Jodoh Yang Ketiga.
Yang bersedia membaca kisah ini. (Jodoh Yang Ketiga) sebaiknya, baca juga (Pernikahan Berujung Luka) sebab ini kelanjutan dari kisah ini.
Selamat membaca.💪💪💪❤❤❤.
Diah Susanti PoV.
Gagal pernikahanku yang terdahulu, aku akui karena aku bukan wanita yang baik. Namun, tidak membuat aku jera.
Aku menikah lagi dengan Alfredo, kami saling mencintai tetapi ternyata, aku di bohongi. Pasalnya, Alfred sudah mempunyai anak, dan istri.
Pernikahan aku yang kedua pun terpaksa bercerai, walaupun kami sudah di karuniai satu anak. Karena aku sadar, tidak ingin merusak keharmonisan rumah tangga mereka.
Walapun sejatinya percerainku yang kedua menjadi pukulan yang keras. Namun, justeru membuat aku bertaubat, dan kembali ke jalan Allah.
Waktu berlalu, satu tahun kemudian, setelah bercerai dengan Alfred, aku menikah dengan Marcello, yakni pemilik pabrik dimana aku bekerja sebagai buruh.
Berawal dari pertemuan aku dengan putri kecilnya, ia sangat menyangi aku. Bak gayung bersambut duda punya anak satu yang kaya raya, tampan, dan luar biasa baik itu, menikahi aku.
"Papa... jangan bobo di sini, Papa bobo di kamar Papa sendiri, saja" rengek Lita anak sambungku. Selama sepekan menikah, kami tidak diberi kesempatan oleh Lita, untuk berdua hingga kami belum bisa melakukan malam pertama.
"No! Lita dong yang bobo sendiri, Mama kan istri Papa" Begitulah anak dan bapak itu selalu merebutkan aku seperti mainan.
"Tuan... sudah biarkan saja dulu" ucapku. Entahlah, selama seminggu menikah, lidahku kelu untuk memanggil suamiku sengan panggilan lain.
Hingga akhirnya aku diberi kejutan, tidak menyangka suamiku mengajakku menginap di hotel.
"Tuan yakin? kita mau menginap di sini? Lita nanti pulang sekolah pasti mencari aku" memang benar adanya, setiap sekolah aku selalu mengantar jemput.
"Biarkan saja, Lita dijemput supir"
"Let's go" begitulah Marsel, jika bicara selalu di campur antara dua bahasa, karena ia tidak begitu lancar bahasa Indonesia.
Ia menggandengku masuk lorong-lorong menuju kamar hotel. Pria tampan itu meliriku tersenyum yang selalu merekah. Ah, pria tampan ini selalu memberi aku kejutan.
Sampailah kami di kamar suites, dengan jendela yang berukuran besar, hampir menyentuh lantai.
Aku buka gorden tampak langit-langit, dan pemandangan kota yang menakjubkan.
"Honey... aku ke kamar mandi dulu" ia mengecup keningku sesaat lalu kekamar mandi.
Aku mengangguk, setelah ia keluar akupun gantian masuk ke kamar mandi. Lantai marmer mewah di lengkapi dengan shower dan bathtub. Sebenarnya tanpa harus ke hotel, kamar Marsel pun sama seperti ini.
"Come here" ia menepuk bantal di sampinya setelah aku ke luar dari kamar mandi. Kemeja dan jas pun sudah dibuka ia hanya mengenakan boxer tanpa kaos terpampang dadanya yang putih kemerahan di tumbuhi bulu hitam.
Aku masih terpaku di pinggir ranjang. Kontan ia menarik tanganku hingga menimpa dadanya.
"Tuan" ia tidak lagi menjawab langsung menyergap bibirku. Aku larut dalam cumbuan mesranya, ia tahu tempat sensitif di tubuhku.
Terjadilah sore pertama, bukan malam pertama, aku serahkan tubuhku kepada suamiku.
Aku seraya berdoa semoga pernikahanku kali ini tidak akan ada lagi saling melukai, seperti pernikahanku yang terdahulu.
"I love you" bisiknya di telingaku.
*I love you too"
Kami sama-sama merasakan nikmanya surga dunia, hingga akhirnya aku tidur dalam pelukanya.
Sore hari aku terbangun dari tidur terasa dingin menyusup kulit, ternyata selimut yang kami pakai berdua jatuh kelantai.
Aku menoleh Marsel tanpa sehelai kain pun di tubuhnya tampak pulas dalam tidurnya.
Segera aku ambil selimut untuk menutup tubuhnya. Satu tangan yang menjuntai ke pinggir ranjang lalu aku betul kan.
