Hari ini adalah hari pernikahan Nadin dengan pria pilihan ibunya, Adnan Ramadan, seorang anak kyai terkenal sekaligus pimpinan pondok pesantren ternama.Ya mereka di jodohkan.
Nadin sudah siap dengan gaun pengantin, dia juga sudah selesai di rias. Sekarang Nadin sedang menunggu di kamar hotel, menyaksikan calon suaminya mengucap ijab qobul.
Jantungnya berdetak lebih kuat, ketika pria yang sebentar lagi menjadi suaminya mulai menjabat tangan sang paman yang menjadi walinya.
Kalimat sakral itu terdengar lantang dan keras di ucapkan.
Sah
Sah
Sah.....
Akhirnya kata "sah" terucap juga. Nadin meneteskan air mata bahagia.
Tok tok tok....
"Mba Nadin.... "
"Iya sebentar.... "
Nadin berjalan membuka pintu.
"Ayo mba... "
"Iya.... "
Nadin di bawa ke ruang ijab oleh dua sepupunya.
Semua mata tertuju padanya, tak terkecuali pria yang menjadi suaminya.
"Silahkan cium tangan suaminya.... " ucap sang penghulu
Tangan Nadin bergetar hebat, dia gugup. Hatinya ingin menyentuh namun tangannya seakan menolak.
Nadin terus berusaha untuk melawan gugupnya dan... ya dia berhasil. Sang suami mencium kening Nadin dengan lembut dan lama.
Acara terus berlanjut, sekarang dua mempelai itu sudah berdiri di pelaminan dengan senyum yang mengembang di bibir keduanya, menyambut para tamu yang berdatangan.
"Makasih ya kamu mau jadi istriku.. " bisik suaminya
"Sama-sama mas... "
............
Malam harinya.....
Nadin sudah berada di kamar pengantinnya bersama sang suami. Mereka berdua sudah selesai membersihkan dirinya.
Nadin gugup, dia berkeringat dingin, tangannya sedingin es.
Sang suami mulai mendekatinya lalu membuka jilbabnya.
"Kamu manis..."
Dan terjadilah malam yang panjang dan hangat di antara keduanya.
Pagi harinya, Nadin langsung diajak ke rumah sang suami.
"Bu, saya ijin untuk memboyong Nadin....."
"Silahkan na, ibu titip Nadin.... " pesan bu Nana, ibunya Nadin
"Tolong jaga keponakan saya ya, jangan sakiti dia, dan jangan pernah buat ia menangis... " pesan sang paman
"Insyaalloh, saya akan membahagiakan Nadin... "
Sekarang giliran Nadin yang berpamitan ke pada ibu, paman serta keluarganya yang lain.
Keharuan pun terjadi ketika Nadin menangis di pelukan sang ibu.
"Jangan nangis, masa udah jadi istri orang masih nangis.... "
Sang ibu melepskan pelukannya lalu menghapus air mata di pipi Nadin dengan kedua jempolnya.
"Ayo Din... "
"Iya mas, ibu jaga kesehatan ya.... "
"Iya na, kamu tenang aja... "
Nadin melanghkah pergi bersama sang suami dan kedua mertuanya.
.............
Suasana di dalam mobil begitu ceria, hingga perkataan bu nyai Siti menghentikan keceriaan itu.
"Adnan, umi harap kalian menunda momongan hingga kalian punya rumah sendiri.... "
Deg
Nadin langsung menunduk dalam, bukankah ucapan adalah do'a?, bahkan yang mengucapkan kalimat nya adalah seorang ibu, yang begitu di dengar setiap do'a nya.
"Kalian mau kan?" tanya nya lagi
"Iya umi.... " jawab suami Nadin
Belum sehari ia menjadi menantu di keluarga ini, dia di kagetkan dengan sifat ibu mertuanya, lalu bagaimana kedepannya?.
30 Menit kemudian, sampailah mereka di depan derbang bertuliskan "Selamat Datang Di Pondok Pesantren An-Nur".
Sang supir mobil membunyikan klakson dan terbukalah garbang itu.Kini mobil itu memasuki halaman pesantren dan berhenti di depan rumah sang mertua Nadin.
Semuanya turun dari mobil satu persatu. Nadin masih bersikap ramah tamah kepada semua keluarga sang suami.
