Chapter 0.3 : Waktunya Bangkit!

Pada akhirnya aku tidur dan berhenti memikirkan hal yang tidak berguna. Tidur dan bangun serta tak melakukan apa pun, satu-satunya hal yang bisa kulakukan.

"Bocah...."

Ada suara yang memanggilku.

"Bocah...."

Suara itu lagi.

"BANGUN BOCAH TOLOL!"

"WOOAAA!"

Karena dia tiba-tiba begitu kasar, dengan spontan aku membuka kedua mataku.

"Ini di mana?"

Aku hanya bisa melihat pemandangan langit senja, terlebih lagi ... aku di udara?! Kenapa aku tidak jatuh?

"Ini adalah dunia mimpi."

Setelah mendengar suara itu lagi, aku pun melihat ke arah sumbernya.

"B-burung?!"

Burung? Kenapa ada burung raksasa di sini?!

"AKU BUKAN BURUNG! Aku Abaddon!"

Makhluk seperti manusia raksasa berkepala burung itu marah. Ngomong-ngomong apa tubuhnya itu termasuk tubuh manusia? Aku benar-benar bingung.

"Abaddon?" tanyaku dengan bingung.

Abaddon? Apa itu Abaddon?

"Itu adalah namaku, dengar ... mungkin ini bersifat tiba-tiba untukmu tapi sebenarnya aku adalah seorang iblis."

Huh?

"Iblis katamu? Mana mungkin burung besar sepertimu adalah iblis!" seruku dengan nada meragukan Abaddon.

Tiba-tiba ia mengeluarkan sesuatu seperti kain yang ujungnya terdapat benda lancip berasal dari punggungnya, jumlahnya banyak sekali. Dengan cepat semua benda itu meluncur ke arahku dan berhenti tepat di hadapan leher, wajah, dan kepalaku.

A-ampun! Aku tidak akan mengulanginya lagi!

"Baguslah jika kamu mengerti."

Abaddon menjauhkan benda-benda itu dan mengembalikannya ke punggungnya.

EH? Bagaimana dia bisa tahu kalau tidak ingin mengulanginya?

"Mudah saja, karena aku bisa membaca pikiranmu."

"Pikiranku?!"

Lagi-lagi sesuatu yang tidak kumengerti.

"Hmm sebenarnya aku bisa tahu semua isi pikiran, keinginan, dan isi hatimu. Semuanya dapat kuketahui. Jika kau bertanya bagaimana bisa, jawabannya adalah karena aku menyatu denganmu."

HUH? Menyatu? Hal bodoh macam apa lagi ini?

"INI BUKAN BODOH, AKU SERIUS. Sebenarnya kau sudah mati, kau bisa hidup kembali karena aku merasuki tubuhmu. Karena itulah kau masih hidup, ngomong-ngomong kau bukanlah manusia normal lagi. Kau adalah manusia setengah iblis, jangan sia-siakan hidupmu oke?"

Mendengar itu aku hanya bisa tercengang dan tak satupun dari perkataannya yang bisa kumengerti, semuanya terlalu rumit dan tiba-tiba. Tapi satu hal yang kumengerti adalah sebuah fakta bahwa aku masih bisa hidup. Itu saja.

Jadi aku tidak mati saat tertimbun rumah yang terbakar itu?!

"Kau mati kok."

Burung itu langsung menjawab keraguanku. Tapi apa maksudnya bahwa aku mati? Bukankah aku masih hidup dan sempat bertemu kakek itu?

"Sebenarnya ini cukup rumit, sebenarnya aku tidak berencana merasuki tubuhmu. Bahkan aku tidak tahu dari mana asalmu!?"

"Jadi, bagaimana kau menemukanku?"

"Aku hanya kebetulan menemukanmu di pintu masuk menuju dunia ini, kebetulan aku juga sedang sekarat. Jadi aku langsung memasuki tubuhmu tanpa pikir-pikir dulu, karena hal itulah yang membuat kita berdua masih hidup."

