Tatapan banyak mata yang tertuju pada gadis manis namun sedikit tomboy itu, tak membuat nya menjadi salah tingkah.
Dengan langkah pasti ia menuju arena pertandingan. Dengan tekad yang kuat, ingin menjadi pemenang, dan mendapatkan pekerjaan yang ia yakini akan memperoleh gaji besar bila ya berhasil menjadi bodyguard terpilih.
"Kamu yakin gadis bola bekel begitu bisa menjaga Mira dengan baik?" Bisik Gunadh ditelinga sang asisten. Tentu saja ia merasa ragu, mengingat buah hatinya bukanlah anak manis yang akan menurut begitu saja pada orang di sekitar nya.
"Bukankah kita bisa melihat kemampuan yang dimilikinya tuan? Dari sekian peserta, hanya dia yang terlihat paling menonjol di sini." Arya sang asisten tak mengerti dengan jalan pikiran tuan nya.
'cantik dan sempurna begitu dibilang bola bekel? Aahh tuan Gunadh sepertinya harus memeriksakan penglihatannya pada dokter mata kalau begini' Gumamnya dalam hati.
"Tapi dia kecil Ar,, belum apa apa juga dia bakal minta mundur kalau tahu orang yang akan dia jaga itu seperti Mira" Gunadh masih kekeh dengan pendirian nya.
"Cari kandidat lain saja yang tubuhnya lebih tinggi dan wajah lebih dewasa. Dia terlihat masih seperti anak SMA, aku yakin Mira bukan nya mau dikawal sama dia, malah dia dikerjai oleh anak itu." Lanjut lelaki pemilik nama lengkap Gunadhyia Arjava pada sang asisten.
Dia tak ingin kejadian yang lalu lalu terjadi lagi. Gonta ganti pengawal, untuk anak nya, karena sang buah hati yang usil selalu saja punya cara untuk membuat mereka menyerah dan mundur di Minggu pertama mereka bertugas.
"Baik tuan akan saya cari orang yang lebih tepat untuk melindungi nona muda. Pertandingan Masih belum selesai, semoga orang yang tuan cari ada di sini" Ucap asisten Arya sembari membungkukkan badan nya.
Ia berharap semoga keinginan tuan nya segera terpenuhi. Karna kalau tidak, dia harus kembali disibukkan dengan agenda mencari bodyguard, sedangkan pekerjaan nya sebagai asisten CEO juga bertumpuk di atas meja kerja nya dan harus segera diselesaikan.
🌟🌟🌟
Hari beranjak sore, di arena pertandingan itu telah terpilih 3 kandidat, yang akan kembali bertanding untuk menentukan siapa yang akan terpilih menjadi satu satunya bodyguard untuk putri sang CEO.
Nandita harus berlapang dada ketika namanya tak disebut sebagai orang yang terpilih. Karna selain kemampuan bela diri yang mumpuni, salah satu syarat untuk bisa menjadi bodyguard dari seorang Mira adalah badan yang tinggi dan wajah yang dewasa cenderung kaku.
'tau begini aku ga usah repot repot ikut pertandingan. Sampe bela belain cuti kuliah demi jadi bodyguard anak Sultan itu' Sungutnya dalam hati sambil memegang amplop berwarna coklat yang diberikan oleh asisten Arya sebagai hadiah untuk 3 kandidat terkuat dalam kompetisi tersebut.
'Tapi ga papa juga lah, lagian ga rugi rugi amat ikut acara ini. Seenggak nya aku bisa dapetin amplop coklat ini, kira kira berapa ya isinya?' Kembali ia bicara dalam hati sambil tersenyum lucu.
Asisten Arya yang melihat tingkah Nandita juga ikut tersenyum sambil menggelengkan kepala nya. Ia merasa gemas dengan tingkah gadis manis itu, yang sebentar cemberut namun begitu cepat tersenyum kembali. Sungguh gadis yang apa adanya pikir sang asisten.
🌟🌟🌟
Hari sudah beranjak sore ketika motor matic yang ia kendarai terparkir cantik di halaman rumah.
