Gadis Bermata Kucing
“Sial,” gerutu Firdaus dengan kesal.
Pria itu pun memukul setir mobil dengan kesal. Bagaimana tidak, sedari tadi dia telah menocba untuk menghidupkan mesin dengan menstater kunci mobil berkali-kali, namun hasilnya tetap saja nihil. Mobil yang pria itu kendarai tetap tak juga hidup.
“Sial banget hidup gue, baru juga tiba di Indonesia udah kena sial begini,” gerutunya sambil berjalan menuju pintu kemudi.
Firdaus mengambil ponselnya yang ada di dalam mobil, pria itu pun membuat panggilan kepada asisten pribadinya. Pria itu menekan-nekan layar pipihnya kemudian menempelkannya ke telinga.
“Maaf, pulsa anda tidak cukup, silahkan isi kembali pulsa anda,” ujar seorang wanita yang berada di seberang panggilan.
“Uggh ....” Firdaus kembali menggeram kesal, bisa-bisanya dia kehabisan pulsa di saat genting begini.
Walaupun dia baru saja tiba di Indonesia, tapi pria itu pernah tinggal di negara yang terkenal ramah pendduduknya ini, sehingga dia mengerti tentang kehidupan di Indonesia, yang mana banyak terdapat penjual pulsa di pinggir jalan.
Tapi? Di mana dia harus mencari penjual pulsa?
Firdaus pun memutuskan untuk kembali dengan menggunakan taksi. Sudah tiga puluh menit pria itu mencoba
untuk menghentikan sebuah taksi, akan tetapi tak ada satu pun yang berhenti.
“Sial .. sial .. sial ... bisa-bisanya gue sial begini,” gerutu Firdaus dengan emosi yang meledak di dalam kepalanya.
Firdaus melihat sekitarnya, tak jauh dari tempatnya berdiri ada sebuah penjual pulsa dan kios kecil.
“Sebaiknya gue ke sana,” ujar Firdaus yang nekad untuk menyebrang di jalanan ibu kota.
Firdaus pun berjalan di pinggir trotoar menuju lampu simpang jalan, hingga akhirnya setelah berjalan sekitar tiga puluh menit, akhirnya pria itu berhasil menemukan simpang lampu merah.
Firdaus menyeka keringatnya dan melonggarkan dasinya, entah bagaimana lagi penampilan pria itu, setidaknya sudah tak serapi sebelumnya.
Saat lampu simpang jalan berubah menjadi merah, pria itu pun melangkahkan kakinya untuk menyebrang.
Tiiiiinnn ....
Suara klakson yang tinggi membuat Firdaus terkejut dan kembali berjalan mundur hingga dai hampir terjatuh.
“Kalau nyebrang lihat-lihat dong,” maki pengedara sepeda motor yang berjalan berbelok ke kiri.
“Dasar sinting, udah dia yang salah malah nyalahin aku,” geram Firdaus dan kembali mencoba untuk menyebrang.
Tiiiitttt ....
Lagi, sebuah mobil membunyikan klakson tinggi yang mana membuat Firdaus terkejut dan kali ini benar-benar terjauh di atas aspal.
“Bego banget sih lo, gak bisa nyebrang apa?” maki pengendara mobil saat pria itu membuka kaca mobilnya.
“Bangsat, apa kau tak lihat jika itu lampu merah, hah?” pekik Firdaus tak mau di salahkan.
Namun pekikkannya seakan sia-sia, karena pengendara mobil itu tak lagi mendengar suaranya. Firdaus
kembali berdiri dan membersihkan pakaiannya yang kotor, pria itu kembali menggerutu kesal di saat menjadi tontonan dari pengendara lain.
“Ah, benar-benar sial hari ini,” makinya dengan kesal.
Firdaus bergegas menyebrang sebelum ada pengendara lain yang kembali membuatnya gagal untuk menyebrang.
“Huuf, masyarakat macam apa itu? Tak patuh pada peraturan,” geram Firdaus dan berjalan kembali di sisi jalan.
Firdaus membelalakkan matanya di saat melihat seorang gadis dengan memakai hoddy menyebrang bukan di
zebra cross atau pun di simpang lampu tiga.
“Waaah, gila tuh orang. Di kira nyawanya sembilan kali ya,” gerutu Firdaus sambil menggeleng-gelengkan
kepalanya.
Panas mata hari yang menyengat membuat tubuhnya benar-benar mandi keringat,bahkan saat ini tenggorokannya terasa sangat haus sekali. Firdaus pun berjalan dengan cepat agar cepat sampai di kios yang menjual minuman dan makanan ringan lainnya.
“Pak, ada air?” tanya Firdaus dengan napas ngos-ngoson.