"Pintu masuk dunia ini?"

"Sepertinya ada suatu pihak yang memanggilmu ke dunia ini, tapi mereka terlambat karena kau telah mati. Sepertinya mereka beruntung karena aku kebetulan ada, mereka pasti memiliki rencana yang sama sepertiku."

Abaddon yang tadinya terus melayang di udara, kini mendaratkan kakinya ke awan di bawahnya yang merupakan tempatku berpijak.

Kurasa awan ini cukup keras.

Dia pun langsung duduk bersila sama sepertiku.

Aku sudah benar-benar tidak tahu lagi ... ini dan itu datang begitu saja, hanya membuat kepalaku pusing saja.

"Jadi apa yang sebenarnya kau inginkan? Tentu aku juga penasaran dengan pihak yang membawaku. Untuk sekarang aku ingin tahu tujuanmu, Abaddon-san."

"Nah ... kau baru memanggilku dengan benar, baiklah akan kuberitahu."

Abaddon-san terdiam sejenak sembari melihat langit senja yang ada di hadapan kami.

"Sebenarnya aku telah dikhianati oleh temanku sendiri. Dia adalah Lucifer, yang merupakan Raja Iblis Besar. Aku sendiri juga merupakan Raja Iblis Besar, hanya kami berdua yang memiliki gelar itu. Suatu hari ia menjebakku hingga akhirnya membuatku terpaksa kabur dari dimensi iblis dan aku pun berakhir terjebak di persimpangan dunia. Dan pada saat itulah aku menemukannya tengah lewat dari pintu dunia satu ke pintu dunia ini, dengan cepat aku merasukimu agar bisa kabur."

"Jadi kau hanya memanfaatkanku?" tanyaku kepadanya dengan nada meragukan dan aku pun bersiap-siap untuk pergi.

Walaupun aku tidak tahu mau pergi ke mana.

"Tidak bukan begitu. Hei bocah ... mari kita membuat kesepakatan."

"Kesepakatan?"

Jangan-jangan?! Sebuah kontrak terlarang?!

"Bukan woi!"

Mendengarnya berteriak, aku menjadi terkagetkan dan membuang jauh-jauh pikiranku yang sebelumnya.

"Begini ... kau harus membantuku memusnahkan semua iblis yang ada di seluruh dunia, sebagai gantinya aku akan membantumu menangani masalah apa pun itu. Tapi maaf, aku harus hibernasi untuk sementara waktu demi memulihkan kondisiku. Jadi aku takkan muncul dipikiranmu maupun mimpimu. Jika saat itu telah tiba, aku akan bangun dan mulai berbicara denganmu lagi di dunia mimpi ini. Jangan ceritakan kepada siapapun dengan diriku, bersikaplah seperti tidak pernah menemuiku!"

Aku akhirnya mengerti, pada dasarnya dia ingin berubah.

"Baiklah! Akan kubantu."

"Terima kasih, Kazuya."

Walaupun aku tidak begitu tahu ekspresi seperti apa yang ia tunjukkan kepadaku, tapi aku tahu dia sekarang sedang senang. Baru kali ini aku mendengar ada seorang iblis yang ingin kembali ke jalan cahaya, hmmm bagaimana istilahnya ya?

"Memang benar, tidak normal seorang iblis kembali ke jalan yang benar. Yang ada hanyalah malaikat yang jatuh ke jalan kegelapan, itulah yang disebut Fallen Angel. Hmm untuk kasusku, kurasa sebutan yang pas adalah Rising Demon."

"Jadi kau benar-benar akan kembali ke jalan yang benar?"

Aku meragukannya karena ia pada dasarnya adalah iblis.

"Ya, aku benar-benar akan berubah haluan. Mungkin Tuhan akan sulit menerima iblis yang penuh dosa sepertiku, tapi aku akan berusaha agar diterima!"

