“Siapa yang menjualnya?” tanya Firdaus dengan tajam.
“Itu, aku membelinya secara online,” bohong Uli.
“Katakan,” pekik Firdaus yang mana membuat Uli terkejut dan mengatakan dari mana dia mendapatkan nomor telepon tersebut.
“I-tu ...”
Uli menelan ludahnya dengan kasar, wanita itu benar-benar sangat takut jika di jebloskan ke penjara.
“Baiklah, jika Anda tidak ingin mengatakannya. Maka saya akan melaporkan Anda ke kantor polisi” ujar Firdaus sambil menempelkan ponselnya ke telinga.
“Tu-tunggu .. Saya membelinya di counter yang ada di jalan sana,” ujar Uli sambil memberitahukan nama counter di mana dia membeli nomor Firdaus.
“Baiklah, kali ini saya lepaskan Anda,” ujar Firdaus dan berbalik meninggalkan Uli. “Ah ya, jangan pernah menghubungi nomor saya lagi,” geram Firdaus dan kali ini benar-benar pergi meninggalkan Uli.
Uli menghela napasnya pelan dan mengurut dadanya.
“Tampan-tampan mengerikan,” serunya. “Nyesal beli mahal-mahal. Tapi setelah lihat wajahnya, gak nyesal-nyesal kali juga, habisnya tampan,” gumam Uli sambil menatap kepergian pria tampan yang tak dia ketahui siapa namanya.
“Dasar bodoh, kenapa gak tanya namanya sih,” ujar Uli sambil memukul kepalanya berkali-kali.
Di tempat lain, Milea sedang sibuk mondar mandir untuk mengambil baju para model yang akan melakukan
pemotretan, kemudian berganti untuk pembuatan iklan.
“Huuf, akhirnya bisa duduk juga,” seru Milea sambil mendudukkan dirinya di lantai.
“Nih, teh manis dingin,” ujar Lani, teman seprofesinya.
“Makasih,” ujar Milea sambil menerima teh manis yang di berikan oleh Lani.
“Model kali ini agak rempong ya,” ujar Lani.
“Iya, tapi ya namanya dia mau terlihat sempurna, wajah aja sih,” ujar Milea sambil menyedot minumannya. “Ah, segeer ...”
Drrrt .. drrt .. drrt ...
Suara ponsel Milea pun kembali berdering, wanita itu meraih ponselnya dan melihat id si pemanggil.
“Mau apa lagi sih,” geram Milea dan menggeser tombol hijau. “Ya?”
“Lea, gawat,” seru Uli dari seberang panggilan.
“Gawat kenapa?” tanya Milea sambil kembali menyedot air minumannya.
“Tuh cowok ganteng bangeeet,” seru Uli dari seberang panggilan.
“Ya ela, kalau ganteng ya bagus dong. Gak sia-sia lima juta lo,” ujar Milea.
“Nah, tapi ini yang bahaya,” ujar Uli.
“Apa lagi yang bahaya? Gantengnya bikin lo bengek gitu? Dih, tinggal minta napas buatan aja ke tuh cowok, apa susahnya sih?” ujar Milea.
“Bukan itu, tapi dia mau laporin lo ke polisi,” ujar Uli.
“Apa?” pekik Milea yang mana membuat proses pemotretan terganggu.
“Lea, diem,” ujar Popo sang manager dan juga desaigner baju para model.
Milea yang di tegur pun langsung meminta maaf kepada seluruh orang yang ada di sana, kemudian dia bergegas meninggalkan tempat itu untuk bertanya lebih lanjut tentang apa yang terjadi saat Uli bertemu dengan pria tampan itu.
“Katakan, kenapa dia ingin melaporkan gue ke polisi? Apa lo bilang kalau gue yang kasih nomornya?” tanya Milea.
“Bu-bukan itu. Dia ngancam gue untuk kasih tau siapa yang kasih nomornya ke gue. Gue bilang, kalau gue beli secara online, tapi dia gak percaya dan kembali mengancam gue kalau gue ketahuan berbohong,” ujar Uli.
“Terus, lo bilang apa lagi?” tanya Milea.
“Gue cuma bilang kalau gue dapat nomor ponsel tuh cowok di counter tempat sepupu lo jualan pulsa,” cicit Uli dengan takut-takut.
