"Mama... mau kemana?" tanya Lita ketika melihat Diah sudah tampil rapi lalu berlari kecil menghampirinya. Anak itu benar-benar tidak mau jauh dari Diah.
"Mau pergi ke pesta Tante Melati, sayang," Diah mengusap kepala Lita yang sedang mendongak menatapnya.
"Ikut" ucapnya.
"Ayo, salin baju dulu" Diah meraih tangan anak sambungnya.
"Yes!" Lita kegirangan berjalan berjingkrak-jingkrak mengayun-ayun tangan Diah, menuju kamarnya.
"Mau pakai baju yang mana? sayang..." Diah membuka lemari baju.
"Yang ini, bagus, Ma" Lita menunjuk baju muslim bahan brukat kombinasi tile, di tambah motip kembang pada bagian dada.
"Oh, mau pakai kerudungnya tidak?" Diah mengangkat kerudung satu paket dengan baju berwarna pink.
"Pakai, biar sama seperti Mama"
"Baju ini siapa yang membelikan sayang..." selidik Diah, ingin tahu apakah yang membelikan baju muslim ini wanita yang bernama Arabella atau bukan.
"Ini yang beliin Papa, tapi aku yang memilih, bagus kan..." celoteh Calista.
"Bagus... memang, Mom..." Diah ingin menanyakan tentang mana kandung Lita. Namun tidak melanjutkan karena terdengar deritan pintu kamar seperti ada yang membuka.
"Already tidy?" Ternyata Marselo menghampri kekamar. Membuat keduanya menoleh. Diah menatap suaminya yang berpakaian batik berjalan mendekatinya tampak keren.
"Soon" Lita yang menyahut, sementara Diah sedang menalikan baju terusan Lita di belakang.
"You are very beautiful" puji Marsel mengecup pipi Diah yang sedang berjongkok.
"Tuan" Diah malu kepada Lita. Marsel menyunggingkan bibir.
"Ayo" Diah menuntun Lita mereka berangkat di antar supir menuju hotel dimana Melati resepsi.
"Lita duduk di tengah" kata Lita. Mereka sudah berada di dalam mobil. Melihat Marsel dan Diah berdempetan. Lita kemudian menggeser papa dan mama nya.
"No" Marsel tidak mau kalah, tetapi Diah yang bergeser hingga mentok ke kaca.
"Emm... Lita menang" Lita menjulurkan lidahnya ke arah Marsel menggerak-gerakan kedua tangannya di kedua sisi telinga tampak lucu.
Diah tersenyum menatap tingkah Lita.
"Oho" Marsel kemudian merangkul tubuh putrinya. Hari minggu jalanan tidak terlalu macet mereka sampai di hotel. Setelah memberi selamat kepada Melati, Diah pindah memberi selamat kepada Intan.
"Hai kakak ipar" kelakar Intan tersenyum menatap Diah.
"Kakak ipar?" Marsel tampak menghentikan langkahnya tidak mengerti apa yang Intan maksud, karena Marsel belum tahu jika Abim mantan suami Diah.
"Papa ayo" Lita menarik tangan Marsel menyusul Diah yang sudah mendekati pelaminan.
"Selamat ya Tan" Diah memeluk Intan kemudian menyalami Rony. Diikuti Marsel dan Lita.
Mereka tidak sempat basa basi karena di belakang para tamu sudah antri. Setelah foto bersama mereka turun.
"Mama... Lita mau icream" rengek Lita menarik tangan Diah.
"Okay..." Diah mengajak Lita mengantri icream, setelah pamit Marsel, sebab Marsel berniat menemui papa Wahid.
"Selamat siang Om" Marsel berjabat tangan.
"Selamat siang... loh, kok sendirian? Diah kemana?" pak Wahid mengedarkan pandangan, tidak melihat Diah.
"Mengantar Lita ambil makanan dulu, Om" jawabnya.
"Oh iya Sel, kenalkan, ini Johan sahabat saya, dan ini istri nya" papa Wahid memperkenalkan pak Johan.
"Marcello, Om" Marsel menganggukkan kepala.
"Ini suaminya Diah, Han, Ceo pt food" papa menepuk pundak Marsel.
"Oh, suami Diah, mantanya Abimanyu?" tanya Pak Johan.
Deg.
Marselo terkesiap mendengar pertanyaan pak Johan. Mantan Abim? ternyata Diah mantan istri Abim, tetapi kenapa, Diah tidak pernah bercerita? batin Marsel.
"Betul Han" Mereka pun berbincang-bincang.
"Papa, mau icream?" Lita menunjukkan ice di tangannya, menghampiri Marsel kemudian menyantapnya sambil duduk di pangkuan Marsel.
"Buat Lita saja" Marsel membetulkan posisi duduk putrinya.
"Hati-hati makan nya sayang... nanti kena baju Papa" kata Diah kemudian duduk di samping Marsel setelah menyusut mulut Lita dengan tissue.
"Iya Ma" jawab Lita sambil komat kamit menjilati icream, kas anak-anak.
"Papi kamu tadi belum lama pulang Nak, Diah" tutur papa Wahid.
