Chaos Eternity : The Abrasive World

Chaos Eternity : The Abrasive World

Chapter 0.1 : Despair

15 November 2009. Adalah hari ulang tahunku yang ke-10.

Ulang tahunku diadakan pada siang hari di rumah kakek yang berada di Kyoto, Jepang. Rumahnya berada di daerah pedalaman pegunungan, jadi tak ada satupun pemukiman lain di sekitar, hanya ada rumah kakek dan nenek saja. Orang tua, kakek, nenek, paman, bibi, kakak, sepupu, dan beberapa temanku datang di sana untuk merayakan ulang tahunku.

Namaku Takagi Kazuya. Aku merupakan seorang anak yang cukup mandiri, di usia 8 tahun aku mulai melakukan apapun sendiri, contohnya seperti mandi, cuci piring, mencuci pakaianku sendiri dan beberapa hal mendasar lainnya.

Ini semua berkat didikan orang tuaku yang senantiasa mengajariku dan kedua kakakku untuk bisa melakukan sesuatu sendiri tanpa terus dimanjakan.

Bukan berarti mereka tidak menyayangi kami, mereka hanya ingin membuat kami menjadi anak-anak yang rajin. Mereka selalu memberi kasih sayang kepada kami, karena itulah kami tidak membenci mereka ataupun bersikap egois.

"Nee ... Misa-nee, kuenya mana?"

"Tunggu sebentar ya~ Kuenya lagi diantar, sabar ya~" ucap Misa-nee dengan tersenyum sambil mengelus kepalaku.

"Ya! Ayo main game Maera-kun!" seruku kepadanya dengan nada antusias.

"Memangnya di sini ada konsol game?" jawab Maera dengan mengangkat alisnya ke atas.

"Bukan! Maksudku main Shogi!" jawabku dengan rasa percaya diri.

"Memangnya kau bisa main begituan?" tanya Maera dengan nada ragu.

"Hehe, gini-gini aku pemain pro loh!" jawabku dengan bangga sembari mengepalkan tanganku ke dadaku.

"Main ini saja ya, Kazuya. Kalian masih tidak pantas main Shogi."

"Eh?! Membosankan ... baiklah main Kendama aja!"

Pada akhirnya aku dan Maera memainkan Kendama di ruang tamu. Para gadis seperti Yusa-neesama, Lisa, dan Miku-neesan sedang bermain di teras.

Akihiko-nii, Saburo-nii, Haru-san pergi ke ruang makan untuk membantu nenek dan bibi mempersiapkan meja dan hal-hal lain. Ibu, ayah, paman, dan kakek berada di kebun. Misa-nee sedang menunggu tukang antar kue ulang tahun di teras.

"Haha, ada apa Kazuya? Daritadi tidak akurat."

Maera malah membuatku terlihat seperti orang bodoh. Ya ya jika aku memang buruk, lagipula aku tidak begitu suka permainan tradisional seperti ini.

"Aku berhenti~" ucapku, aku benar-benar bosan sekarang.

"EH? Terserahlah, aku pun juga sudah bosan. Oke Kazuya, aku mau bantu-bantu saja. Sampai nanti!"

Maera pergi dari hadapanku, dia pergi ke arah dapur untuk membantu nenek dan bibi.

Sekarang apa yang harus kulakukan? Lihat televisi saja ah.

Aku pun duduk di sofa dan mengambil remot yang diletakkan di meja di sebelah kiri sofa, aku menyalakan televisi dan saat ini tengah menonton anime.

****

Akhirnya persiapan sudah selesai dan kue ulang tahun juga sudah tiba. Semuanya berkumpul di ruang makan untuk mengucapkan ulang tahun kepadaku.

Mereka semua duduk di kursi masing-masing, sedangkan aku berdiri di depan kue ulang tahun yang terletakkan di meja makan. Mereka melihat ke arahku.

