Waktu merangkak naik, menjelang magrib Marsel masih berputar-putar mencari Diah.
Marsel sebenarnya tidak yakin, akan menemukan Diah. Sudah pasti sulit mencari seseorang yang tidak tahu kemana tujuanya. Tetapi Lita terus merengek, terpaksa ia mengikuti apa maunya Lita. Marsel merasa dibuat pusing oleh istri dan anaknya.
"Kita beli mainan yuk, itu... ada penjual maianan" Marsel menunjuk tukang mainan yang mangkal dengan gerobak. Namun, walau dibujuk Lita terùs menangis. Saat ini mereka sedang beristirahat di taman pinggir jalan.
"Nggak mau! Lita mau Mama!" jawabnya manyun. Lita sejak kecil tidak mengenal figur seorang ibu. Dan ketika mendapatkan ibu tiri yang sangat menyayanginya ia tidak mau kehilangan. Ibu tiri maupun ibu kandung tentu Lita belum bisa membedakan, yang ia tahu Diah bisa mengerti dirinya.
Marsel menarik napas panjang. Bapak dan anak itu pun tenggelam dalam lamunan masing-masing. Tangan kekar itu, merogoh hp dalam kantong, sekali lagi menghubungi Diah. Walaupun panggilan masuk namun tetap saja tidak diangkat.
Semarah itu sih kamu Diah, sampai telepon aku saja, tidak kamu angkat. Batinya.
Marsel kemudian telepon Adit, mungkin Diah menengok anaknya. Tetapi Adit mengatakan bahwa keluarganya masih di hotel, baru persiapan ingin pulang, tanpa memperjelas Marsel sudah tahu jawabannya bahwa Diah tidak ada di sana.
Pria tampan itu lalu telepon Pak Renggono.
"Hallo!"
Deringan pertama langsung diangkat tetapi bukan pak Renggono.
"Hallo! Bu... apa kabar?" tanya Marsel kepada mertuanya, ternyata bu Reny yang mengangkat.
"Kabar baik! ada apa Sel?" tanya bu Reny to dhe point.
"Tidak ada apa-apa, cuma mau tanya kabar Ibu" bohong Marsel tidak mungkin langsung menanyakan Diah. Ya, kalau Diah memang berada di situ, jika tidak, pasti orang tua Diah akan bertanya macam-macam. Dan jika tahu Diah sampai kabur dari rumah, pasti Marsel dianggap laki-laki jahat.
"Bilang sama Diah Sel, suruh transfer secepatnya, ibu sudah tidak punya uang" kata bu Reny. Marsel tertegun ia belum tahu sifat mertuanya.
"Sudah saya telepon beberapa kali, tapi istrimu itu tidak mau memberi ibu uang, malah ibu mau datang ke rumahmu saja, tidak boleh, keterlaluan! kan?!" tandas bu Reny membuat Marsel mengerutkan dahi.
"Oh, gitu ya, nanti saya sampaikan, Bu, jika ibu ingin datang kerumah, silahkan saja" pungkas Marsel mengakhiri obrolan, kemudian memasukan handphone ke dalam saku.
Oh rupanya bu Reny suka minta uang, tetapi kenapa Diah tidak bilang kepadaku?
"Sekarang kita pulang saja, siapa tahu, Mama sudah di rumah" Marsel menuntun Lita.
*******
Angin sore sepoe-sepoe basah meniup lembut wajah yang sedang terlelap seolah membangunkan tidurnya.
Diah menggeliat terdengar samar-samar suara merdu adzan.
Astagfirlullah... sudah magrib.
Diah terkejut, secepat kilat ia berjalan menuruni tangga, yang pertama ia tuju adalah; kamar Lita. Ia tertegun di pintu melihat kamar Lita tampak sepi, tempat tidurnya pun kosong.
Diah bergegas ke kamarnya tidak ada Marsel. Ia agak lega pasti Lita jalan-jalan sore bersama papa nya.
Diah menyambar handuk lalu mandi, mengguyur tubuhku terasa segar, kemudian salin baju.
Setelah shalat maghrib, Diah mencari benda keramat, yang ia simpan di dalam tas, pulang menghadiri undangan pernikahan tadi belum sempat ia lihat.
Mata Diah membelalak, banyak panggilan masuk, dari Marsel, dan bu Reny, ibu kandungnya.
Diah telepon balik suaminya, tetapi tidak diangkat, kemudian menghubungi ibunya.
"Hallo!" ketus bu Reny.
"Assalamualaikum..." Diah mengucap salam.
"Waalaikumsalam..."
"Ibu tadi telepon aku ya, ada apa bu?" tanya Diah lembut.
"Kamu memang tidak tahu! atau pura-pura tidak tahu Diah?! bukankah sejak tiga hari yang lalu, ibu minta dikirimi uang!" suara bu Reny meninggi.
