pada diri sendiri, kemudian ikut menyusul sang kakak kembali ke kamar.
🌟🌟🌟🌟
Keesokan harinya, sebelum matahari terbit, rumah sederhana itu kembali ramai karna kehadiran personel yang lengkap.
Bianca yang saat ini bekerja di maskapai penerbangan nasional itu, sedang berada di rumah karna mengambil cuti untuk acara pernikahan kakak sepupu nya. Begitu pula Nandita yang setiap hari memiliki kesibukan kuliah dan persiapan kejuaraan pencak silat pun masih mendapat jatah libur hingga dua hari ke depan.
Rumah yang setiap hari hanya dihuni oleh ayah, bunda, juga si bontot Malikha, kini lebih berwarna dengan kehadiran mereka berdua.
Mereka sibuk dengan kegiatan masing masing, seperti dulu sebelum mereka berpencar menggapai mimpi.
Bianca membantu bunda nya memasak, Nandita berbenah, ayah mengurus ternak, sedangkan si bontot Malikha masih asyik bergulung dengan selimut.
'Anak ini, masih aja males nya ga hilang hilang,. Apa jangan jangan selama aku sama kak Bian ga ada di rumah, dia ga mau bantu bunda ngerjain pekerjaan rumah' Gumam Nandita, saat masuk ke kamar adiknya dan mendapati ia masih asyik mengukir mimpi.
"Dek bangun, udah siang ini. Kamu ga sekolah?" Panggilnya dengan lembut, namun sang adik belum juga bergerak.
Tiba tiba ide untuk mengerjai sang adik muncul.
"Gempa.... Gempa.... Hujan.. bocor....!!!!" Ucap nya sambil memukul kan gagang sapu yang dipegang ke atas meja yang terletak di samping tempat tidur sehingga menimbulkan suara gaduh.
Malikha pun bangun dengan nyawa yang masih belum terkumpul sempurna. Ia bangkit dan langsung ingin berlari. Karna kesadarannya yang baru setengah, alhasil saat hendak turun dari tempat tidur ia pun terhuyung dan jatuh.
"Kakaaaaaaaaak" Teriaknya dengan wajah masam dan rambut yang berantakan.
Nandita tak kuasa menahan tawa. Ia masih asyik terpingkal-pingkal, hingga tak mengetahui sang bunda telah berdiri dibelakang nya dengan berkacak pinggang.
"kamu tuh ya.... Ga puas apa kalo ga dapet ngerjain adek nya tiap kali ada di rumah?" Omel sang bunda sambil menarik kuping kiri Nandita. Kesal dengan keributan yang diciptakan oleh anak ke duanya itu.
"Hahahaha rasain,,,, kapok ga tuh, makanya jangan suka ngerjain orang pagi pagi." Ucap Malikha senang, karna merasa mendapat pembelaan dari bundanya.
"eeeehh adududuuh sakit,, jangan main tuduh aja dong Bun,,. Dia tuh anak kesayangan nya bunda. Pagi pagi udah dibangunin dengan baik dan benar, sopan serta santun malah ga bangun bangun. Tidur udah kaya kebo lagi demam aja, susaaaah banget buat buka mata. Jadi jangan salahkan aku dong kalo aku bangunin nya agak beda dikit. Lagian apa dia ga sekolah sekarang?? Yang lain udah pada sibuk, dia malah masih asik bikin pulau di atas bantal" Nandita bersungut tak terima karena diomelin bunda. Sembari menatap nyalang pada sang adik, yang kini sudah menunduk menahan takut.
"Udah udah, berhenti ribut nanti pada kesiangan beraktivitasnya. Bunda mana tau kalo kamu udah bangunin adek kamu sebelumnya." Sang bunda membela diri.
"Kamu juga dek, makanya inget waktu kalo belajar. Udah sering bunda bilang, belajar itu dicicil tiap hari, tugas juga dikerjain tiap hari. Jangan kebut semalam kaya gini. Giliran udah mau setor baru semua diselesaikan dalam semalam. Sekarang cepat beresin kamar kamu sendiri setelah itu siap siap sarapan dan sekolah" Ucap bunda menghentikan perdebatan kakak adik itu.
Ya begitulah mereka kalau berkumpul, ada saja hal yang membuat rumah menjadi ramai.
Karakter ketiga bersaudara itu berbeda beda. Sehingga sering membuat mereka berdebat, saling adu mulut dan pasti hanya akan berakhir saat bunda ratu sudah mengeluarkan peringatan.
Nandita yang ceria tapi agak usil, Malikha yang manja juga cengeng, maklum mungkin karna anak paling kecil ya, dan Bianca yang tegas dan lebih pendiam. Tapi kalo lagi kumat juga bakal tetap jahil juga, dan yang selalu menjadi korban adalah si manja Malikha.
