KISAH CANDRA KIRANA

Disisi lain, disaat Nandita fokus menyelesaikan kuliahnya, sosok teman yang selama ini dekat dengan nya masih berada pada garis abu abu dalam hidupnya.

Bagaimana tidak, sosok Candra Kirana yang selama ini dikenal ceria, ternyata dipundaknya menanggung beban berat yang tak ada satu orang pun yang tahu.

Salahkah ia merasa iri pada Nandita yang ia lihat begitu sempurna hidupnya? Ia ingin bisa seperti Nandita, memiliki keluarga yang saling mendukung satu dengan yang lain. Bisa disukai dan dicintai banyak orang. Bisa menjadi diri sendiri yang apa adanya, tanpa harus memikirkan harus menjadi yang terbaik dalam setiap aspek kehidupan.

Tanpa ia sadari bahwa tak ada kehidupan yang sempurna, tidak ada manusia yang benar benar bahagia tanpa melalui cobaan dalam hidup. Karena sejatinya hidup adalah proses belajar. Belajar bersyukur, belajar menerima, belajar menguasai diri, dan masih banyak lagi pelajaran hidup yang harus dilalui dalam bertumbuh agar menjadi manusia yang bahagia.

'Huuuuh andai mama papa ga terlalu sibuk dengan dunia mereka sendiri, andai mereka ga nyerahin tanggung jawab berat di pundak aku untuk menjaga dan melindungi adik adik, andai mereka tahu kalau aku bukan robot yang bisa mereka kendalikan sesuka hati' Dan masih banyak andai andai yang lain yang silih berganti hadir dalam hati gadis cantik itu.

"Kak.... Bagi uang donk.... Aku mau jalan sama temen temen nih" Kiara anak kedua dari tiga bersaudara itu menghampiri sang kakak Candra yang asik melamun di balkon rumah mewah nya.

"Mau kemana lagi sih dek?? Ini udah sore lho, mana mendung. Bentar lagi hujan pasti. Diem aja di rumah, belajar biar nilainya bagusan dikit" Ketus sang kakak pada adik bandelnya itu.

"Bentaran doang,, udaaah cepetan bagi duitnya. Dua ratus ribu aja, mau traktir temen temen karna udah bantuin aku kerjain tugas kemarin" Kiara masih saja ngotot

"Ya udah,, tapi janji sama kakak kamu jangan sampe pulang malem. Inget dek kamu masih SMA, masih jauh perjalanan kamu, jangan sampai kamu salah langkah" Ucapnya menasehati sang adik

"Yaaa bawel,, cepetan kak.... Aku udah ditungguin temen temen ini" Sang adik merasa tidak sabar, kemudian menarik kakaknya masuk ke kamar untuk mengambilkan uang

"Nih,, inget dek jangan pulang malem malem. Tau sendiri kan kalau kamu sama Bima itu tanggung jawab kakak? Kamu tega kalau nanti mama papa pulang, kakak dimarahi lagi sama mereka karna ga becus jagain kalian?" Ucapnya pada sang adik sembari memberikan dua lembar uang berwarna merah.

"Makasiii kakak,,,, ya aku ga lama kok, kafe nya Deket sini juga. Kakak mau dibawain apa nanti??" Kiara dengan semangat mengambil uang yang disodorkan kepadanya itu

"Beliin kakak martabak manis sama asin aja. Martabak manis nya pake toping coklat kacang susu keju ya,,,, kalo martabak asinnya beli yang special aja, beli sekalian untuk si mbok sama satpam. Nih uang tambahannya" Ucapnya sembari mengeluarkan uang seratus ribuan, lalu menyerahkan kepada sang adik

"Ya kak,,, aku jalan dulu ya. Makasiii uangnya, baik-baik jaga rumah ya.... Daaaaa" Dengan riang Kiara keluar kamar sang kakak kemudian langsung berangkat bersama teman-teman yang sudah menunggunya di depan gerbang.

'Anak itu.... Selalu saja aku ga bisa marah sama dia' Ia kembali melamun sendiri. Kali ini ia duduk di atas dipan besar dalam kamarnya. Rumah besar nan megah itu terasa hampa. Tidak ada kehangatan sebuah keluarga yang menghiasi di tiap sudutnya.