"Ayo yang.... "
"Iya mas.... "
Nadin dan suami masuk ke kamar terlebih dahulu.
Ceklek, suami Nadin membuka pintu kamar, keduannya pun masuk.
"Mas... "
"Ya... "
"Kenapa umi tadi bilang begitu?"
"Bilang begitu apa?" pura-pura tidak tau
"Itu loh yang di mobil tadi, yang ngelarang kita buat punya anak dulu, sebelum punya rumah sendiri.... "
"Oh itu, umi cuma mau ketika kita punya anak masa depan mereka jelas, udah jangan dipikirin.... "
Nadin hanya terdiam dia terus saja memasukan baju-baju nya yang ta seberapa ke dalam lemari.
"Kamu kerjanya apa mas?" tannya Nadin
Ya dia penasarn karena selama ini dia belum tau tantang pekerjaan suaminnya yang pasti. Memang Nadin bernah bertemu dengan suaminya tiga kali sebelum menikah, namun sang suami tidak pernah berbicara tentang pekerjaannya.
"Kerja?"
"Iya... "
"Ke sawah....."
Nadin berpikir bahwa sang suami bekerja di sawahnya sendiri, jadi ia tidak bertannya lagi.
....................
Sudah satu minggu Nadin menjadi bagian dari keluarga ini, dia masih diperlakukan layaknya menantu.
"Nadin.... " teriak sang ibu mertua
"Iya umi.... "
Nadin yang sedang mengirisi bawang, lari tergopoh-gopoh.
"Cepet buatin teh... "
"Iya mi..... "
"Udah ada yang mateng belum masakannya..."
"Baru sayur kangkung sama tempe goreng nya mi.... "
"Jadi mantu ko lelet banget, ingat kamu di sini cuma numpang"
Nadin segera beristighfar dalam hatinya, dia ta menyangka bahwa sifat asli ibu mertuannya seperti ini, suka merendahkan orang lain.
"Udah sana cepetan buatin teh... "
"Ia mi.... "
Nadin kembali ke dapur lalu membuatkan teh untuk sang ibu mertua.
"Silahkan mi teh nya.... "
"Hem.... " sibuk dengan ponselnya
Nadin kembali ke dapur lagi, dia melanjutkan pekerjaan yang tadi tertunda.
Ya memang dia setiap harinya harus memasak untuk keluarga ini, namun mertuanya belum pernah sekasar ini.
Nadin juga jadi bingung, sebenarnya apa pekerjaan suaminya, setiap hari sang suami bangun jam sembilan pagi lalu pamit ke kobong santri sampai duhur.
Habis makan siang juga begitu, sang suami akan menuju kobong, lalu kapan bekerjanya?.
"Astaghfirulloh hal 'adzim...,kenapa jadi melamun gini..... " ucap Nadin
"Din tolong cuci in baju mba sama mas ya.... " ucap Nadia, kaka iparnya
"Sekalian cuci in punya mba sama mas Danu juga.... ya Din, biar sekalian.... " ucap Fitri, kaka iparnya yang kedua
Suami Nadin adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, dan dua kaka iparnya adalah laki-laki.
Mereka sudah menikah semua, mas Huda, kaka pertama suaminya menikah dengan mba Nadia dan dikaruniyai satu anak perempuan cantik. Mas Danu, kaka kedua suaminya menikah dengan mba Fitri dan juga sudah di karuniyai dua anak yaitu laki-laki dan perempuan.
Tapi mereka semua masih satu atap dengan orangtuanya, entah mengapa.
"Heh, di ajak ngomong malah bengong, entar kesambet baru tau rasa!!" bentak mba Nadia
Nadin segera beristighfar dalam hati.
"Maaf mba.... "
"Sarapannya udah jadi belum?, udah lapar nih....." ketus mba Nadia
"Udah mba, itu ada sayur kangkung sama tempe goreng.... "
"Kamu ga bisa masak yang lain apa, tiap hari masak nya cuma kangkung sama tempe, paling kalo bukan itu, sayur bening, emang kamu kira kita kambing apa?" ketus mba Fitri
"Mau dapat duit dari mana coba, suami aja ga kerja.... " suara hati Nadin
"Udah lah Fit ga usah protes, yang penting kita ga perlu masak...."
"Iya mba...."