Aku pun berpikir ... jadi tidak semua iblis itu jahat 'kah? Jika ada sesuatu yang terjadi kepada kehidupan mereka, maka mereka akan berubah. Ternyata sama saja seperti manusia.

"Bukankah ini saatnya untukmu agar segera bangun?"

"Bangun? Untuk apa aku melakukan itu? Lagipula aku sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi."

"Kau masih punya."

Huh? Apa maksudmu?

Aku berdiri dan melompat menjauh darinya dengan posisi langsung berbalik pada saat melompat menjauh. Aku merasa tidak mempercayainya lagi.

"Ketika tubuhmu mulai masuk ke dunia, aku merasakan banyak sekali jiwa yang masuk dalam waktu bersamaan denganmu. Tapi semuanya terpencar di tempat yang berbeda-beda."

Aku terkejut ... jadi apa ada kemungkinan besar bahwa mereka bernasib sama sepertiku?

"Ya, kemungkinan besar keluargamu ada di dunia ini. Jadi bangkitlah dan jangan terlalu lama menetap di tempat itu dengan menyedihkan seperti itu!"

Benar ... aku harus bangkit. Terlebih lagi, aku tahu bahwa aku masih tidak sendiri. Masih ada mereka! Aku tidak boleh membuang-buang waktuku di tempat kumuh itu! Terima kasih Abaddon-san ... mataku telah terbuka sekarang.

Aku pun mulai berdiri dengan tegak dan penuh rasa percaya diri, sudah tidak ada lagi keraguan dan kesedihan yang mengganjal di hatiku. Sebenarnya memang masih ada banyak, hanya saja dengan ini aku masih bisa bangkit.

"Kalau begitu aku mau bangun dulu, Abaddon-san."

"Ya, seperti kataku tadi. Akan kupanggil kau lagi ketika aku benar-benar pulih, baiklah aku mau tidur dulu."

Abaddon-san langsung tidur begitu saja di atas awan ini.

Ya sudahlah, terima kasih Abaddon-san.

Dan pada akhirnya aku mulai membuka mataku dan mencoba berdiri.

Haha tidak bisa 'kah ... kucoba merangkak saja!

Aku pun mulai keluar dari tempat ini dengan merangkak sekuat tenaga dan ternyata....

Ah, kakek itu.

"Hah ... akhirnya kamu keluar juga Nak. Apa kamu sudah mulai lega?" tanya kakek itu dengan nada biasa seakan-akan tidak terjadi apapun.

Sebelum menjawabnya, aku melihat sekitar sejenak dan ternyata tempat ini adalah sebuah gereja. Namun gereja ini terlihat kumuh dan tak terawat, sepertinya tempat ini sudah ditinggalkan.

"Kakek ... kenapa kau menungguku?" tanyaku dengan suara serak.

"Aku di sini bukan untuk menunggumu selama seminggu, tapi aku hanya mencari suatu barang di sini!"

Tsundere kah? Tapi yang terpenting adalah makanan. Ya, saat ini aku membutuhkannya dan kurasa juga mandi?

"Kakek ... apa kau punya makanan?"

"Huh?"

Haha benar juga ya, mana mungkin dia mau memberiku makanan.

"Ikutlah denganku."

"Eh? Tapi-"

"Kau mau makan atau tidak? Karena itu ikut saja denganku, selain itu segera mandilah, aku tak tahan terus bicara denganmu kalau badanmu bau. Sini kemarilah, akan kugendong kau."

Walaupun aku merasa tidak enak, tapi tidak ada pilihan lain selain mematuhinya dan menjalankan perintahnya.

Setiba di luar, aku melihat sebuah lahan yang besar dan di sekitarnya ada 2 bangunan. Satunya terlihat seperti Dojo dan yang satunya lagi adalah sebuah rumah, selain itu di belakangnya terdapat sebuah sungai.

Kakek ini pun membawaku ke dalam rumahnya.