Hanya ada guci antik dan lukisan mahal yang ia tak mengerti apa arti dan fungsinya, yang setia menjadi teman setiap hari-hari sepinya. Tentunya selain asisten rumah tangga, tukang kebun, dan satpam yang juga sibuk dengan tugasnya masing masing.

"Sat lagi apa" Tulisnya pada pesan singkat yang ia kirim ke nomor telepon Satya.

"Ga ada, lagi sante aja dirumah. Kanapa Ndra?" Balasan chat Satya sedikit membuat wajahnya tersenyum bahagia.

"Ga.... Lagi iseng aja ga ada teman ngobrol. Kamu main kesini donk..." Pintanya pada laki-laki yang ia sukai itu

"Aduuuh sorry ya Ndra, bukannya aku ga mau nemenin kamu, tapi aku takut nanti kalau Nandita tahu aku kesana, dikiranya aku mau deketin kamu lagi. Hilang donk kesempatan aku buat jadiin dia wanita masa depan ku" Balasan Satya membuat Candra yang tadinya tersenyum bahagia, kini kembali wajahnya ditekuk. Hati yang tadinya sudah mulai membaik, kini buruk lagi karena penolakan Satya dan pernyataan sukanya pada Nandita.

'Kenapa sih apa-apa semua Nandita? Apa istimewanya dia coba.' Ia kembali merutuki temannya itu.

Padahal kalau ia mau berfikir jernih, bukan salah Nandita kalau ternyata banyak orang yang suka pada gadis itu.

Nandita hanya menjadi dirinya sendiri, yang apa adanya. Yang suka bercanda, suka usil, kadang bertingkah konyol yang sering kali membuat orang-orang di sekitar merasa terhibur akan kehadirannya.

Suasana pagi dirumah megah itu masih sama seperti kemarin, hening dan terkesan dingin. Tak ada canda tawa yang terlihat, seperti halnya keluarga yang lain pada umumnya.

Bayu Perkasa sang pemimpin keluarga duduk dengan menghadap sarapan pagi yang tersaji di meja makan.

Begitu pun sang istri yang terlihat anggun dan terawat diusia yang tak lagi muda itu. Duduk di samping sang suami dengan hidangan makanan sehat tersaji di depan matanya.

"Anak anak belum bangun ma?" Tanya pak Bayu, sembari melirik jam tangan mewah yang melingkar di tangan kanannya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 7.30pagi. Pasangan suami istri itu, pagi ini sarapan di rumah karena baru tiba kemarin malam dari perjalanan bisnisnya ke luar kota.

"Sekarang ka libur pa,, mereka mungkin ingin menikmati waktu bermalas-malasan sebentar" Sahut sang istri membela anak-anaknya.

"Meskipun libur tetap saja mereka harus disiplin waktu ma,, jangan dibiasakan kalau libur bermalas-malasan begini. Mama kasih tau mereka donk,, ajari mereka agar bisa menghargai waktu sejak dini!" Ucap pak Bayu dengan suara naik satu oktaf.

Bu Diah yang hendak memasukkan makanan ke dalam mulut pun urung ya lakukan, lalu meletakkan sendoknya kembali ke atas piring. Nafsu makan nya mendadak hilang mendengar ocehan sang suami di pagi hari.

"Ya pa nanti mama kasih tau Candra untuk ngajarin adik-adiknya agar lebih baik lagi" Ucapnya kemudian berlalu meninggalkan meja makan.

Selalu begitu, setiap kali ada hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan orang tuanya, selalu Candra yang mendapat teguran.

Mereka tidak menyadari bahwa tanggung jawab mendidik anak terletak pada pundak mereka sebagai orang tua. Bukan kewajiban si anak sulung, apalagi sampai menyalahkan anak-anak atas ketidak mampuan orang tua dalam mendidiknya

"Can.... Duduk sini mama mau bicara" Candra yang baru saja hendak duduk dimeja makan untuk memulai sarapan, urung melakukan dan mendekati sang mama yang sudah menunggunya di ruang keluarga.

"Kenapa ma" Tanya Candra setelah mendaratkan pantat di sofa empuk sebelah mamanya.