"Kazuya? Ada apa Nak?" tanya ibu.

"Sini kemarilah! Inikan ulang tahunmu, jangan ragu-ragu mengeluarkan rasa senangmu."

Ayah tersenyum ke arahku.

Selain ayah, yang lainnya juga tersenyum kepadaku dan menungguku untuk duduk.

Ya, benar. Ini adalah ulang tahunku. Lagipula ini juga pertama kalinya untukku, karena ... mereka sebelumnya belum pernah mengadakan pesta ulang tahun untukku.

Aku senang. Ini akan menjadi kenanganku yang paling berharga!

"Ya!" jawabku dengan nada senang sembari duduk di kursi.

Aku yang tadinya masih ragu-ragu kini menjadi lega, sekarang aku hanya ingin bersenang-senang.

*Ring*

Tiba-tiba suara bel pintu berbunyi.

"Biar aku saja yang membuka pintu," ucap ibu yang segera berjalan ke arah pintu masuk.

Keadaan yang tadinya tengah penuh kebahagiaan, sekarang menjadi tegang. Kami semua menjadi terdiam dan khawatir.

Karena ... memangnya siapa yang mau berkunjung di tempat terpencil di atas gunung ini? Kata kakek dan nenek, mereka hampir tidak pernah mendapatkan kunjungan selain dari keluarga sendiri. Warga yang ada di kota di bawah gunung, nampaknya juga tidak ada yang mengetahui keberadaan rumah ini.

Aneh … bahkan anak kecil sepertiku tahu bahwa ini aneh.

"Ibu kok lama sekali?"

"Tunggu Kazuya, ayah akan melihat keadaan ibumu dulu. Jadi tetaplah di sini dengan yang lain," ucap ayah yang terlihat khawatir.

Kini giliran ayah yang pergi.

Aku khawatir. Jangan-jangan ada sesuatu yang terjadi!?

"Aku mau menyusul mereka!" seruku yang berdiri dari kursi.

"Jangan Kazuya!" seru bibi yang membuat ekspresi khawatir.

"Kenapa?" tanyaku dengan polos.

"Benar, ada apa? Apa jangan-jangan ini karena kasus yang diberitakan di televisi waktu itu?!"

Paman sepertinya tahu sesuatu.

"Ini memang tentang para penculik terkenal itu. Tapi semoga saja itu tidak terjadi kita."

"Kamu dengar 'kan? Mari kita tunggu mereka hingga kembali dan kita akan melanjutkan pesta."

Walaupun begitu aku tetap khawatir.

Aku beranjak pergi dari kursi dan membelakangi mereka semua.

"Sepertinya aku memang tetap harus pergi! Ayah, ibu ... aku akan datang!"

Aku pun berjalan lurus menuju pintu keluar ruang makan.

"Oi tunggu!"

"Kazuya!"

Ada dua suara yang sepertinya mengikutiku.

Setelah tiba di luar ruang makan, aku pun berbelok ke kanan lalu ke kiri dan ke kanan lagi untuk menuju pintu keluar dari rumah ini.

Aku pun berbalik ke belakang untuk melihat siapa yang ikut.

"Misa-nee! Saburo-nii! Kenapa kalian mengikutiku?!" tanya dengan nada terkejut.

"Hah? Kau bicara apa? Tentu saja kami juga khawatir dengan mereka," jawab Saburo-nii.

"Kita semua 'kan adalah anak mereka, jadi wajar 'kan kalau kita khawatir bahkan sampai-sampai seperti ini!" ucap Misa-nee.

"Hehe benar juga. Ayo kita keras kepala bersama-sama!"

"Ya!" jawab mereka berdua.

Benar, memang sejak dulu kami bertiga selalu keras kepala. Sekalinya khawatir, langsung meninggalkan apa yang dikerjakan dan pergi mengurusi sesuatu yang dikhawatirkan. Saat membantu orang pun kami juga keras kepala, kami selalu terus membantu orang itu hingga masalahnya benar-benar selesai.