Perasaan nya campur aduk, antara senang juga rasa kecewa. Ia senang karna meskipun tidak terpilih namun ia mendapatkan hadiah dengan nilai yang menurutnya tidak sedikit. Ya,, buat anak kuliahan yang berasal dari keluarga sederhana sepertinya, uang 5juta merupakan uang yang besar nilainya. Tapi disisi lain ia juga merasa kecewa. Karena harapannya untuk menjadi pengawal anak sultan itu harus pupus, disebabkan oleh postur tubuhnya yang menurut sang sultan kurang memenuhi syarat.
'Belum tau saja dia, aku kecil kecil begini, kalo cuman untuk mukulin 10preman bisa kok. Terlalu remeh dia menilai ku. Awas aja besok kalo ketemu, aku bakal buat dia terkagum-kagum sama kemampuan ku. Dasar tuan kaya sombong, melihat orang hanya dengan sebelah mata' Gerutunya sambil mengambil amplop yang ia letakkan dibawah bagasi motor.
"Apaan tuuuhh?" Tiba tiba suara dari belakang mengagetkan Nandita yang masih berdiri di samping motor nya sambil menepuk nepuk amplop coklat itu pada tangan kirinya
"Kepooo.... Mau tau aja urusan orang dewasa" Ucapnya pada Malikha yang sedari tadi memperhatikan sang kakak dari teras rumah.
"Yeeeee aku udah besar ya,,, lagian pelit banget ditanya gitu doang ga mau jawab. Aku adukan bunda biar tau rasa" Sungut sang adik dengan bibir mengerucut.
"Aduin sana, dasar bocah tukang adu. Liat aja, aku ga bakal mau bagi isi amplop ini sama orang yang suka nebar gosip" Balasnya tak kalah jutek.
Bagaiman ia tidak kesal coba, sudahlah gagal, diremehkan sama bos jutek, sampe rumah dikepoin lagi sama si bontot tukang ngadu.
Nandita berlalu masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Malikha, yang masih betah memperhatikan penampilan sang kakak yang dirasa tak seperti biasanya.
'Kakak kenapa ya, ga biasanya muka nya kusut kaya begitu' gumamnya sambil ikut menyusul sang kakak masuk ke dalam rumah.
"Udah pulang kamu Ta? Gimana pertandingan nya? Pasti menang dong anaknya bunda" Sapa bunda saat melihat Nandita melewati ruang tamu hendak menuju kamar nya.
Melihat bundanya duduk santai di sofa ruang tamu, ia pun urung masuk ke kamar dan berbalik ikut duduk di samping bundanya. Ia sandarkan Kepalanya di bahu sang ibu sambil memasang wajah lelah.
"Capek banget Bun.... Kesel juga bercampur jadi satu" Ujarnya dengan manja.
"Lho kenapa dateng dateng malah kesel? Bukannya tadi pagi saat hendak berangkat kamu antusias banget?" Tanya bunda yang tak mengerti dengan mood anaknya yang tiba tiba jadi jelek.
"Iya tadi pagi aku antusias buat ikut pertandingan, aku percaya diri banget bakal bisa jadi pemenang. Aku udah ngebayangin bisa jadi bodyguard untuk ngejaga anak perempuan dari pemilik perusahaan besar itu. Tapi ternyata meskipun kemampuan aku udah terbukti, tetep aja aku ga keterima. Katanya aku terlalu kecil untuk bisa dipercaya buat jaga anaknya. Sebel banget aku Bun, dia meremehkan kemampuan seorang Nandita!!" Ucapnya dengan emosi
"Ooh jadi anak bunda lesu begini gara gara ga keterima jadi bodyguard gitu?" Dijawab anggukan lemah oleh Nandita.
"Ya syukurlah kalo kamu ga keterima, itu tanda nya kamu memang harus menyelesaikan kuliah kamu dengan baik dan tepat waktu" Tandas nya lagi, yang kini dihadiahi tatapan kaget dari sang anak
"Lho kok bunda gitu sih?? Bukannya kasihan sama Dita, eehh malah seneng kalo anak nya ga berhasil mengejar mimpi" Nandita tidak terima dengan ucapan sang bunda.