"Gimana kuliah kamu" Tanya Bu Diah yang diyakini Candra hanya sekadar basa basi saja. Dia yakin pasti ada hal yang lebih dari sekadar menanyakan kabarnya

"Lancar mah, seperti biasa" Jawabnya enggan.

"Mama mau bicara soal apa?" Tembaknya to the poin pada sang mama.

Jujur ia lelah dengan sikap kedua orang tuanya yang ia rasa tak pernah menunjukkan kasih sayang selayaknya orang tua pada umumnya.

Cara orang tuanya bertanya pada anak anak, tidak seperti orang tua pada umumnya. Lebih tepat, ia merasa seperti atasan pada bawahannya.

"Tadi pagi kenapa kalian tidak ikut sarapan bersama mama sama papa? Kamu tau? Papa marahin mama karna kelakuan kalian! Berapa kali harus mama ingatkan sama kamu Candra,, di rumah ini urusan mendidik dan melindungi adik-adik kamu itu adalah kewajiban kamu!" Ucap wanita anggun itu, sambil mengacungkan jari telunjuknya ke depan wajah sang anak.

Sontak saja Candra merasa kaget. Perkara tidak ikut sarapan pagi saja ya harus mendapat kecaman seperti ini? Ia hidup dirumah orang tuanya apa di barak militer sih??

Amarah dan kekecewaan yang sudah berkumpul, ditambah lagi suasana hati yang buruk dari kemarin karena penolakan Satya, Candra akhirnya memberanikan diri menjawab ucapan mamanya.

"Maaf ma, kalau menjaga dan mendidik adik-adik adalah tanggung jawabku, lalu yang bertanggung jawab atas diriku siapa ma?" Mendengar ucapan sang anak, sontak saja sang mama merasa kaget.

Ia tidak menyangka anak yang selama ini patuh dan tidak pernah membantah ucapannya tiba-tiba menjadi berani seperti ini.

"Kamu!!" Bu Diah tidak bisa melanjutkan kata katanya, napasnya naik turun menandakan bahwa emosinya terpancing.

"Kenapa ma? Kaget karna aku bisa berucap seperti ini?" Tantang Candra lagi.

"Ma selama ini aku selalu berusaha menjadi seperti apa yang mama mau. Aku kuliah di jurusan yang tidak aku inginkan. Aku bertanggung jawab untuk semua yang dilakukan adik-adik diluar rumah. Aku juga harus bertanggung jawab dengan nilai mereka disekolah. Ma aku juga masih kuliah, masih perlu bimbingan, masih butuh perhatian. Aku juga ingin menjadi diriku sendiri bermain bersama teman-teman, melakukan hobyku, tanpa terbeban dengan apa yang ada dirumah." Kalimat itu meluncur lancar dari bibir gadis cantik itu .

"Aku rindu kita saling berbagi cerita ma. Aku ingin menumpahkan segala keresahan, ketakutan, keluh kesah yang selama ini aku pendam sendiri ma" Ucapnya sambil bercucuran air mata.

"Cukup Candra!! Sudah berani kamu sekarang bicara kurang ajar sama mama ya?!! Apa ini yang kamu dapatkan dari pendidikan yang selama ini kamu tempuh? Mama kecewa sama kamu Can, hanya untuk mengawasi adik-adik kamu saja kamu merasa keberatan? Kamu tidak pernah menghargai usaha mama sama papa yang berjuang keras agar bisa memberikan limpahan materi untuk kalian nikmati. Harusnya kamu bersyukur kamu bisa hidup enak tanpa harus khawatir dengan uang kuliah, uang saku, yang belum tentu orang lain bisa nikmati seperti kamu saat ini!" Bu Diah merasa tidak terima dengan keberanian anaknya yang mempertanyakan perannya sebagai orang tua.

Selama ini ia dan sang suami merasa sudah memberikan yang terbaik untuk anak anaknya. Tapi apa yang ia dapat dari sang anak? Ia benar-benar kecewa dengan anak sulungnya itu. Hanya sekadar membantu orang tua untuk bertanggung jawab terhadap adik-adiknya saja ia merasa keberatan? Bukankah sebagai anak pertama ia harusnya bisa memahami bahwa peran sebagai orang tua yang tidak selalu berada di rumah, mestinya bisa ia ambil alih tanggung jawabnya dengan suka rela?