Keduanya pun duduk kursi meja makan, lalu mereka memanggil suami dan anak-anak mereka dengan bertriak layaknya di lapangan.
Satu bulan sudah Nadin menjadi bagian dari keluarga ini. Perlakuan keluarga suaminya semakin semena mena. Jika Nadin melaporkan perlakuan para ipar dan mertuanya, maka suaminya ta segan-segan untuk main kasar.
Pernah Nadin mengeluh cape dan ingin pisah dari mertua, suaminya malah menampar pipinya berkali kali hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah, sang suami juga memukul bagian paha dan lainnya.
Nadin sudah tidak kuat untuk mendengar hinaan dan cacian dari keluarga suaminya,
Nadin pun memutuskan untuk menjadi TKI.
Hari ini adalah hari keberangkatan Nadin ke negara tempat kerjanya. Nadin hanya di antar oleh suaminya.
"Mas... "
"Ya.... "
"Mas jaga hati buat Nadin ya, do'a in Nadin biar dapat majikan baik hati...."
"Amin, mas janji bakal jaga hati buat kamu... " mancium kening Nadin.
Nadin berjalan menuju pesawat yang akan membawanya. Bukan ia saja yang akan pergi ke luar negri untuk menjadi TKI, namun banyak para temanya dari yayasan yang akan pergi hari ini juga.
Nadin bersama 10 temannya memasuki pesawat lalu duduk sesuai nomor kursi yang ada di tiket.
..............
Sampailah Nadin dan para kawanya di negara Hongkong. Nadin langsung menuju tempat majikannya.
Pagi harinya Nadin sudah bangun sejak subuh, dia sudah memandikan anak asuhnya. Sekarang Nadin sedang menyuapinya makan.
"Nadin, saya mau berangkat kerja dulu, dan saya mau nanti ketika saya pulang kerja, rumah bersih, ada makanan di meja dan anak saya juga harus sudah wangi!!!"
"Tapi bu.... "
"Ga ada tapi-tapian, sudah saya mau berangkat!!"
Brak
Anak yang di asuh Nadin menangis karena kaget dengan suara pintu yang di banting ibunya.
Majikan Nadin adalah seorang janda anak satu, dia bekerja di salah satu perusahaan properti terbesar di negara itu.
Namanya Maria Luisa, atau yang kerap di panggil Malu.
Bu Malu memiliki sifat arogan dan tidak dapat di bantah.
........
Hari ini adalah hari gajian Nadin.
"Nih gaji kamu" melemparkan amplop coklat ke wajah Nadin
"Makasih bu...."
"Sama-sama...." melenggang pergi
Nadin segera membuka amplop itu, lalu menghitung isinya.
"Ternyata ga di tambah, huh..... "
Nadin sedikit kecewa, gajinya yang dibayarkan hanya gaji sebagai pengasuh bayi, sedangkan pekerjaan rumah yang ia lakukan tidak ikut di gaji.
Dert dert.
"Halo Assalamu'alaikum mas..... "
"Wa'alikumsalam, Nadin mas minta uang"
Suaminya seakan tau kalo hari ini Nadin gajian.
"Buat apa mas?"
"Ga usah banyak nanya, cepet kirim 5 juta.... "
"Berarti semua dong mas... "
"Ya ga tau pokonya mas minta 5 juta dan harus ada!!"
"Jangan pelit-pelit sama suami, atau mau di cap istri durhaka?" suara ibu mertua
"I iya mi, Nadin kerim sekarang"
"Jangan lama-lama, wasalamu'alikum"
Sang suami langsung mematikan telponnya.
Nadin bingung, jika gajinya di kirim ke suaminya semua, dia tidak bisa membeli keperluannya.
Dengan terpaksa Nadin mengirimkan semua gajinya.
..............
Tiga tahun sudah Nadin bekerja di Hongkong, dan selama itu juga sang majikan hanya membayar gajinya sebagai pengasuh anak.
Hari ini Nadin akan pulang ketanah air. Nadin berpamitan ke majikannya.
"Bu, saya pamit.... "
"Ini pesangon untuk kamu, saya minta maaf, karena selama ini saya suka kasar ke kamu dan menjadikanmu sasaran kemarahan saya"
"Saya sudah memafkan ibu ko...."