Hehe dengan itu para tetangga dan mereka yang ada di distrik toko, menjadi menyukai kami.

Kami bertiga pun membuka pintu menuju ke luar.

Setiba di luar, terlihat ada beberapa jejak kaki yang terlihat di tanah.

"Oi, ada jejak kaki di sini!" seruku memanggil mereka berdua yang sempat terpisah sedikit jauh karena memeriksa beberapa tempat.

Misa-nee dan Saburo-nii segera datang ke sini.

"Ah, kau benar! Memang ada jejak kaki di sini. Terlebih lagi jumlahnya banyak sekali, satu dua- tidak tujuh!" respon Saburo-nii sembari berjongkok memperhatikan ketujuh jejak kaki itu.

"Hmm semuanya adalah jejak orang dewasa. Salah dua di antaranya adalah ayah dan ibu," ucap Misa-nee yang membuat wajah orang yang yakin.

"Benarkah? Misa-neesan?" tanya Saburo-nii.

"Pokoknya ... ayo kita periksa saja!" seruku yang maju terlebih dulu dan berhenti sejenak untuk menoleh ke arah mereka berdua.

"Ayo." Misa-nee melihat ke arah Saburo-nii.

Saburo-nii membalas dengan anggukan.

Dengan ini kami bertiga mengikuti sekumpulan jejak kaki itu.

Sepertinya jejak kaki mereka mengarah ke kebun milik nenek. Kebun milik nenek sendiri berjarak 200 meter dari rumah naik ke atas gunung.

Sesampai di sana. terlihat 5 orang pria sedang mengerubungi seseorang, namun tidak begitu kelihatan karena tertutupi oleh beberapa tanaman sayur-sayuran.

Kami pun mendekat dan ternyata....

"UH! UH! H-Hentikan!...," teriak ibu dengan lemah sembari terlihat menangis.

"HAH?! DIAM KAU DASAR JALANG!" seru seorang dari mereka dengan bengis memukul ibuku dan terus mempermainkan tubuh ibuku.

"IBU!!" seru kami dengan keras setelah melihat hal itu.

"HAH? Target kita malah datang dengan sendirinya, langsung saja culik mereka!"

"Kazuya! Pergilah! Beritahu yang lainnya, kami berdua akan menghajar mereka!" ucap Misa-nee dengan tegas dan rasa takut yang tergambarkan di wajahnya.

"Tapi-" jawabku dengan ragu.

"Cepat!" seru Saburo-nii dengan serius.

"Kalian semua pergilah! Tinggalkan ibu saja!" teriak ibu dengan lemah sembari meronta-ronta melawan orang yang memperkosanya.

"SUDAH KUBILANG DIAM!" seru seorang dari mereka dengan nada kasar sembari menusuk ibuku dengan pisau miliknya karena terus meronta-ronta ketika tubuhnya dipermainkan.

"Bodoh! Kenapa kau malah menusuknya! Lupakan saja, segera habisi dia," seru seorang yang terlihat sebagai pemimpin mereka kepada temannya yang menusuk ibu tadi lalu dia menyuruh seseorang untuk menghabisi ibu.

"Ya, baiklah!" ucapnya sembari mengambil kapak besar miliknya yang ia letakkan di tanah.

"IBU!" seru kedua kakakku yang langsung berlari ke arah ibu namun mereka dihalangi oleh dua orang di antara mereka.

Aku sendiri tidak bisa apa-apa, hanya bisa berlutut ketakutan.

Mereka pun juga membawa senjata tajam seperti golok dan membawa pistol, membuat kedua kakakku tidak bisa berbuat apapun.

Mereka semua mengikat ibu secara menyilang, kemudian si pembawa kapak besar itu mendaratkan kapaknya ke arah tepat di bagian tengah tubuh ibu secara vertikal yang menyebabkan tubuhnya terbelah menjadi dua.