Karena tidak ingin mendengar bantahan anaknya lagi, Bu Diah pun beranjak meninggalkan sang anak yang masih duduk dengan kepala menunduk itu, ke dalam kamar nya. Ia merasa hari liburnya yang ia harapkan sebagai hari untuk beristirahat berubah menjadi hari buruk baginya.

Terpopuler

Comments

Andi Fitri

Andi Fitri

tumpuk terus harta ntar anak kmu jdi gk bener baru nyesel...

2023-10-19

0

UQies (IG: bulqies_uqies)

UQies (IG: bulqies_uqies)

Nah, tertohok kan sama perkataan anak sendiri

2022-11-25

1

Dewi

Dewi

Lebih tepatnya juga keluh kesah Candra

2022-10-16

1

lihat semua
Episodes
1 PENGHIANATAN
2 PERTANDINGAN DAN PESAN BUNDA
3 KEMBALI KE KAMPUS
4 KISAH CANDRA KIRANA
5 UJIAN SEMESTER
6 RASA YANG TERPENDAM
7 KECELAKAAN
8 DEPRESI
9 AMARAH NANDITA
10 CURAHAN HATI KIARA
11 PERSIAPAN SKRIPSI
12 YEEEE SARJANA
13 MEMULAI KEMBALI
14 BABAK BARU KEHIDUPAN
15 CANDRA CEMBURU
16 NANDITA BERAKSI
17 TERJEBAK
18 RUMAH SAKIT
19 BERTEMU KAKEK
20 DUO SRIGALA
21 AKHIRNYA BUNDA MARAH
22 KISAH MASA LALU
23 ATM DARI KAKEK
24 NIAT TERSEMBUNYI GUNADHYIA
25 BERTEMU SATYA DAN CANDRA
26 MANUSIA-MANUSIA KEPO
27 NIAT TASYA
28 PULANG BERSAMA GUNADHYIA
29 PESAN DARI SAFIRA
30 PERTENGKARAN PERTAMA
31 LIBURAN
32 LIBURAN HARI PERTAMA
33 MERACUNI PIKIRAN
34 KEKECEWAAN NAMIRA
35 NAMIRA MENGHILANG
36 NAMIRA SEMAKIN BENCI
37 NANDITA SAKIT
38 DIANTAR PULANG
39 OBROLAN MALAM HARI
40 BERPISAH SEMENTARA
41 BERKUNJUNG KE RUMAH DIMAS
42 MEMULAI HAL BARU
43 NIAT BAIK NANDITA
44 MAWAR MERAH DAN LAVENDER
45 POSESIF
46 JANGAN PERGI
47 JALAN-JALAN MALAM
48 SARAPAN BERSAMA
49 WEEK END
50 PERTEMUAN TIGA SAHABAT
51 PIKNIK
52 ME TIME ALA NANDITA
53 JALAN BERDUA
54 LAMARAN SETTINGAN??
55 BERITA VIRAL
56 KEMARAHAN GUNADH
57 LUPA OLEH-OLEH
58 MELAMAR AYAH BUNDA
59 SALAM DARI BUNDA
60 MEMBUNUH TANPA MELUKAI
61 MENJADI LAUT
62 NAMIRA BELUM SADAR
63 NAMIRA SADAR
64 NANDITA CEMBURU
65 HARUS TETAP HAPPY
66 PULANG DARI RUMAH SAKIT
67 SATU BULAN
68 FOTO KIRIMAN
69 MASALAH BARU
70 DUNIA BARU SAFIRA
71 MENYUSUN RENCANA
72 PULANG SENDIRI
73 TIDAK BERKABAR
74 KEDATANGAN NAMIRA
75 BERTUKAR PASANGAN
76 WAKTU BERDUA AYAH DAN ANAK
77 BIRD PARK
78 MEMANAS
79 BACKSTREET
80 KE PARIS
81 LDR SEMENTARA
82 NAMIRA MULAI KESEPIAN
83 NANDITA JATUH SAKIT
84 RENCANA LANJUTAN
85 BERKUNJUNG KE MUSEUM
86 KEJUTAN
87 KEJUTAN DEMI KEJUTAN
88 KETAHUAN KAK BIAN
89 KECOPETAN
90 STATUS WA ISYARAT HATI
91 EGO
92 KECELAKAAN KERJA