****

Setelah tiba di dalam rumah, kakek itu meletakkanku di lantai.

"Maaf menumpang...," gumamku.

"Duduklah di sana, aku akan membawakan makanan untukmu."

Kakek itu menyuruhku duduk di meja makan.

Aku pun mulai merangkak menuju meja makan.

Meja makan itu diletakkan di atas lantai kayu dan tidak ada satupun kursi di sini, kurasa aku harus duduk di lantai.

Tak lama kemudian dia kembali dengan membawa beberapa ubi kukus dalam piring dan aku pun dengan segera memakannya.

Setelah selesai dia menyuruhku mandi, kemudian menyuruhku tidur.

Dia terus memberiku makanan gratis selama seminggu tanpa berkata apa-apa kepadaku. Setelah tubuhku mulai sehat kembali, dia pun mulai bertanya kepadaku.

"Pertama, namaku adalah Don Rosei. Aku adalah seorang Master Karate dan juga pemilik dojo yang ada di sebelah rumah ini. Namamu siapa Nak?"

"Aku Kazuya, Takagi Kazuya."

"Hmm ... nama yang aneh tapi terserahlah."

Setelah itu dia mulai menanyaiku tentang keluargaku, asal usulku dan sebagainya. Semua kujawab dengan sejujur-jujurnya tanpa berniat untuk membohonginya karena aku tahu bahwa dia adalah orang baik.

Responnya terlihat biasa, namun yang kutahu dia merasa bersimpati kepadaku.

"Hmm ... jujur saja aku belum begitu mengerti tentang alasan dirimu yang tiba-tiba berada di gereja itu. Tapi yang kutahu, kau terpanggil oleh sesuatu. Sesuatu yang sangat membutuhkan bantuanmu sampai-sampai menunggu saat yang tepat untuk memanggilmu."

"Sesuatu?"

"Entahlah...."

Ahh ... pihak yang dimaksud Abaddon-san tadi. Hmm tunggu dulu ... jika kakek ini adalah seorang guru bela diri, bukankah ini adalah kesempatan?! Jika aku berlatih, maka paling tidak aku bisa melindungi diriku di luar sana.

"Kakek ... apa kau mau menjadikanku sebagai muridmu?"

"Muridku? Boleh-boleh saja, alasannya apa?"

"Paling tidak yang kuiginkan adalah kekuatan untuk melindungi orang yang kusayangi. Apakah boleh?" ucapku dengan bersemangat dan penuh dengan tekad.

"Pfft Hahahaha!"

Kakek itu malah tertawa terbahak-bahak, tentunya aku merasa sangat heran dengan perilakunya bahkan aku pun mulai merasa kesal.

"Baru kali ini aku menemukan seorang anak menarik sepertimu, kukira kau hanyalah bocah manja ... ternyata aku salah! Aku suka tekadmu Nak!"

Aku tidak tahu apakah ini pujian atau bukan.

"Ha ha ... jadi?"

Aku hanya tertawa dengan pahit, kemudian menanyai kepastiannya.

"Jadi ... apa?"

Mendengar itu, aku secara reflek langsung jatuh dengan ekspresi konyol kemudian langsung berdiri lagi dan mulai mengomelinya.

"Aku bercanda kok~ Datanglah ke dojo besok...."

"Benarkah?!"

"Untuk sekarang tolong bersihkan tempat ini, masa aku yang harus selalu melakukannya!"

"Hehe, iya iya Master."

Pada akhirnya aku mulai tinggal di sini.

Mungkin masih ada sedikit perasaan sedih dan marah yang terjanggal di hatiku ini, tapi sekarang yang kutahu adalah aku ini masih hidup dan masih punya kesempatan untuk menyelamatkan semuanya.

Baiklah! Aku akan menyelamatkan kalian! Tunggu saja!

 

 

TO BE CONTINUED....

