Cuaca pagi ini terlihat mendung, seperti halnya perasaan Nandita yang masih merasa berat untuk meninggalkan sementara dunia silat yang menjadi hoby nya.
Ia rindu berlatih bersama Satya, Hira, Tasya, dan dulu bersama Candra juga.
Tapi untuk saat ini, ia harus rela berpisah sementara dengan teman teman satu perguruannya itu, demi menjaga agar kedua orang tuanya tidak kecewa padanya.
Belum lagi ia juga merasa ingin memberi jeda sejenak agar intensitas bertemunya dengan Candra berkurang. Bukan ingin menghindar, karena ia merasa bukan salah nya jika ia lebih baik dari Candra.
Hanya saja ia pikir, mungkin harus memberi Candra waktu untuk membuktikan dirinya kalau dia mampu melebihi kemampuan Nandita.
Aahh setiap kali Nandita ingat dengan sikap Candra, rasa kecewa itu kembali muncul kepermukaan.
Tapi sudahlah, setiap orang memang selalu punya pembenaran akan sikap yang ia tunjukan pada orang lain kan. Toh bukan dia yang memulai bersikap curang dalam pertemanan ini. Jadi dia hanya bisa melihat saja bagaimana sikap Candra selanjutnya padanya. Tapi yang pasti, rasa percayanya pada sebuah pertemanan tidak akan murni seperti dulu sebelum ia merasa dikhianati.
drt
I won't be silenced
You can't keep me quiet
Won't tremble when you try it
All I know is I won't go speechless
Speechless
Let the storm in
I cannot be broken
No, I won't live unspoken
'Cause I know that I won't go speechless
Try to lock me in this cage
I won't just lay me down and die
I will take these broken wings
And watch me burn across the sky
Lagu speachles nya Naomi Scot yang menggema dari ponselnya, mengembalikan kesadarannya dari lamunan tentang temannya itu.
"Ya bunda" Jawabnya setelah menggeser warna hijau pada layar datar yang baru ia beli dari hasil pertandingan lalu.
"Lagi dimana Ta?" Tanya bunda di seberang sana.
"Masih dikost Bund, baru habis bebenah" Jawabnya sembari menggeser kursi kayu didepan meja riasnya. Kemudian ia duduk sambil bersandar malas.
"Lho jam segini masih di kost? Kamu ga kuliah nak? " Cecar sang bunda lagi.
"Heeee bentar lagi ke kampus Bund, deket gini. Ga Sampe 5 menit juga udah Sampe" Kilahnya membela diri.
"Ya udah siap-siap dulu sana, ini udah siang lho,,,, ingat Ta, kamu harus lulus tepat waktu kalau kamu mau meneruskan hoby kamu itu." Tandas sang bunda lagi
"Ya Bun...." Jawabnya.
Dan ternyata layar ponselnya sudah mati.
'Kebiasaan nih bunda, belum selesai juga anaknya ngomong udah dimatiin aja. Huuuh mandi dulu lah' Ia bermonolog, sambil menyeret kakinya menuju kamar mandi.
Setelah mempersiapkan diri dan sarapan ala anak kost, ia melanjutkan langkah melajukan motor matic kesayangannya menuju kampus tempat nya menimba ilmu.
"Ta.... Dita.... Nandita...." Panggil sebuah suara dari belakang.
Suara gadis yang dulu akrab dengan nya, gadis yang saat ini masih ingin ia hindari.
Enggan rasanya berbalik badan, tapi juga merasa tak enak hati bila bersikap acuh di tempat umum.
"Apa..?" Jawabnya dengan malas, setelah sebelum nya menghela nafas untuk menenangkan hatinya.
"Iiihhh kok gitu sih? Tungguin,," Ujar Candra dengan wajah sok polosnya.
Mungkin ia lupa, atau sengaja berpura-pura tak terjadi apa-apa? Padahal sesungguhnya ia tau, kalau Nandita pasti marah padanya karna perbuatan yang ia lakukan terhadap temannya itu.
Dengan malas Nandita menghentikan langkahnya. Biar bagaimanapun ia bukan lah orang yang tega terhadap orang lain.
Bisa saja sebenarnya ia bersikap kasar pada Candra, atau memutuskan pertemanan karena merasa marah. Tapi ia tidak melakukan itu, karena dia ingin tahu apa motif dibalik sikap Candra yang seperti itu.
"Ta ke kantin yuk" Ajak Candra saat jam kuliah sudah selesai. Meski berbeda jurusan, gadis itu sengaja menghampiri Nandita untuk pergi bersama.
"Ayok" Jawab nya singkat, kemudian berdiri dari kursi.
