Penghianatan Suamiku

Penghianatan Suamiku

# 1

Hari ini adalah hari pernikahan Nadin dengan pria pilihan ibunya, Adnan Ramadan, seorang anak kyai terkenal sekaligus pimpinan pondok pesantren ternama.Ya mereka di jodohkan.

Nadin sudah siap dengan gaun pengantin, dia juga sudah selesai di rias. Sekarang Nadin sedang menunggu di kamar hotel, menyaksikan calon suaminya mengucap ijab qobul.

Jantungnya berdetak lebih kuat, ketika pria yang sebentar lagi menjadi suaminya mulai menjabat tangan sang paman yang menjadi walinya.

Kalimat sakral itu terdengar lantang dan keras di ucapkan.

Sah

Sah

Sah.....

Akhirnya kata "sah" terucap juga. Nadin meneteskan air mata bahagia.

Tok tok tok....

"Mba Nadin.... "

"Iya sebentar.... "

Nadin berjalan membuka pintu.

"Ayo mba... "

"Iya.... "

Nadin di bawa ke ruang ijab oleh dua sepupunya.

Semua mata tertuju padanya, tak terkecuali pria yang menjadi suaminya.

"Silahkan cium tangan suaminya.... " ucap sang penghulu

Tangan Nadin bergetar hebat, dia gugup. Hatinya ingin menyentuh namun tangannya seakan menolak.

Nadin terus berusaha untuk melawan gugupnya dan... ya dia berhasil. Sang suami mencium kening Nadin dengan lembut dan lama.

Acara terus berlanjut, sekarang dua mempelai itu sudah berdiri di pelaminan dengan senyum yang mengembang di bibir keduanya, menyambut para tamu yang berdatangan.

"Makasih ya kamu mau jadi istriku.. " bisik suaminya

"Sama-sama mas... "

............

Malam harinya.....

Nadin sudah berada di kamar pengantinnya bersama sang suami. Mereka berdua sudah selesai membersihkan dirinya.

Nadin gugup, dia berkeringat dingin, tangannya sedingin es.

Sang suami mulai mendekatinya lalu membuka jilbabnya.

"Kamu manis..."

Dan terjadilah malam yang panjang dan hangat di antara keduanya.

Pagi harinya, Nadin langsung diajak ke rumah sang suami.

"Bu, saya ijin untuk memboyong Nadin....."

"Silahkan na, ibu titip Nadin.... " pesan bu Nana, ibunya Nadin

"Tolong jaga keponakan saya ya, jangan sakiti dia, dan jangan pernah buat ia menangis... " pesan sang paman

"Insyaalloh, saya akan membahagiakan Nadin... "

Sekarang giliran Nadin yang berpamitan ke pada ibu, paman serta keluarganya yang lain.

Keharuan pun terjadi ketika Nadin menangis di pelukan sang ibu.

"Jangan nangis, masa udah jadi istri orang masih nangis.... "

Sang ibu melepskan pelukannya lalu menghapus air mata di pipi Nadin dengan kedua jempolnya.

"Ayo Din... "

"Iya mas, ibu jaga kesehatan ya.... "

"Iya na, kamu tenang aja... "

Nadin melanghkah pergi bersama sang suami dan kedua mertuanya.

.............

Suasana di dalam mobil begitu ceria, hingga perkataan bu nyai Siti menghentikan keceriaan itu.

"Adnan, umi harap kalian menunda momongan hingga kalian punya rumah sendiri.... "

Deg

Nadin langsung menunduk dalam, bukankah ucapan adalah do'a?, bahkan yang mengucapkan kalimat nya adalah seorang ibu, yang begitu di dengar setiap do'a nya.

"Kalian mau kan?" tanya nya lagi

"Iya umi.... " jawab suami Nadin

Belum sehari ia menjadi menantu di keluarga ini, dia di kagetkan dengan sifat ibu mertuanya, lalu bagaimana kedepannya?.

30 Menit kemudian, sampailah mereka di depan derbang bertuliskan "Selamat Datang Di Pondok Pesantren An-Nur".

Sang supir mobil membunyikan klakson dan terbukalah garbang itu.Kini mobil itu memasuki halaman pesantren dan berhenti di depan rumah sang mertua Nadin.

Semuanya turun dari mobil satu persatu. Nadin masih bersikap ramah tamah kepada semua keluarga sang suami.

"Ayo yang.... "

"Iya mas.... "

Nadin dan suami masuk ke kamar terlebih dahulu.