93 SIKAP ANEH ORANG-ORANG
94 OLEH-OLEH
95 MENAHAN AMARAH
96 PENJELASAN NANDITA
97 CURHATAN KAKEK KE TANTE NIAR
98 MENEMUI NAMIRA
99 FLASHBACK
100 KEDATANGAN TANTE DEWI dan TANTE SARI
101 KESIBUKAN GUNADH
102 CLUB MALAM
103 INGIN KERJA KE LUAR NEGERI
104 MALIKHA BAR-BAR JUGA
105 KUNJUNGAN DUA SAHABAT
106 VIDEO CALL
107 AKHIRNYA GUNADH TAHU
108 CERITA BI ASIH
109 DICERAMAHI BIK ASIH
110 TEKA TEKI
111 MENANGIS BERSAMA
112 PERJUANGAN DIMULAI
113 TELEPON DARI AYAH
114 KEMBALI BERSAMA GUNADH
115 MASIH MENJADI GOSIP
116 MENJENGUK TASYA
117 TANGIS PILU DI RUMAH SAKIT
118 MENOLONG TASYA
119 CURHATAN GUNADH
120 SERANGAN NANDITA
121 SERANGAN NANDITA PART 2
122 PENJELASAN ANTON
123 TANGIS PERPISAHAN
124 KEPERGIAN NANDITA
125 KEPERGIAN NANDITA
126 KEBOHONGAN SAFIRA (FLASHBACK)
127 ULANG TAHUN SAFIRA (masih flashback)
128 KECELAKAAN (LAGI)
129 PERCOBAAN BUNUH DIRI
130 TRAUMA MIRA
131 BERTEMU ANTON
132 PENYESALAN MIRA
133 PERUBAHAN POSITIF MIRA
134 DISAMBUT WARTAWAN
135 VIDEO YANG TERSEBAR
136 SAHABAT MIRA TAHU
137 SAHABAT TERBAIK
138 PENYEBAR VIDEO
139 KEDATANGAN SAFIRA
140 MENJADI ORANG TUA TUNGGAL
141 NASI GORENG SEA FOOD (kenangan bersama Nandita)
142 MENJADI PENCURI DENGAR
143 KERINDUAN NANDITA
144 ASLAN
145 TANTANGAN DARI ASLAN
146 RENCANA ASLAN DAN AUNTY EBY
147 CURHAT DENGAN ONTY EBY
148 KEGALAUAN GUNADH
149 KEDATANGAN OMA
150 KERESAHAN NANDITA
151 BERENDAM TENGAH MALAM
152 KE RUMAH OMA
153 TAK BERDAYA
154 ISI HATI ASLAN
155 KABAR DARI SEBERANG
156 SAMA-SAMA BERJUANG
157 MENGHUBUNGI BIK ASIH
158 PESAN TERAKHIR
159 MERASA GAGAL
160 SELAMAT TINGGAL
161 MENJADI TAMU
162 TAKDIR TUHAN
163 PERTEMUAN (GUNADH dan NANDITA)
164 PERTUNANGAN
165 AKHIRNYA BERTUNANGAN
166 SENTUHAN RINDU
167 MASIH MERINDU
168 SARAPAN BERSAMA
169 BERPISAH LAGI
170 PELUKAN TERAKHIR
171 KEMELUT RASA
172 PELUKAN TERAKHIR (Nandita dan Aslan)
173 BIMBANG
174 KEJUTAN untuk NANDITA
175 RENCANA LIBURAN
176 UNDANGAN PESTA
177 TAKUT KAMU PERGI LAGI
178 GUNADH MABUK
179 MEMANJANGKAN SABAR
180 GUNADH CEMBURU
181 CEMBURU bukan CURIGA
182 MODE MANJA
183 TAMU DARI RUMAH SAKIT
184 MASIH TRAUMA?
185 BANTUAN UNTUK SAFIRA
186 SIAPA YANG SALAH?
187 RENCANA MENDADAK
188 OBJEK KEGABUTAN
189 NASIHAT NANDITA
190 ICU
191 COBAAN (lagi) UNTUK MIRA
192 KEPERGIAN SAFIRA
193 MALIKHA MERAJUK
194 SARAN CANDRA
195 MERAJUK MANJA
196 RENCANA DADAKAN
197 MENUJU SAH
198 MENUJU SAH (2)
199 HARI H
200 MALAM PERTAMA
201 GAGAL
202 END
Episodes