Selain mengeluarkan darah, organ tubuh milik ibuku banyak yang ke luar. Pada akhirnya ia meninggal dalam keadaan seperti itu.

Selain itu ternyata ayah juga berada di sana dan mati dalam keadaan yang sama pula seperti ibu.

"I-Ibu...," ucap Misa-nee yang langsung berlutut dan mulai menangis histeris.

"I-"

Saburo-nii terlihat tertegun dan tatapan wajahnya terlihat kosong sembari mengeluarkan air mata.

"Ng! HUEK! Uhuk! Uhuk!" responku yang melihat hal itu muntah sembari membuat wajah ketakutan.

Aku dengan ketakutan cepat berlari menuju ke rumah untuk memberi tahu yang lainnya tentang hal ini, selagi mereka berdua menahan orang-orang itu.

Maafkan aku Misa-nee, Saburo-nii!

"WOI! BOCAH!" seru salah satu dari mereka yang melihatku lari ke arah rumah dengan ketakutan.

"Biarkan saja, lagipula percuma dia memberitahu keluarganya."

****

Saat tiba di ruang tamu, ternyata yang lainnya terkapar di lantai dengan keadaan tak bernyawa dan kehilangan beberapa bagian tubuh mereka, seperti kepala dan tubuh bagian atas. Namun sepupu dan teman-temanku tidak ada di sekitar.

"A-apa ini?! Kenapa? kenapa? Mereka SEKEJAM INI!!" teriakku dengan sangat keras sembari berteriak menangis dan ketakutan sembari muntah kembali.

"Teman-teman ... YA! Masih ada mereka!" gumamku dengan merasa masih punya harapan dan kemudian aku mencari mereka di seluruh seluk beluk rumah ini.

Tetapi mereka tak kunjung kutemukan.

Selanjutnya aku pergi ke luar lagi untuk melihat apakah mereka berada di luar.

Setiba di sana, mereka terlihat sudah dalam keadaan kedua tangan terikat terikat dan sedang dibawa pergi oleh banyak pria yang memakai topeng, jumlah mereka adalah sepuluh.

Dengan cepat aku berlari menuju mereka untuk menyelamatkan mereka semua.

Usahaku digagalkan oleh seorang di antara mereka, dengan sebuah pukulan telak yang membuatku jatuh tergeletak di tanah kemudian aku mengerang kesakitan. Karena aku begitu banyak melawan, akhirnya mereka menangkapku dan membuangku di dalam rumah. Kemudian mereka membakar rumah Kakek.

Orang-orang yang membawa yang lainnya telah pergi meninggalkanku, dalam keadaan terikat di dalam rumah yang sedang terbakar.

"Hmph! Hmph! HMPH!"

Aku hanya bisa berteriak sembari menangis ketakutan dengan mulutku yang diselotip dan badanku yang terikat oleh tali.

Di saat atap rumah mulai roboh, aku menutup mataku dan merasa pasrah.

Aku tarik ucapanku ... bodohnya aku mengatakan ini akan menjadi kenangan berharga!

Ini ... mimpi buruk.

TO BE CONTINUED....

Note :

#Shogi merupakan catur Jepang yang populer. Berbeda dengan catur kebanyakan, Shogi memainkan kembali bidak lawan yang sudah ditangkap.

#Kendama adalah mainan yang terdiri atas bola yang terhubung dengan tali. Dipercaya ada lebih dari 1.000 lebih teknik untuk memainkannya.

Terpopuler

Comments

Turboman

Turboman

Bikin cover ceritanya di mana kak ?

2021-06-03

1

Feby Ardiansyah

Feby Ardiansyah

Sadis asli, semua dibantai.
Pemilihan judulnya pas banget sama isi chapter. Keren Thor, nitip sendal ya, hehe.

Btw salam kenal ya
Mampir juga yuk ke ceritaku,
"Magiblood: Trapped in Another World".