Namun, mataku tertuju kepada jari manisnya, terselip cincin kawin tapi bukan yang kami beli berdua sebelum kami menikah.
Aku pegang jemarinya, lalu aku baca lebih dekat, hatiku sakit, ternyata cincin kawin itu bukan terukir namaku, tetapi nama Arabella.
Deg.
Dadaku terasa tersayat sembilu, lalu kembali ku tatap wajah dan tubuhnya yang masih belum berubah posisinya.
Inilah yang aku takutkan siapa Arabella? atau inikah nama istrinya yang terdahulu? pertanyaan ini yang ada dalam pikiranku.
Lalu apakah Marsel masih mencintainya? jika tidak, mengapa ia masih memakai cincin itu.
Air mata ku tidak bisa aku tahan. Aku duduk lemas di lantai bersandar ranjang, mendongak membayangkan yang tidak-tidak. Bagaimana jika ia masih mempunyai istri seperti pernikahanku yang terdahulu?
Ia mengangkat aku ke langit tujuh. Lantas menjatuhkan tubuhnya ke dasar jurang.
Aku menyesali, mengapa begitu cepat menerima lamarannya, tidak menanyakan kemana istri nya yang dulu sebelum kami menikah.
Karena aku pikir, ia pun tidak mau mempermasalahkan siapa aku dan kehidupan ku di masa lalu. Maka akupun percaya sepenuhnya.
Aku menarik napas panjang, ku hembuskan dengan kasar. Apakah aku memang sudah ditakdirkan untuk menjadi seorang pelakor? jika memang dugaan aku benar bahwa Marsel masih mempunyai istri.
Membayangkan itu napasku semakin sesak. Akankah mama Calista suatu saat akan kembali? dan pada akhirnya aku akan berpisah lagi dan lagi-lagi berstatus sebagai janda.
Segera aku masuk ke kamar mandi, mengguyur tubuhku. Air mata ku mengalir semakin deras.
Selesai mandi aku ambil air wudhu menjalankan shalat ashar, mengadukan semua kepada Allah.
Ya Allah... ijinkan aku membina rumah tangga hingga akhir hayat, jika memang Marsel adalah jodohku.
Cukup Abim dan Alfredo yang menjadi masala lalu, dan Marsel tetap menjadi masa depanku.
Ah, ingat nama Alfred susah payah aku berusaha untuk melupakan agar dihilangkan rasa cinta di hatiku, dan akhirnya hadir Marsel dalam hidupku.
Aku pikir akan mengobati luka hatiku. Tetapi aku salah, justeru membuat luka hatiku yang sudah mulai mengering kini tergores kembali.
Aku pikir tak akan lagi ada sakit di hatiku, setelah terima Marsel, karena sudah kesekian kalinya ia membujuk aku. Tetapi aku salah, nama Arabella masih terukir di hatinya. Ya Tuhan... betapa bodohnya aku, mengapa tidak aku jadikan pelajaran pernikahanku yang terdahulu.
Hiks hiks hiks aku bersujud, mengadukan segala sakit di hatiku.
"Honey..." rupanya ia mendengar tangkisku, lalu bangun dari tidurnya duduk di sampingku. Di usapnya badanku dengan lembut. Ya Tuhan... semoga akan selalu begini sikapnya kepadaku.
"Honey... kenapa kamu menangis?" ia merengkuh tubuh ku yang masih mengenakan mukena.
"Tidak ada apa-apa, aku hanya terlalu khusyu berdoa" jawabku. Aku tidak ingin menanyakan masalah ini sekarang, karena aku belum sanggup menerima kenyataan jika rumah tangga yang baru beberapa hari ini akan berakhir.
"Oh ya sudah... aku mandi dulu" Aku hanya mengangguk. Menatap tubuhnya dari belakang, tidak percaya, bahwa pria sebaik dia pun, tega membohongi aku seperti Alfred dulu.
Lalu untuk apa ia menikahiku? apakah karena anak nya, sudah jatuh cinta kepadaku, lantas aku hanya ingin di jadikan baby sitter?
Kak Abim apakah kamu belum bisa memaafkan aku? hingga aku selalu mengalami nasip seperti ini? karena dosaku kepada Abim mantan suamiku terlalu banyak. Kebohongan-kebohongan yang dulu aku lalukan kepada Abim kini berbalik menyerangku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Nindira
Semoga aja Marsel tidak seperti mantan suamimu yang sudah²
2022-10-31
1
Nindira
Dasar laki² ya udah tahu punya anak malah nikah lagi sama wanita lain
2022-10-31
1
Yuyun Yuningsih
hadirrrr.....
2022-10-08
0