Updated 202 Episodes

1
PENGHIANATAN
2
PERTANDINGAN DAN PESAN BUNDA
3
KEMBALI KE KAMPUS
4
KISAH CANDRA KIRANA
5
UJIAN SEMESTER
6
RASA YANG TERPENDAM
7
KECELAKAAN
8
DEPRESI
9
AMARAH NANDITA
10
CURAHAN HATI KIARA
11
PERSIAPAN SKRIPSI
12
YEEEE SARJANA
13
MEMULAI KEMBALI
14
BABAK BARU KEHIDUPAN
15
CANDRA CEMBURU
16
NANDITA BERAKSI
17
TERJEBAK
18
RUMAH SAKIT
19
BERTEMU KAKEK
20
DUO SRIGALA
21
AKHIRNYA BUNDA MARAH
22
KISAH MASA LALU
23
ATM DARI KAKEK
24
NIAT TERSEMBUNYI GUNADHYIA
25
BERTEMU SATYA DAN CANDRA
26
MANUSIA-MANUSIA KEPO
27
NIAT TASYA
28
PULANG BERSAMA GUNADHYIA
29
PESAN DARI SAFIRA
30
PERTENGKARAN PERTAMA
31
LIBURAN
32
LIBURAN HARI PERTAMA
33
MERACUNI PIKIRAN
34
KEKECEWAAN NAMIRA
35
NAMIRA MENGHILANG
36
NAMIRA SEMAKIN BENCI
37
NANDITA SAKIT
38
DIANTAR PULANG
39
OBROLAN MALAM HARI
40
BERPISAH SEMENTARA
41
BERKUNJUNG KE RUMAH DIMAS
42
MEMULAI HAL BARU
43
NIAT BAIK NANDITA
44
MAWAR MERAH DAN LAVENDER
45
POSESIF
46
JANGAN PERGI
47
JALAN-JALAN MALAM
48
SARAPAN BERSAMA
49
WEEK END
50
PERTEMUAN TIGA SAHABAT
51
PIKNIK
52
ME TIME ALA NANDITA
53
JALAN BERDUA
54
LAMARAN SETTINGAN??
55
BERITA VIRAL
56
KEMARAHAN GUNADH
57
LUPA OLEH-OLEH
58
MELAMAR AYAH BUNDA
59
SALAM DARI BUNDA
60
MEMBUNUH TANPA MELUKAI
61
MENJADI LAUT
62
NAMIRA BELUM SADAR
63
NAMIRA SADAR
64
NANDITA CEMBURU
65
HARUS TETAP HAPPY
66
PULANG DARI RUMAH SAKIT
67
SATU BULAN
68
FOTO KIRIMAN
69
MASALAH BARU
70
DUNIA BARU SAFIRA
71
MENYUSUN RENCANA
72
PULANG SENDIRI
73
TIDAK BERKABAR
74
KEDATANGAN NAMIRA
75
BERTUKAR PASANGAN
76
WAKTU BERDUA AYAH DAN ANAK
77
BIRD PARK
78
MEMANAS
79
BACKSTREET
80
KE PARIS
81
LDR SEMENTARA
82
NAMIRA MULAI KESEPIAN
83
NANDITA JATUH SAKIT
84
RENCANA LANJUTAN
85
BERKUNJUNG KE MUSEUM
86
KEJUTAN
87
KEJUTAN DEMI KEJUTAN
88
KETAHUAN KAK BIAN
89
KECOPETAN
90
STATUS WA ISYARAT HATI
91
EGO
92
KECELAKAAN KERJA
93
SIKAP ANEH ORANG-ORANG
94
OLEH-OLEH
95
MENAHAN AMARAH
96
PENJELASAN NANDITA
97
CURHATAN KAKEK KE TANTE NIAR
98
MENEMUI NAMIRA
99
FLASHBACK
100
KEDATANGAN TANTE DEWI dan TANTE SARI
101
KESIBUKAN GUNADH
102
CLUB MALAM
103
INGIN KERJA KE LUAR NEGERI
104
MALIKHA BAR-BAR JUGA
105
KUNJUNGAN DUA SAHABAT
106
VIDEO CALL
107