Jangan lupa tinggalin Like, Vote dan Comment ;)

Semangat terus nulisnya!
Mari kita saling dukung

2020-06-06

1

Alensa

Alensa

keren Thor ... lanjut mampir di sini juga, Kak "surga kedua di hatiku" like, vote dan coment ya, kakak ❤❤🙏🙏🙏

2020-04-24

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 0.1 : Despair
2 Chapter 0.2 : Aku Tidak Mau Hidup Lagi....
3 Chapter 0.3 : Waktunya Bangkit!
4 Chapter 0.4 : Akihiko
5 Chapter 1.1 : The Begining Of Journey
6 Chapter 1.2 : Grande Colleseum Tournament
7 Chapter 1.3 : Pencuri Misterius dan Penginapan
8 Chapter 1.4 : Yatohira Kyosuke
9 Chapter 1.5 : Chaos Plant
10 Chapter 1.6 : Lawan yang Sulit
11 Chapter 1.7 : Semi Final
12 Chapter 1.8 : Babak Terakhir
13 Arc 4 : Celestial Gate - Chapter 10 : Crescendo
14 Arc 4 : Celestial Gate - Chapter 11 : Celestial Gate
15 Arc 4 : Celestial Gate - Chapter 12 : Negeri Terburuk, Ekime
16 Arc 4 : Celestial Gate - Chapter 13 : Roussel Household
17 Arc 4 : Celestial Gate - Chapter 14 : Kecelakaan?!
18 Arc 4 : Celestial Gate (END) - Chapter 15 : Kumakiri Shino
19 Arc 5 : Everlude Realm - Chapter 16 : Adamante Recisa
20 Arc 5 : Everlude Realm - Chapter 17 : Halangan
21 Arc 5 : Everlude Realm - Chapter 18 : Absolute Defense
22 Arc 5 : Everlude Realm - Chapter 19 : Crusade
23 Arc 5 : Everlude Realm - Chapter 20 : Lost Bastille I
24 Arc 5 : Everlude Realm (END) - Chapter 21 : Lost Bastille II
25 Arc 6 : Invasion - Chapter 22 : Serangan
26 Arc 6 : Invasion - Chapter 23 : Irene Vs Pavel
27 Arc 6 : Invasion - Chapter 24 : Ketidakpastian
28 Arc 6 : Invasion - Chapter 25 : Groundway
29 Arc 6 : Invasion - Chapter 26 : Tempat Rahasia
30 Arc 6 : Invasion - Chapter 27 : Kembalinya Ingatan dan Orang-orang Menarik
31 Arc 6 : Invasion - Chapter 28 : Trio Garnet
32 Arc 6 : Invasion - Chapter 29 : Awal Dari Invasi
33 Arc 6 : Invasion - Chapter 30 : Kesulitan Yang Terjadi Di Kota
34 Arc 6 : Invasion - Chapter 31 : Jati Diri I
35 Arc 6 : Invasion - Chapter 32 : Jati Diri II
36 Arc 6 : Invasion - Chapter 33 : Rasa Ingin Melawan
37 Arc 6 : Invasion - Chapter 33,5 : Pelatihan 3 Bulan
38 Arc 6 : Invasion - Chapter 34 : Menentang Kematian I
39 Arc 6 : Invasion - Chapter 35 : Menentang Kematian II
40 Arc 6 : Invasion - Chapter 36 : Engage To War Zone
41 Arc 6 : Invasion - Chapter 39 : Distopia I
42 Arc 6 : Invasion - Chapter 40 : Distopia II
43 Arc 6 : Invasion - Chapter 41 : Distopia III
44 Arc 6 : Invasion - Chapter 42 : Jatuhnya Avalon
45 Arc 6 : Invasion - Chapter 43 : Kerusuhan Kota Abel I
46 Arc 6 : Invasion - Chapter 44 : Kerusuhan Kota Abel II