"Do'akan saya semoga saya jadi nikah"
"Ia bu saya pamit.... "
Nadin keluar dari rumah sang majikan diiringi tangisan si kecil Clara.
............
Sekarang Nadin sudah berada di bandara yang berada di kota Jogja.
Sekarang ia sedang menunggu taksi yang sudah di pesannya.
30 Menit kemudian, taksi yang di pesannya datang.
"Dengan mba Nadin?" tanya sang supir
"Iya pak.... "
"Mari biar saya bantu masukin kopernya....."
"Silahkan pak.... "
Sang supir taksi memasukan barang barang Nadin ke bagasi.
"Makasih pak.... "
"Sama-sama, silahkan masuk.... "
Nadin pun masuk dan duduk di kursi penumpang.
Taksi yang membawa Nadin melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan.
Tiba-tiba perasaan nya tidak enak.
"Ya Alloh kenapa perasaan aku ga enak ya, apa jangan-jangan terjadi sesuatu dengan mas Adnan"
Pikiran buruk pun menghantuinya.
"Astaghfirullohal'adzim , semoga tidak ada hal buruk yang terjadi...... "
"Mba baru pulang dari mana?" tanya sang supir taksi memecah keheningan
"Dari Hongkong pak... "
"Wah sama dong sama istri saya, istri saya juga kerja di Hongkong jadi asisten rumah tangga.... "
"Wah kalo saya jadi penjaga anak pak..... "
"Oh baby siter ya mba?"
"Iya pak..... "
Alloh Hu Akbar, Alloh Hu Akbar......."
"Kita solat dulu ya mba.... "
"Iya pak...... "
Sang supir menepikan mobilnya di pelataran masjid.
Nadin segera keluar dari mobil menuju tempat wudu untuk wanita.
Nadin mengambil wudu, lalu ia bergegas masuk masjid dan melaksanakan solat tahiyatul masjid, dua roka'at.
Selesai itu Nadin berzikir, sembari menunggu iqomah.
Sang muazin sudah selsai mengumandangkan iqomah, para jama'ah juga sudah berbaris rapi menurut shofnya.
"Alloh..... hu akbar...... " suara sang imam memulai solat
5 Menit kemudian, selesailah solat dan zikir singkat.
Hati Nadin mulai tenang, sudah tidak merasa takut dan gelisah setelah solat.
"Pak kita makan siang dulu ya..... "
"Siap mba..... "
Nadin mengajak sang sang supir untuk makan siang, karena perjalanan yang akan mereka lewati pasih panjang.
Untuk sampai kedesa mertua Nadin, masih harus menempuh sekitar 4 jam an lagi.
Nadin memilih untuk majan di warung pinggir jalan saja.
Selesai makan mereka pun melanjutkan perjalanannya.
Nadin begitu menikmati pemandangan yang tersaji di kanan kirinya. Dia bahkan sudah tidak memikirkan tentang firasat buruk nya.
...........
Sampailah Nadin di depan rumah mertuanya. Para santri yang melihat dirinya memberi tatapan iba.
Nadin tak peduli, dia terus berjalan, lalu segera masuk ke dalam. Kebetulan rumah mertuanya terbuka.
Jantung nya berdetak lebih kuat karena rasa senangnya. Dia terus berjalan hingga ruang keluarga.
Bruk, tas yang di bawanya terjatuh, ketika melihat suaminya sedang suap-suapan dengan perempuan lain.
"Nadin.... "
"Mba Nadin..... "
Nadin mendekat ke arah perempuan itu lalu ia menumpahkan makanan yang berada di piring itu ke badan sang perempuan.
Sang perempuan tidak terima, dia menarik kerudung Nadin hingga lepas lalu adu jambak dan mulut terjadi.
"Dasar j*l**g.... " maki Nadin
"Apa mba?"
" Kau Ja****"
Plak, satu tamparan mendarat di pipi kanan Nadin.
Nadin terhunyung hingga jambakannya terlepas, sudut bibirnya mulai tersa perih.
"Jangan kuarang **** kamu!!" hardik sang suami
"Kenapa mas, kau tak terima jika dia ku katakan jal**g ha?"