"Maaf ya Bu, saat ini Diah belum bisa kirim uang, Diah kan sekarang tidak bekerja" Diah menjelaskan.
"Suami kamu kan kaya, minta dong! sama dia, atau ibu yang minta sendiri!" bu Reny rupanya tidak mengerti juga.
"Jangan!" Tegas Diah ia tahu sifat ibunya.
"Sabar ya Bu, nanti aku usahakan, tapi jangan minta sama Marsel ya"
"Ibu tunggu dua hari ini, jika kamu belum trasfer ibu mau minta sama Marsel!"
Tut.
Diah melempar handphone ke ranjang. Ia memijit pelipisnya sambil berpikir, darimana bisa mendapatkan uang dengan cepat, minta kepada Marsel? oh no. Ia tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri, ia memang setatusnya istri Marsel, tetapi masih samar-samar.
Diah memang bodoh begitu cepat menerima Marsel. Tidak ada pilihan lain, kecuali harus siap menghadapi sifat buruk Marsesel yang mulai terlihat.
Kemarin saat masih bekerja, ia bisa menyisihkan sebagian kecil untuk ibunya, tapi sekarang pikiranya benar-benar buntu.
Ah... tidak ada jalan lain, aku harus menghubungi papi.
Diah kembali ambil handphone mencari nama papi. Ketika ingin klik nomor, ia ingat mamy Desty, tentu Diah harus menjaga perasaanya.
Diah kembali melempar handphone, lalu merebahkan tubuhnya di ranjang.
Ceklak.
Pintu di buka ternyata Marsel sudah pulang.
"Habis darimana kamu?!" ketus Marsel menatap Diah tajam.
"Tidak kemana-mana, memang kemana?" Diah balik bertanya. Ia lalu bangun cepat.
"Jangan bohong! habis temui siapa kamu?!" Marsel beranjak membuka jaket kemudian melemparkan ke ranjang. Diah menangkap jaket tersebut.
"Sudah... nggak usah marah-marah terus, tanpa menunjukkan kemarahan kamu saja, saya sudah tahu kok, kalau kamu itu tipe pria pemarah," Diah kemudian beranjak dari duduknya.
"Apa kamu bilang?" Marsel mendekati Diah.
"Aku nggak bohong, Tuan Marsel... dari tadi... aku tuh tidur" kata Diah yang sedang menggantung jaket di lemari.
"Nggak usah bohong kamu! tanpa kamu bilang pun, saya sudah tahu, kalau kamu itu, tipe wanita pembohong!" Marsel membalikkan kata-kata Diah, berdiri di samping Diah yang sedang jinjit mengaitkan hanger yang tak kunjung nyangkut.
Diah balik badan. "Percumah berbicara dengan Anda!" Diah menekan dada Marsel dengan telunjuk.
"Hap!
Marsel reflek mencuri bibir Diah yang sedang mayun di depannya, terlihat menggairahkan. Sedang marah pun Marsel mencuri kesempatan.
"Ih!" Diah mendorong dada Marsel yang sedang menyeringai licik. Tetapi Marsel seperti memendam hasrat.
Diah berniat keluar, tetapi Marsel merangkul tubuh Diah dari belakang menenggelamkan wajahnya di tengkuk istrinya.
"Brak.
"Mama..." Calista tiba-tiba masuk tanpa mengetuk pintu. Diah reflek menyikut perut Marsel hingga terjungkal ke kasur.
"Lita..." Diah mendekati Lita. Masih ada jejak air mata di pipi.
"Mama kemana, tadi? papa sama Lita, mencari-cari nggak ketemu" Lita memeluk perut Diah. Diah menoleh Marsel yang sedang merebahkan tubuhnya di kasur, lenganya menempel menutup kening.
"Sini... kita duduk yuk" Diah menuntun Lita mengajaknya duduk di ranjang, di sebelah Marsel.
"Memang, Lita mencari Mama kemana?" tanya Diah menyentuh pipi putih kemerahan Lita.
"Mencari putar-putar pakai motor, ke komplek, ke Mall, ke taman" celoteh Lita.
"Hah? hihihi..." Diah cekikikan. Marsel langsung menurunkan tangan dari dahi. Menatap Diah tajam. Ia kesal sudah mencari dia sampai kelelahan malah tertawa seperti tidak bersalah.
"Aahh... Mama! kok malah ketawa sih?!" Lita pun ikut mrengut.
"Hihihi... Mama... nggak kemana-mana kok, tadi itu.. Mama tidur di rooptof, sayang... hehe," Diah geli sendiri.
"Apa?!" Marsel mendadak bangun.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Yuyun Yuningsih
ih amit eta kang bule, ku goreng adat nya.
2022-10-08
0
Santai Dyah
owala tidur di rooptof..apa itu rooptof kok aku gak ngerti hihi
2022-10-05
0
Ulfa Zahra
Makanya cari tuh dengan teliti.. Jangan cuma buruk sangka terus
2022-08-21
0