"Bukannya bunda ga seneng Ta,, tapi kamu sadar ga sih, kalo ambisi kamu selama ini sering banget membuat kamu lalai akan tugas utama kamu sebagai mahasiswa? Bunda selama ini membiarkan kamu berkembang,menggapai semua keinginan kamu. Bahkan sering kali bunda belain kamu di depan ayah,saat ayah mulai merasa kamu seakan menyepelekan kuliah kamu dan cenderung memilih ikut pertandingan-pertandingan pencak silat." Terang bunda dengan wajah yang mulai serius
"Sekarang waktunya kamu fokus sama tujuan mu dari awal. Kamu mau jadi guru kan?? Itu alasan kamu yang ga mau ikut tes kepolisian dulu, karna kamu ingin menjadi seorang tenaga pendidik yang bisa ikut berperan dalam mencerdaskan anak bangsa. Lalu kapan semua itu akan terwujud kalo kamu sibuk mengejar hal lain yang ga ada sangkut paut nya sama mimpi kamu itu?? Dari awal bunda sudah tanyakan sama kamu. Apa tujuan hidup kamu? Agar apa yang kamu kerjakan,apa yang kamu lakukan ga sia-sia. Kamu dengan yakin bilang kalau kamu ingin jadi guru. Sedangkan pencak silat hanya hoby kamu, kegiatan positif yang bisa kamu lakukan untuk mengisi waktu luang. Tapi sekarang yang bunda lihat, hoby kamu ini malah membuat kamu lupa tujuan awal mu Ta. Jadi kalau menurut bunda, lebih baik sekarang kamu fokus sama kuliah kamu. Selesaikan semua satu satu, agar semua bisa optimal. Kalau pun nanti kamu memang masih berhasrat untuk kembali ke dunia yang kamu sukai, tidak masalah. Tapi yang pasti hutang kamu untuk menyelesaikan pendidikan itu sudah kamu tunaikan. Agar biaya, waktu, dan tenaga selama ini tidak terbuang sia-sia. Setidaknya kamu punya bekal pendidikan saat kamu memasuki dunia baru kelak" Tandas sang bunda menasihati anak keduanya itu.
Nandita hanya bisa diam dan pasrah mendengar keluhan sang bunda. Ia sadar kalau selama ini ia lebih mementingkan pencak silat ketimbang kuliahnya. Hasrat untuk menjadi seorang guru perlahan menghilang seiring banyaknya kesempatan yang ia dapat untuk mengikuti kejuaraan-kejuaraan pencak silat.
Entah apa jenis pekerjaan yang ingin ia miliki dengan keahliannya itu. Yang pasti, ia merasa hidupnya lebih menantang tidak monoton dengan kegiatan itu.
Tapi sekarang ia harus menyelesaikan pendidikannya terlebih dahulu. Ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, yang selama ini berjuang untuk bisa memberikan pendidikan yang terbaik semampu mereka.
Nandita sadar bahwa dirinya tidak terlahir dari orang tua yang kaya raya. Meskipun latar belakang keluarga bukan lah termasuk orang susah. Selain ayah bunda nya, keluarga besar Nandita berasal dari keluarga yang memiliki jabatan yang bisa dibilang tinggi.
Bila dari keluarga sang ibu, pamannya ada yang menjadi polisi, guru, pengusaha, tenaga kesehatan, ada juga yang bekerja di dunia pariwisata.
Sementara sang ayah, adalah anak laki-laki satu-satunya dari keluarga yang cukup berada.
Hanya saja, sesuatu dan lain hal membuat kedua orang tuanya harus memulai semua dari nol. Dan anak-anaknya harus hidup sederhana, berbeda dengan saudara mereka yang lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
Nirwana Asri
kata namun sebaiknya di awal kalimat ya kamu bisa ganti dg kata tapi
saran aj
2022-11-22
2
Nirwana Asri
mampir dengan 3 bunga
2022-11-22
0
Si Centil Ayana
Malam kak.
Vote Dinda udah mendarat ya. satu tangkai 🌹 buat kakak
2022-11-07
0