Ceklek, suami Nadin membuka pintu kamar, keduannya pun masuk.

"Mas... "

"Ya... "

"Kenapa umi tadi bilang begitu?"

"Bilang begitu apa?" pura-pura tidak tau

"Itu loh yang di mobil tadi, yang ngelarang kita buat punya anak dulu, sebelum punya rumah sendiri.... "

"Oh itu, umi cuma mau ketika kita punya anak masa depan mereka jelas, udah jangan dipikirin.... "

Nadin hanya terdiam dia terus saja memasukan baju-baju nya yang ta seberapa ke dalam lemari.

"Kamu kerjanya apa mas?" tannya Nadin

Ya dia penasarn karena selama ini dia belum tau tantang pekerjaan suaminnya yang pasti. Memang Nadin bernah bertemu dengan suaminya tiga kali sebelum menikah, namun sang suami tidak pernah berbicara tentang pekerjaannya.

"Kerja?"

"Iya... "

"Ke sawah....."

Nadin berpikir bahwa sang suami bekerja di sawahnya sendiri, jadi ia tidak bertannya lagi.

....................

Sudah satu minggu Nadin menjadi bagian dari keluarga ini, dia masih diperlakukan layaknya menantu.

"Nadin.... " teriak sang ibu mertua

"Iya umi.... "

Nadin yang sedang mengirisi bawang, lari tergopoh-gopoh.

"Cepet buatin teh... "

"Iya mi..... "

"Udah ada yang mateng belum masakannya..."

"Baru sayur kangkung sama tempe goreng nya mi.... "

"Jadi mantu ko lelet banget, ingat kamu di sini cuma numpang"

Nadin segera beristighfar dalam hatinya, dia ta menyangka bahwa sifat asli ibu mertuannya seperti ini, suka merendahkan orang lain.

"Udah sana cepetan buatin teh... "

"Ia mi.... "

Nadin kembali ke dapur lalu membuatkan teh untuk sang ibu mertua.

"Silahkan mi teh nya.... "

"Hem.... " sibuk dengan ponselnya

Nadin kembali ke dapur lagi, dia melanjutkan pekerjaan yang tadi tertunda.

Ya memang dia setiap harinya harus memasak untuk keluarga ini, namun mertuanya belum pernah sekasar ini.

Nadin juga jadi bingung, sebenarnya apa pekerjaan suaminya, setiap hari sang suami bangun jam sembilan pagi lalu pamit ke kobong santri sampai duhur.

Habis makan siang juga begitu, sang suami akan menuju kobong, lalu kapan bekerjanya?.

"Astaghfirulloh hal 'adzim...,kenapa jadi melamun gini..... " ucap Nadin

"Din tolong cuci in baju mba sama mas ya.... " ucap Nadia, kaka iparnya

"Sekalian cuci in punya mba sama mas Danu juga.... ya Din, biar sekalian.... " ucap Fitri, kaka iparnya yang kedua

Suami Nadin adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, dan dua kaka iparnya adalah laki-laki.

Mereka sudah menikah semua, mas Huda, kaka pertama suaminya menikah dengan mba Nadia dan dikaruniyai satu anak perempuan cantik. Mas Danu, kaka kedua suaminya menikah dengan mba Fitri dan juga sudah di karuniyai dua anak yaitu laki-laki dan perempuan.

Tapi mereka semua masih satu atap dengan orangtuanya, entah mengapa.

"Heh, di ajak ngomong malah bengong, entar kesambet baru tau rasa!!" bentak mba Nadia

Nadin segera beristighfar dalam hati.

"Maaf mba.... "

"Sarapannya udah jadi belum?, udah lapar nih....." ketus mba Nadia

"Udah mba, itu ada sayur kangkung sama tempe goreng.... "

"Kamu ga bisa masak yang lain apa, tiap hari masak nya cuma kangkung sama tempe, paling kalo bukan itu, sayur bening, emang kamu kira kita kambing apa?" ketus mba Fitri

"Mau dapat duit dari mana coba, suami aja ga kerja.... " suara hati Nadin

"Udah lah Fit ga usah protes, yang penting kita ga perlu masak...."

"Iya mba...."

Keduanya pun duduk kursi meja makan, lalu mereka memanggil suami dan anak-anak mereka dengan bertriak layaknya di lapangan.

Terpopuler

Comments

blecky

blecky

ank kyai kyk bgtu amat tingkah e

2022-10-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!