Mereka berjalan beriringan menuju kantin. Ingin segera melahap sesuatu yang segar karena cuaca siang ini begitu terik. Berbeda halnya dengan pagi tadi yang mendung.
"Ta kamu kenapa sih diem aja dari tadi? Kamu masih marah ya sama aku? Aku kan udah minta maaf Ta,, beneran waktu itu aku lupa bilang ke kamu" Candra memulai obrolan saat mereka sudah duduk dan memesan makan serta minum.
"Ga kok biasa aja. Aku lagi males ngomong aja Ndra,, ga tau nih masih rindu rumah mungkin. Belum puas ngerjain Malikha di rumah, trus udah harus balik ngampus aja,," Kilahnya.
Obrolan mereka terhenti saat pesanan mie ayam bakso dan es cincau kesukaan mereka terhidang. Mereka makan masih diselingi obrolan santai yang didominasi oleh Candra. Sedangkan Nandita hanya menimpali seperlunya saja.
Hari mulai beranjak sore saat Nandita sampai di kostannya. Tadi setelah makan siang, Candra memaksa mengajaknya jalan jalan ke tempat wisata yang baru buka di kota tersebut.
🌟🌟🌟
Hari hari dilalui Nandita dengan rutinitas yang sama belakangan ini. Kuliah, kost, mengerjakan tugas.
Begitu terus, atau kalau pas akhir pekan ia akan menyempatkan pulang melepas rindu pada ayah bundanya. Dan menjahili Malikha, si bontot kesayangannya.
Kalau ada waktu luang, ia juga akan mampir ke tempat latihan pencak silat, yang selama ini menjadi tempat favorit nya.
Satya dan yang lain nya menyayangkan memang keputusan Nandita untuk rehat sejenak dari dunia persilatan. Tapi mereka juga memahami bawa Nandita memiliki tanggung jawab lain yang harus ia dahulukan untuk saat ini.
Begitupun pak Wahyu, ia harus berbesar hati melepaskan salah satu atlet berbakatnya untuk fokus dengan pendidikan formal.
"Ta... kangen banget aku sama kamu" Sapa Satya sembari memeluk temannya itu saat mereka baru pertama kali bertemu setelah Nandita memutuskan untuk rehat.
"Cieeeeee meluknya erat bener" goda Tasya, dan di ikuti teman nya yang lain.
"Ya nih, curi-curi kesempatan aja. Padahal kalau kangen bisa langsung wa aja ajak ketemuan." Goda yang lain ikut menimpali
"Apaan sih pada ga jelas kalian ini" Sahut Nandita merasa tidak enak karna menjadi bahan olokan teman temannya.
Ia tidak tahu bawa selama ini Satya memendam rasa padanya. Itu juga yang membuat Candra merasa tambah kesal padanya, karena selama ini Candra diam-diam suka pada Satya. Tapi sayangnya, sikap Satya pada Candra jauh berbeda dibandingkan sikap Satya pada Nandita.
'Enak banget jadi kamu Ta, udah punya keluarga yang harmonis, otak encer, punya prestasi, terus disukai banyak cowo' Candra bergumam dalam hati sambil memandang tak suka pada tingkah teman teman nya.
Ia yang berasal dari keluarga yang cukup berada, tapi merasa hampa. Mama papanya terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing, jarang punya waktu untuk anak-anaknya.
Candra yang adalah anak pertama, selalu mendapatkan tekanan dari kedua orang tuanya agar bisa menjadi contoh teladan bagi adik adiknya.
Orang tuanya selalu menuntut Candra dalam segala hal. Entah itu pergaulan yang baik, prestasi yang harus unggul, juga harus bisa mengayomi adik-adiknya dengan baik. Mereka merasa Candra anak yang mandiri, sebagai anak pertama ia dituntut untuk sempurna.
Sedangkan orang tuanya jarang hadir untuknya, juga untuk adik-adiknya. Mungkin mereka pikir cukup memberikan fasilitas dan materi yang tanpa batas untuk anak anaknya. Sedangkan anak-anak juga butuh sosok orang tua yang hadir dalam hidup mereka.
Mereka juga ingin didengarkan, ingin sesekali dimanja, ingin dipuji dan didukung saat menghadapi ujian dalam kehidupan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
Andi Fitri
chandra klu ada masalah sm klrg jgn lampiaskan ke teman dong..
2023-10-19
0
UQies (IG: bulqies_uqies)
Aku mampir lagi kak, maaf bacanya nyicil, 🌹 untuk kakak, tetap semangat yah 🥰
2022-11-25
1
Ilan Irliana
ingt Ta...Malikha itu hrs di jg dgn spnuh hati...hihi
2022-11-23
1