"Oo, Papi sudah kemari ya, Pa?" tanya Diah.
"Sudah, tapi tidak lama" papa yang dulu pernah tidak suka dengan Diah semasa masih menjadi menatunya kini sudah tidak lagi.
Marsel menoleh wajah Diah lambat. Keterlaluan sekali kamu Diah, tega membohongi aku, sudah gitu, memanggil mantan mertuamu masih dengan sebutan papa, memanggil Abim pun kakak! sedangkan memanggil aku,Tuan.
Hati Marsel bergemuruh, perang dengan pikiranya sendiri. Membayangkan wajah Abim yang tampan. Pasti Diah bersemangat datang ke pesta ini karena masih ada rasa cinta denganya.
"Makan dulu Diah, suaminya di ajak" titah pak Wahid.
"Baik, Pa" Diah mengajak Lita makan bersama Marsel.
Setelah mencicipi makanan sedikit, Marsel mengajak anak istrinya pulang.
Jika biasanya Marsel berebut ingin berdekatan dengan Diah. Kali ini Marsel memilih duduk di samping supir. Entah kenapa ia merasa kesal sejak mengetahui bahwa Diah mantan istri Abim.
"Hoamm... ngantuk Ma" mata Lita rupanya sudah lima what.
"Bobok sini" Diah menepuk pangkuannya. Lita pun merebahkan tubuhnya hanya lima menit sudah tidur.
Didalam mobil hening, Diah menatap Marsel dari belakang bertanya dalam hati. Tidak biasanya Marsel diam begitu.
"Sudah sampai Mbak Diah" supir membukakan pintu untuknya, membuat Diah tersadar dari lamunan.
"Iya Mang" Diah menggeser bokongnya perlahan, agar Lita tidak bangun.
"Let me." Marsel menggendong anaknya dari pangkuan Diah. Pria tampan yang di tumbuhi cambang hitam di seputar dagu itu, membuat hati Diah bergetar, setelah Alfred. Namun sayang keduanya belum ada yang saling terbuka mengenai pribadi masing-masing.
Mereka sampai di depan kamar Lita, Marsel masuk ke dalam setelah dibukakan pintu oleh Diah, merebahkan tubuh putrinya perlahan.
Marsel keluar dari kamar, Diah membuntuti, kemudian menutup pintu perlahan.
Keduanya masih saling diam hingga sampai di kamar mereka. Setelah salin baju Marsel merebahkan tubuhnya di ranjang
Sementara Diah, setelah dari kamar mandi, menangkap sosok suaminya sedang tidur, menghadap tembok.
Diah hendak meninggalkan suaminya berniat belajar memasak, makanan kesukaan Marsel sama bibi.
"Diah" panggil Marsel tanpa membuka mata. Yang biasa memanggil Diah honey, kini pangilanya berubah.
Diah balik badan menghampri. "Ada apa Tuan?" Diah berdiri di samping ranjang.
"Berhenti memanggil aku, dengan sebutan Tuan! ngerti!" bentak Marsel. Membuat Diah ketakutan sendiri. Jika dengan Alfred dulu satu kata di jawab dengan ratusan kata oleh Diah, tetapi dengan Marsel, ingin menjawab satu kata pun berpikir.
"Tidur!' perintah Marsel.
"Iy- iya" Diah pun menurut kemudian merebahkan tubuhnya di samping Marsel.
"Ada apa Tu, Bang, Mas, Kak" Diah mengabsen panggilan sambil terlentang menatap cicak yang sedang merayap tetapi bukan di dinding seperti di lagu. Melainkan, sedang berkencan di langit-langit internit.
"Kenapa kamu nggak jujur sama aku?" Marsel tetap terpejam.
"Nggak jujur? nggak jujur masalah apa?" tanya Diah tidak mengerti. Keduanya berbicara dengan posisi semula tidak ada yang berniat menatap.
"Kamu mantan istri Abimanyu kan?!" ketus Marsel menatap Diah horor.
"Iya, terus kenapa?" Diah menjawabnya santai.
"Oh, pantas! semangat sekali kamu mau datang ke undangan, biasanya kalau aku ajak pergi kamu selalu menolak, ternyata kamu ingin bertemu 'mantan!" Marsel menekan kata mantan.
"Astagfirlullah... ya jelas saya bersemangat, karena Melati itu besan aku, tetangga kampung, masih kerabat, pula!" Diah geleng-geleng.
"Jangan banyak bicara! jawab pertanyaan saya, kenapa kamu tidak pernah bercerita tentang masalalu kamu!" Marsel semakin marah.
"Stop! terus saja salahin aku? bukanya sebelum kita menikah, saya ingin jelaskan?! tapi Tuan, selalu memotongnya!" Diah mengeluarkan urat leher.
"Tuan egois!" ketus Diah kemudian keluar meninggalkan Marsel.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Nindira
Kurasa marsel itu cemburu sama Diah
2022-10-31
0
Yuyun Yuningsih
erorr mulu nich server nya.
orang mau coment juga yach
2022-10-08
1
Yuyun Yuningsih
masa lalu, biarlah masa laluu...
jangan kau ungkap. jangan ingatkan aku.
2022-10-08
1