“Brengsek lo, kenapa lo harus bilang sih? Ingat, siapa pun yang beli nomor telepon pria tampan sama gue, harus tepati janjinya kalau dia harus tutup mulut dari mana dia dapat tuh nomor,” ujar Milea dengan kesal.
“Iya, tapi kan gue gak sebut nama lo,” Uli membela dirinya.
“Sama aja itu, dah lah, kesal gue. Semoga lo sakit perut karena udah bocorin rahasia gue,” kesal Milea dan memutuskan panggilannya secara sepihak.
Di tempat lain, Uli sudah memegangi perutnya, karena takut jika apa yang Milea ucapkan akan kejadian. Karena wanita yang bernama Milea itu terkenal dengan si mulut ajaib, alias apapun yang wanita itu katakan akan terjadi.
“Jangan sampai sakit perut, gue harus ikut casting besok,” lirih Uli sambil memegangi perutnya.
*
Firdaus baru saja menghentikan mobilnya di pinggir jalan, lebih tepatnya di depan counter pulsa yang waktu itu dia mengisi pulsa.
“Ya, ada yang bisa saya bantu?” tanya Andin.
Firdaus memperhatikan wajah Andin dengan seksama.
“Mas, ada yang bisa di bantu? Mau beli pulsa? Carger? Atau apa?” tanya Andin sambil melambaikan tangannya di depan wajah Firdaus yang saat ini sedang menggunakan kaca mata hitam dan juga masker.
“Saya cari cewek yang menjual pulsa di sini beberapa hari lalu,” ujar Firdaus.
“Cewek? Ya itu saya, gak ada orang lain,” ujar Andin.
“Tidak, bukan kamu, tapi orang lain. Anak yang mungkin masih duduk di sekolah menengah atas, tapi dia cabut dari sekolahnya atau tidak sekolah dan menjaga counter ini,” ujar Firdaus.
“Anak SMA?” tanya Andin yang di angguki oleh Firdaus.
“Ya, anak SMA.”
“Maaf, tidak ada anak SMA yang menjaga counter ini, kecuali__”
“Bentar,” potong Firdaus dan menarik buku yang ada di atas meja. “Bisa saya pinjam pulpennya?” ujar Firdaus yang di angguki oleh Andin.
Andin pun memberikan pulpen yang ada di tangannya kepada Firdaus. Pria itu menerima pulpen yang di berikan oleh Andin dan mulai membuat sebuah coretan di atas kertas tersebut. Andin di buat sangat takjub dengan pergerakan tangan pria bermasker yang ada di hadapannya saat ini, di mana pria itu sedang menggambar sebuah sketsa wajah di atas kertas.
“Ini, cewek ini,” ujar Firdaus sambil memperlihatkan hasil sketsanya.
Andin pun melihat sketsa wajah yang sangat mirip dengan sepupunya itu.
“Milea,” gumam Andin dengan kesal.
“Anda kenal?” tanya Firdaus.
“Hah? Oh, ini..” Andin melihat jika ini bukanlah hal yang baik jika dia mengatakan mengenal Milea.
“Tidak,” jawab Andin kemudian.
“Tidak? Jika tidak, bagaimana mungkin dia bisa berada di counter ini sebagai penjual?” ujar Firdaus.
“I-itu__”
“Ada apa, sayang?” tanya suami Andin yang bernama Ando.
“Hah? Oh, bukan apa-apa,” ujar Andin dengan gugup.
Ando pun melihat sketsa wajah yang ada di atas buku tulis miliknya.
“Oh, ini Milea, kan?” tanya Ando kepada sang istri.
Andin sudah membelalakkan matanya dan menggeleng pelan ke arah sang suami, untuk tidak mengatakan jika mereka mengenal Milea.
“Anda mengenalnya?” tanya Firdaus.
“Ya,” jawab Ando.
Terlambat sudah, Andin pun hanya bisa menyengir kuda kepada Firdaus.
“Wanita ini bilang tidak mengenalnya,” adu Firdaus sambil menunjuk ke arah Andin.
Ando pun menoleh ke arah sang istri, “Kamu tidak mengenalinya? Ini Milea,” ujar Ando kepada sang istri.
“Hah? Ah? Benarkah?” ujar Andin sambil tertawa pelan. “Aku tidak mengenalinya, wajahnya putih dan hitam, tidak seperi Milea,” uajr Andin sambil melirik takut ke arah Firdaus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Ana
seru 😁😁😁😁 apa yang akan terjadi pada milea
2022-07-23
1