🌟🌟🌟
Hari sudah beranjak siang, saat Nandita dengan langkah malas berjalan menuju tempat latihan pencak silat yang selama ini menaunginya. Sebenarnya ia merasa enggan untuk berlatih hari ini, mengingat kejadian kemarin yang membuat ya merasa kecewa dan marah. Tapi ia harus menahan ego nya demi pertandingan yang sudah ada di depan mata.
Malas sekali rasanya ia bertemu dengan Candra, yang selama ini ia anggap sebagai teman dekat, yang selalu ia beri dukungan, ternyata tega menusuk nya dari belakang.
Nandita tak menyangka kalau selama ini Candra merasa iri padanya, hingga dengan tega tak pernah menyampaikan setiap pengumuman penting yang guru silat nya beritahukan padanya.
Biasanya semua informasi ia dapat dari wa grup. Tapi karena hp nya sedang diperbaiki, ia hanya membawa hp jadul biasa saja selama ini.
Bersyukur kemarin ia bertemu Satya tanpa sengaja, hingga ia tau pertandingan antar perguruan yang diadakan sebuah perusahaan besar yang hendak merekrut bodyguard wanita untuk menjaga anak pemilik perusahaan tersebut.
Dari Satya, Nandita tahu bahwa Candra yang menawarkan diri untuk memberitahukan langsung kabar tersebut pada dirinya, saat sang guru hendak menghubungi Nandita. Dengan alasan ia ada janji bertemu dengan teman nya itu.
Sang guru pun urung bercakap langsung dengan Nandita. Mengingat mereka memang selama ini terlihat dekat, jadi pak Wahyu percaya bahwa pesan nya akan sampai pada orang yang dimaksud.
Tapi rupanya pesan itu sengaja tak Candra sampaikan pada Nandita. Karena ia tak ingin Nandita ikut pertandingan tersebut.
Ia benci bila selalu kalah dari Nandita. Ia ingin Nandita terlihat kurang baik di hadapan gurunya. Sehingga saat guru nya bertanya, Candra dengan yakin mengatakan bahwa Nandita tidak tertarik dengan pertandingan remeh tersebut.
Flash back
"Dita woe kemana aja sih, dua minggu ini kamu ga ada muncul, dicariin pak Wahyu tau. Sombong banget mentang mentang udah sering jadi juara, tawaran guru ditolak mentah mentah" Sindir Satya kala itu.
"Hah tawaran apaan? Jangan Ngadi Ngadi deh,,, mana ada pak Wahyu hubungin aku?" Sahut nya dengan wajah bingung.
"Lho kata Candra kamu nya yang ga mau, dia bilang kamu ga tertarik sama pertandingan remeh gitu".
"Tar dulu,, aku bingung nih. Pelan pelan ceritain nya" Ucap nya lagi.
"Itu lho, sekitar dua minggu yang lalu ada perwakilan sebuah perusahaan dateng, menawarkan pertandingan antar perguruan. Tujuannya untuk memilih bodyguard yang bisa direkrut untuk menjaga anak pemilik perusahaan tersebut.
Pak Wahyu berniat hubungi kamu, tapi kata Candra dia yang bakal sampein langsung ke kamu. Berhubung kami semua tahu kalian dekat, jadi pak Wahyu nitip pesan nya sama si Candra, suruh kasih tahu ke kamu. Nah terus beberapa hari setelahnya, si Candra bilang kalo kamu ga tertarik sama pertandingan itu".
Nandita kaget mendengar ucapan Satya. Kapan hari ya bertemu Candra di kampus, ia gak pernah membahas soal itu. Nandita merasa dikhianati oleh teman nya. Pasalnya, bukan hanya pesan itu tak sampai padanya, tapi Candra dengan tega memfitnah dirinya di hadapan sang guru.
Dengan kesal Nandita menghubungi Candra kala itu.
"Sorry Ta aku lupa kasi tau kamu soal itu. Aku pikir kamu ga tertarik. Aku lagi dijalan ini sorry ya aku tutup teleponnya" Kilah Candra buru-buru memutus panggilan.
Hal itu membuat Nandita dan Satya yang ikut mendengar jadi geram sendiri.
"Dia sengaja berarti pengen nama kamu jelek Ta, di depan guru kita. Mulai sekarang kamu mesti hati hati sama dia. Aku rasa dia ga tulus berteman sama kamu" Nasehat Satya pada Nandita.
Flash back off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
mama oca
hadir disini sekarang kak....mulai maratton nih...
2023-08-24
0
Lena Laiha
Hai kak aku mampir nih. semangat ya
2023-02-04
0
Tebe'e
Bintang⭐⭐⭐⭐⭐ sudah mendarat sempurna.
Semangat, Kakak 😃😃😃😃
2022-11-18
0