 

 

Note :

Abaddon adalah iblis terkuat di dunia setelah Lucifer. Julukannya memiliki arti kebinasaan atau si penghancur. Ia sering disetarakan dengan Asmodeus yang merupakan salah satu raja neraka.

Terpopuler

Comments

MhadiS

MhadiS

waduh seru

2019-09-05

2

Ahmad ardi Sulaiman

Ahmad ardi Sulaiman

astaga kok kosong lagi?!?!?

2019-08-25

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 0.1 : Despair
2 Chapter 0.2 : Aku Tidak Mau Hidup Lagi....
3 Chapter 0.3 : Waktunya Bangkit!
4 Chapter 0.4 : Akihiko
5 Chapter 1.1 : The Begining Of Journey
6 Chapter 1.2 : Grande Colleseum Tournament
7 Chapter 1.3 : Pencuri Misterius dan Penginapan
8 Chapter 1.4 : Yatohira Kyosuke
9 Chapter 1.5 : Chaos Plant
10 Chapter 1.6 : Lawan yang Sulit
11 Chapter 1.7 : Semi Final
12 Chapter 1.8 : Babak Terakhir
13 Arc 4 : Celestial Gate - Chapter 10 : Crescendo
14 Arc 4 : Celestial Gate - Chapter 11 : Celestial Gate
15 Arc 4 : Celestial Gate - Chapter 12 : Negeri Terburuk, Ekime
16 Arc 4 : Celestial Gate - Chapter 13 : Roussel Household
17 Arc 4 : Celestial Gate - Chapter 14 : Kecelakaan?!
18 Arc 4 : Celestial Gate (END) - Chapter 15 : Kumakiri Shino
19 Arc 5 : Everlude Realm - Chapter 16 : Adamante Recisa
20 Arc 5 : Everlude Realm - Chapter 17 : Halangan
21 Arc 5 : Everlude Realm - Chapter 18 : Absolute Defense
22 Arc 5 : Everlude Realm - Chapter 19 : Crusade
23 Arc 5 : Everlude Realm - Chapter 20 : Lost Bastille I
24 Arc 5 : Everlude Realm (END) - Chapter 21 : Lost Bastille II
25 Arc 6 : Invasion - Chapter 22 : Serangan
26 Arc 6 : Invasion - Chapter 23 : Irene Vs Pavel
27 Arc 6 : Invasion - Chapter 24 : Ketidakpastian
28 Arc 6 : Invasion - Chapter 25 : Groundway
29 Arc 6 : Invasion - Chapter 26 : Tempat Rahasia
30 Arc 6 : Invasion - Chapter 27 : Kembalinya Ingatan dan Orang-orang Menarik
31 Arc 6 : Invasion - Chapter 28 : Trio Garnet
32 Arc 6 : Invasion - Chapter 29 : Awal Dari Invasi
33 Arc 6 : Invasion - Chapter 30 : Kesulitan Yang Terjadi Di Kota
34 Arc 6 : Invasion - Chapter 31 : Jati Diri I
35 Arc 6 : Invasion - Chapter 32 : Jati Diri II
36 Arc 6 : Invasion - Chapter 33 : Rasa Ingin Melawan
37 Arc 6 : Invasion - Chapter 33,5 : Pelatihan 3 Bulan
38 Arc 6 : Invasion - Chapter 34 : Menentang Kematian I
39 Arc 6 : Invasion - Chapter 35 : Menentang Kematian II
40 Arc 6 : Invasion - Chapter 36 : Engage To War Zone
41 Arc 6 : Invasion - Chapter 39 : Distopia I
42 Arc 6 : Invasion - Chapter 40 : Distopia II
43 Arc 6 : Invasion - Chapter 41 : Distopia III
44 Arc 6 : Invasion - Chapter 42 : Jatuhnya Avalon
45 Arc 6 : Invasion - Chapter 43 : Kerusuhan Kota Abel I