AKHIRNYA GUNADH TAHU
108
CERITA BI ASIH
109
DICERAMAHI BIK ASIH
110
TEKA TEKI
111
MENANGIS BERSAMA
112
PERJUANGAN DIMULAI
113
TELEPON DARI AYAH
114
KEMBALI BERSAMA GUNADH
115
MASIH MENJADI GOSIP
116
MENJENGUK TASYA
117
TANGIS PILU DI RUMAH SAKIT
118
MENOLONG TASYA
119
CURHATAN GUNADH
120
SERANGAN NANDITA
121
SERANGAN NANDITA PART 2
122
PENJELASAN ANTON
123
TANGIS PERPISAHAN
124
KEPERGIAN NANDITA
125
KEPERGIAN NANDITA
126
KEBOHONGAN SAFIRA (FLASHBACK)
127
ULANG TAHUN SAFIRA (masih flashback)
128
KECELAKAAN (LAGI)
129
PERCOBAAN BUNUH DIRI
130
TRAUMA MIRA
131
BERTEMU ANTON
132
PENYESALAN MIRA
133
PERUBAHAN POSITIF MIRA
134
DISAMBUT WARTAWAN
135
VIDEO YANG TERSEBAR
136
SAHABAT MIRA TAHU
137
SAHABAT TERBAIK
138
PENYEBAR VIDEO
139
KEDATANGAN SAFIRA
140
MENJADI ORANG TUA TUNGGAL
141
NASI GORENG SEA FOOD (kenangan bersama Nandita)
142
MENJADI PENCURI DENGAR
143
KERINDUAN NANDITA
144
ASLAN
145
TANTANGAN DARI ASLAN
146
RENCANA ASLAN DAN AUNTY EBY
147
CURHAT DENGAN ONTY EBY
148
KEGALAUAN GUNADH
149
KEDATANGAN OMA
150
KERESAHAN NANDITA
151
BERENDAM TENGAH MALAM
152
KE RUMAH OMA
153
TAK BERDAYA
154
ISI HATI ASLAN
155
KABAR DARI SEBERANG
156
SAMA-SAMA BERJUANG
157
MENGHUBUNGI BIK ASIH
158
PESAN TERAKHIR
159
MERASA GAGAL
160
SELAMAT TINGGAL
161
MENJADI TAMU
162
TAKDIR TUHAN
163
PERTEMUAN (GUNADH dan NANDITA)
164
PERTUNANGAN
165
AKHIRNYA BERTUNANGAN
166
SENTUHAN RINDU
167
MASIH MERINDU
168
SARAPAN BERSAMA
169
BERPISAH LAGI
170
PELUKAN TERAKHIR
171
KEMELUT RASA
172
PELUKAN TERAKHIR (Nandita dan Aslan)
173
BIMBANG
174
KEJUTAN untuk NANDITA
175
RENCANA LIBURAN
176
UNDANGAN PESTA
177
TAKUT KAMU PERGI LAGI
178
GUNADH MABUK
179
MEMANJANGKAN SABAR
180
GUNADH CEMBURU
181
CEMBURU bukan CURIGA
182
MODE MANJA
183
TAMU DARI RUMAH SAKIT
184
MASIH TRAUMA?
185
BANTUAN UNTUK SAFIRA
186
SIAPA YANG SALAH?
187
RENCANA MENDADAK
188
OBJEK KEGABUTAN
189
NASIHAT NANDITA
190
ICU
191
COBAAN (lagi) UNTUK MIRA
192
KEPERGIAN SAFIRA
193
MALIKHA MERAJUK
194
SARAN CANDRA
195
MERAJUK MANJA
196
RENCANA DADAKAN
197
MENUJU SAH
198
MENUJU SAH (2)
199
HARI H
200
MALAM PERTAMA
201
GAGAL
202
END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!