"Dia bukan j****"
"Kalo buka ***** apa sebutan yang pantas untuk nya, pelakor, pebinor?" teriak Nadin kalap
"Ayo jawab mas" geram Nadin yang melihat suaminya hanya diam saja
"Nadin mas bisa jelaskan... " mendekati Nadin
Nadin yang melihat suaminya akan mendekat segera mengmbil gunting yang kebetulan ada di meja itu.
"Jangan mendekat, atau gunting ini akan menancab ke siapapun yang berani mendekat" ancam Nadin dengan tatapan jijik ke suaminya
Adnan terdiam di tempat dia takut kalo sang istrinya benar-benar melakukan itu.
"Kau tau mas, aku di sana kerja mati-matian tanpa gaji yang seharusnya, demi keluarga kecil kita, tapi ini balasanmu?"
"Wah ada mantu miskin nih.... " ucap ibu mertua yang entah datang darimana
"Ya aku memang miskin harta, namun aku tidak miskin hati" ucap Nadin lantang
"Ga sopan kamu" hardik sang ayah mertua sembari melayangkan tangannya.
Plak. Tangan sang ayah mertua mendarat sempurna di pipi kirinya.
"Hahaha...... " tertawa seperti orang gila
"Hebat, hebat sekali, ada kyai besar sekaligus pemimpin pondok pesantren terkenal yang di hormati, dan di agung-agungkan oleh banyak masyarakat, namun malah membela kelakuan sang anak yang jelas melanggar aturan agama"
Tak ada air mata yang keluar dari mata Nadin.Nadin sudah terlalu sakit untuk hanya mengeluarkan air mata.
"Oh aku tau, apa jangan-jangan anda ini hanya kyai gadungan yang tak punya ilmu namun gila hormat?" ejek Nadin ke ayah mertuanya
Plak. Sang suami kembali menamparnya.
"Ayo mas tampar lagi biar aku mati sekalian, biar kalian puas" menyodorkan pipinya
"Nadin mas minta maaf.... " ada sedikit rasa sesal di kalimatnya
"Adnan jangan gila kamu, ga sepantasnya kamu mengemis maaf dari dia" ucap ibunya
"Bener itu mas, mending ceraiakan saja orang gila itu" ucap Fani, istri barunya
"Iya mas benar kata mereka, ceraikan aku yang miskin dan tak berguna ini.... " ucap Nadin
"Ayo Nan cepetan ucap talak" desak sang ibu
"Diam" bentak Adnan
Semuanya terdiam.
"Aku ga akan pernah menceriakan Nadin sampaikapan pun.... " tegasnya
"Terserah kamu mas, aku sudah muak dengan semua ini"
Nadin segera membenarkan kerudungnya lalu mengambil tasnya dan berjalan meninggalkan ruangan itu.
"Nadin tunggu... "
"Ngapain sih mas, masih ngarepin perempuan kaya dia, kan sudah ada aku yang lebih cantik dan kaya.... "
"Ga usah di kejar Nan, ntar besar kepala dia" ucap ayahnya
Nadin terus melangkah hingga pintu utama.
Brak. Nadin membanting pintu itu. Para santri yang kebetulan sedang lewat terperanjat kaget. Nadin sama sekali tidak peduli, tekadnya sudah bulat dia ingin pergi dan bercerai dari suaminya.
......................................
Nadin terus berjalan tanpa tujuan, sampai terdengar suara azan maghrib.
Nadin berhenti di salah satu musola untuk menunaikan kewajibannya.
Selesai solat, Nadin memohon ampunan atas apa yang telah di lakukannya.Setelah hati dan pikirannya tenang, Nadin berjalan kembali, rencananya malam ini dia akan menginap di hotel saja.
Ta mungkin baginya untuk pulang ke rumah ibunya, karena perjalanannya butuh waktu lama, dan tubuhnya juga butuh istirahat.
Saat berjalan melewati gang yang gelap dan sepi, Nadin mendengar suara perempuan minta tolong.
"Tolong, siapa pun tolong saya...."
"Kaya ada yang minta tolong... " guman Nadin
Nadin berbalik ke gang yang sepi dan gelap. Dia mencoba mencari sumber suara.
Suaranya semakin jelas. Nadin terus melangkah hingga ia melihat dua orang preman yang sedang mengepung seorang perempuan muda yang mengenakan baju super minim, secara samar, karena hanya ada sebuah lampu berukuran 5 wat yang berwarna kuning, sebagai penerangnya.