46 Arc 6 : Invasion - Chapter 44 : Kerusuhan Kota Abel II
47 Arc 6 : Invasion - Chapter 45 : Mengulang
48 Arc 6 : Invasion - Chapter 46 Part 1 : Siklus Pengulangan
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Chapter 0.1 : Despair
2
Chapter 0.2 : Aku Tidak Mau Hidup Lagi....
3
Chapter 0.3 : Waktunya Bangkit!
4
Chapter 0.4 : Akihiko
5
Chapter 1.1 : The Begining Of Journey
6
Chapter 1.2 : Grande Colleseum Tournament
7
Chapter 1.3 : Pencuri Misterius dan Penginapan
8
Chapter 1.4 : Yatohira Kyosuke
9
Chapter 1.5 : Chaos Plant
10
Chapter 1.6 : Lawan yang Sulit
11
Chapter 1.7 : Semi Final
12
Chapter 1.8 : Babak Terakhir
13
Arc 4 : Celestial Gate - Chapter 10 : Crescendo
14
Arc 4 : Celestial Gate - Chapter 11 : Celestial Gate
15
Arc 4 : Celestial Gate - Chapter 12 : Negeri Terburuk, Ekime
16
Arc 4 : Celestial Gate - Chapter 13 : Roussel Household
17
Arc 4 : Celestial Gate - Chapter 14 : Kecelakaan?!
18
Arc 4 : Celestial Gate (END) - Chapter 15 : Kumakiri Shino
19
Arc 5 : Everlude Realm - Chapter 16 : Adamante Recisa
20
Arc 5 : Everlude Realm - Chapter 17 : Halangan
21
Arc 5 : Everlude Realm - Chapter 18 : Absolute Defense
22
Arc 5 : Everlude Realm - Chapter 19 : Crusade
23
Arc 5 : Everlude Realm - Chapter 20 : Lost Bastille I
24
Arc 5 : Everlude Realm (END) - Chapter 21 : Lost Bastille II
25
Arc 6 : Invasion - Chapter 22 : Serangan
26
Arc 6 : Invasion - Chapter 23 : Irene Vs Pavel
27
Arc 6 : Invasion - Chapter 24 : Ketidakpastian
28
Arc 6 : Invasion - Chapter 25 : Groundway
29
Arc 6 : Invasion - Chapter 26 : Tempat Rahasia
30
Arc 6 : Invasion - Chapter 27 : Kembalinya Ingatan dan Orang-orang Menarik
31
Arc 6 : Invasion - Chapter 28 : Trio Garnet
32
Arc 6 : Invasion - Chapter 29 : Awal Dari Invasi
33
Arc 6 : Invasion - Chapter 30 : Kesulitan Yang Terjadi Di Kota
34
Arc 6 : Invasion - Chapter 31 : Jati Diri I
35
Arc 6 : Invasion - Chapter 32 : Jati Diri II
36
Arc 6 : Invasion - Chapter 33 : Rasa Ingin Melawan
37
Arc 6 : Invasion - Chapter 33,5 : Pelatihan 3 Bulan
38
Arc 6 : Invasion - Chapter 34 : Menentang Kematian I
39
Arc 6 : Invasion - Chapter 35 : Menentang Kematian II
40
Arc 6 : Invasion - Chapter 36 : Engage To War Zone
41
Arc 6 : Invasion - Chapter 39 : Distopia I
42
Arc 6 : Invasion - Chapter 40 : Distopia II
43
Arc 6 : Invasion - Chapter 41 : Distopia III
44
Arc 6 : Invasion - Chapter 42 : Jatuhnya Avalon
45
Arc 6 : Invasion - Chapter 43 : Kerusuhan Kota Abel I
46
Arc 6 : Invasion - Chapter 44 : Kerusuhan Kota Abel II
47
Arc 6 : Invasion - Chapter 45 : Mengulang
48
Arc 6 : Invasion - Chapter 46 Part 1 : Siklus Pengulangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!