47 Arc 6 : Invasion - Chapter 45 : Mengulang
48 Arc 6 : Invasion - Chapter 46 Part 1 : Siklus Pengulangan
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Chapter 0.1 : Despair
2
Chapter 0.2 : Aku Tidak Mau Hidup Lagi....
3
Chapter 0.3 : Waktunya Bangkit!
4
Chapter 0.4 : Akihiko
5
Chapter 1.1 : The Begining Of Journey
6
Chapter 1.2 : Grande Colleseum Tournament
7
Chapter 1.3 : Pencuri Misterius dan Penginapan
8
Chapter 1.4 : Yatohira Kyosuke
9
Chapter 1.5 : Chaos Plant
10
Chapter 1.6 : Lawan yang Sulit
11
Chapter 1.7 : Semi Final
12
Chapter 1.8 : Babak Terakhir
13
Arc 4 : Celestial Gate - Chapter 10 : Crescendo
14
Arc 4 : Celestial Gate - Chapter 11 : Celestial Gate
15
Arc 4 : Celestial Gate - Chapter 12 : Negeri Terburuk, Ekime
16
Arc 4 : Celestial Gate - Chapter 13 : Roussel Household
17
Arc 4 : Celestial Gate - Chapter 14 : Kecelakaan?!
18
Arc 4 : Celestial Gate (END) - Chapter 15 : Kumakiri Shino
19
Arc 5 : Everlude Realm - Chapter 16 : Adamante Recisa
20
Arc 5 : Everlude Realm - Chapter 17 : Halangan
21
Arc 5 : Everlude Realm - Chapter 18 : Absolute Defense
22
Arc 5 : Everlude Realm - Chapter 19 : Crusade
23
Arc 5 : Everlude Realm - Chapter 20 : Lost Bastille I
24
Arc 5 : Everlude Realm (END) - Chapter 21 : Lost Bastille II
25
Arc 6 : Invasion - Chapter 22 : Serangan
26
Arc 6 : Invasion - Chapter 23 : Irene Vs Pavel
27
Arc 6 : Invasion - Chapter 24 : Ketidakpastian
28
Arc 6 : Invasion - Chapter 25 : Groundway
29
Arc 6 : Invasion - Chapter 26 : Tempat Rahasia
30
Arc 6 : Invasion - Chapter 27 : Kembalinya Ingatan dan Orang-orang Menarik
31
Arc 6 : Invasion - Chapter 28 : Trio Garnet
32
Arc 6 : Invasion - Chapter 29 : Awal Dari Invasi
33
Arc 6 : Invasion - Chapter 30 : Kesulitan Yang Terjadi Di Kota
34
Arc 6 : Invasion - Chapter 31 : Jati Diri I
35
Arc 6 : Invasion - Chapter 32 : Jati Diri II
36
Arc 6 : Invasion - Chapter 33 : Rasa Ingin Melawan
37
Arc 6 : Invasion - Chapter 33,5 : Pelatihan 3 Bulan
38
Arc 6 : Invasion - Chapter 34 : Menentang Kematian I
39
Arc 6 : Invasion - Chapter 35 : Menentang Kematian II
40
Arc 6 : Invasion - Chapter 36 : Engage To War Zone
41
Arc 6 : Invasion - Chapter 39 : Distopia I
42
Arc 6 : Invasion - Chapter 40 : Distopia II
43
Arc 6 : Invasion - Chapter 41 : Distopia III
44
Arc 6 : Invasion - Chapter 42 : Jatuhnya Avalon
45
Arc 6 : Invasion - Chapter 43 : Kerusuhan Kota Abel I
46
Arc 6 : Invasion - Chapter 44 : Kerusuhan Kota Abel II
47
Arc 6 : Invasion - Chapter 45 : Mengulang
48
Arc 6 : Invasion - Chapter 46 Part 1 : Siklus Pengulangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!