“Mau yang dingin atau yang biasa?” tanya penjual.
“Yang biasa,” ujar Firdaus dengan menelan ludahnya yang terasa kelat.
“Mau minuman apa?” tanya si penjual.
‘Duh, banyak tanyak nih orang,’ batin Firdaus dengan geram. “Air mineral saja, Pak,” ujar Firdaus dengan menelan ludahnya yang terasa kelat.
“Itu, di depan kamu kan air mineralnya,” ujar penjual yang mana membuat Firdaus menoleh ke arah tunjuk
si penjual.
Benar saja, air mineral yang dia cari ada di depan matanya sendiri.
‘Sial, tau gitu ngapain di tanya?’ batin Firdaus dan mengambil satu botol air mineral untuk di minumnya.
Firdaus membuka tutup air mineral dan langsung menegak habis isinya.
“Ahh, berapa, Pak?” tanya Firdaus.
“Lima ribu aja,” jawab Pak Penjual.
Firdaus merogoh dompetnya dan meraih uang seratus ribu.
“Ini, Pak,” ujar Firdaus memberikan uang tersebut.
Penjual pun mengambil uang yang bernominal seratus ribu itu dan mengambil kembaliannya di laci untuk di kembalikan kepada Firdaus.
“Ini kembaliannya,” ujar penjual dengan memberikan kembalian bernominal pecahan dua ribu dan juga sepuluh ribu yang sudah lusuh.
Firdaus menatap enggan uang-uang tersebut, akan tetapi pria itu harus mengambilnya, karena dia memerlukan uang itu untuk memberi pulsa.
Ya, di dompet Firdaus hanya tersisa uang seratus ribu dan itu sudah dia belanjakan minuman yang seharga lima ribu. Itu tandanya sisa uang Firdaus masih ada sembilan puluh lima ribu rupiah lagi.
“Terima kasih,” ujar Firdaus mengambil uang kembalian itu dengan rasa jijik.
Firdaus pun berpindah ke kios yang ada di sebelahnya, yaitu kios penjual pulsa yang hanya beratap tenda dan bermeja stalling etalase.
*
Milea, wanita berumur dua puluh empat tahun, namun berwajah baby face. Karena wajahnya yang terlihat
seperti anak sekolah yang duduk di bangku SMA, maka dia sering sekali di kira masih sekolah, padahal umurnya sudah cukup matang dan bekerja di sebuah perusahaan besar periklanan.
Milea yang hari ini off dari pekerjaanya pun, berniat untuk berkunjung ke tempat sepupunya yang berjualan pulsa di pinggir jalan. Tanpa rasa takut, Milea menyeberangi jalan raya yang penuh lalu lalang kendaraan bermotor dan berkecepatan tinggi tanpa menggunakan zebra cross.
“Hai,” sapa Milea kepada sepupunya, Andin.
“Pas banget lo datang, jagain bentar ya. Gue sak boker,” ujar Andin dan langsung ngacir ke wc umum.
“Dasar tukang boker,” gerutu Milea dan langsung duduk di kursi yang tersedia.
Milea melihat seorang pria yang berjalan dengan tergesa-gesa melewati kiosnya.
“Tampan,” gumamnya dan kembali fokus kepada ponselnya.
“Dek, beli pulsa,” ujar suara bariton yang mana membuat Milea menengadahkan kepalanya.
‘Mantap, mangsa baru,’ batinnya dengan tersenyum tipis.
“Mau pulsa berapa? Bisa di tulis di sini dulu nomornya?” ujar Milea dengan tersenyum tipis.
“Saya beli voucher aja, yang lima puluh ribu. Ada?” tanya pria tampan itu, yang ternyata adalah Firdaus.
“Vouchernya kebetulan abis,” ujar Milea dengan tersenyum tipis.
“Yang ada voucher berapa? Dua puluh ribu ada?” tanya Firdaus kepada Milea.
“Habis juga tuh,” ujar Milea yang jelas-jelas sudah berbohong demi kepentingannya sendiri. “Isi pulsa aja, Pak,” ujar Milea dengan tersenyum.
Firdaus menghela napasnya kasar, kemudian pria itu terpaksa menuliskan nomor ponselnya di buku yang telah
di siapkan oleh Milea.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Follow IG @ma2.zan
Halooo dek 💋💋
MamaZan mampir 💋
2022-08-04
1
Ana
hmmmm apa ya rencana milea, kenapa dia bilang mangsa baru 🤔🤔🤔🤔
hai ka Ana mampir 😁
2022-07-23
1
IG: @rossy_dildara
buat apa kira-kira nomornya?🤔 dijual lagi kah biar balik modal?🤣
2022-07-22
1