"Tolong, siapa pun tolong saya.... "
"Haha, teriaklah sekeras-kerasnnya, tidak ada yang akan menolongmu nona manis.... " suara laki-laki
Nadin bersembunyi di balik gerobag sampah, melihat apa yang akan di lakukan oleh dua preman itu.
"Nona mending temenin kita senang-senang yu.... "
Menoel dagu si wanita.
"Cih ga sudi.... " meludahi si preman
"Ah kamu semakin menggoda, sikat bang..."
"Siap.... "
Kedu preman itu berusaha melecehkan wanita itu.
Nadin langsung keluar dari persembunyian nya, dia tak akan membiarkan dua preman itu melecehkan sang wanita.
Buk. Nadin menendang salah satu preman hingga tersungkur.
"Wah, rupanya ada pahlawan ke malaman nih"
Buk. Nadin menendang bagian organ vital preman satunya.
"Akhhh, sial.... "
Nadin tak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia langsung menarik perempuan muda itu untuk pergi.
Namun sialnya, preman yang tadi tersungkur, sudah bisa bangun dan langsung mengejar keduanya.
Lari preman itu cepat sekali hingga ia sudah dapat menyamai langkah Nadin dan perempuan muda itu.
"Hai cantik mau kemana?" hadang preman bertubuh cungkring itu
"Gimana ini mba.... " panik si perempuan muda
"Aku akan mengalihkan perhatiannya, kamu nanti langsung lari dan telpon polisi.... " bisik Nadin
Perempuan muda itu hanya ngangguk.
Nadin segera memasang kuda-kuda. Ya Nadin memiliki ilmu beladiri yang jarang di ketahui orang.
"Sini maju bang kalo berani, masa sama perempuan ga berani.... " sengaja memancing amarah
"Banyak cingcong....." melayangkan bogem mentah
Nadin segera menangkap tangan sang preman, lalu memelintir nya ke belakang. Saat sang preman kesakitan, Nadin memberi kode ke perempuan muda itu untuk kabur.
Nadin menjadikan preman itu sebagai pelampiasan amarahnya ke sang suami dan keluarganya.
"A... aaaa..... "
Bruk, Nadin menendang nya. Alhasil preman itu tersungkur lagi.
Teman nya sudah berhasil menyusul, dia langsung tak terima ketika melihat temanya kalah dengan perempuan seperti Nadin.
Jleb.
Preman itu menusuk perut Nadin dengan pisau yang di sembunyikan di balik jaketnya.
Darah segar langsung mengucur dari perut Nadin. Namun Nadin belum merasa kesakitan. Dengan sisa tenaganya dia memukul bagian perut preman itu dengan kayu.
Ui ui ui...
Suara sirene polisi, kedua preman itu langsung berlari dengan menahan sakit.
Bruk. Nadin pingsan.
................
Entah jam berapa ini, Nadin mulai sadar dari pingsannya.
"Jam berapa ini..... " gumannya
Nadin mencoba bangkit, namun bagian perut nya terasa perih.
"Au.... "
Ceklek. Seseorang membuka pintu.
"Nadin kamu sudah sadar?"
"Pergi, jangan mendekat, dasar brengsek.... " terik Nadin
Buk buk buk. Nadin melempari orang itu dengan barang yang ada di sekitarnya.
"Nadin tolong jangan begini, mas minta maaf..... " ucapnya memohon
Ya dialah sumai Nadin, Adnan.
Nadin berhenti melempari suaminya, ketika melihat suster datang.
Suster itu sedikit kaget ketika melihat ruangan yang berantakan.
Nadin hanya nyengir, canggung.
Untungnya suster itu tidak bertanya kenapa ruangannya berantakan.
"Alhamdulillah mba udah sadar, ada keluhan mba?" tanya suster itu
"Perut saya perih sus...... "
"Iya lah kan ke tusuk, periksa dulu ya mba.... "
"Hehe, ia sus... "
Suster itu memeriksa Nadin secara menyeluruh.
"Sus boleh minta tolong, usirin laki-laki yang ada di samping pintu?" berbisik
"Loh bukanya dia suami mba?"
"Mantan sus bukan suami, tolong ya sus, soalnya dia mengganggu"
"Siap, jika dia memang menganggu kenyamanan mba.... "
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!