Part 18

Mutia terbiasa bangun sebelum adzan Subuh berkumandang. Hal ini pun terbawa juga di kehidupan asrama nya. Mutia membersihkan diri terlebih dahulu sebelum menunaikan kewajibannya yang dua rakaat tersebut. Tak lupa Mutia juga membangunkan Nadia. "Nad, ayo lekas bangun. Sudah pagi ni. Mumpung kamar mandi belum antri, buruan gih" Mutia menggelitik kaki Nadia yang menggantung di tepian tempat tidur atas. "Bentar lagi ah, lagi nanggung nih" Nadia dengan suara serak menjawab. Mutia tak berhenti di situ, dia malah menarik kaki Nadia supaya bangun. "Nad, aku sudah selesai nih. Keburu antri ntar" celetuk Mutia mengulangi ucapannya yang tadi.

Memang dalam ajaran agama Nadia, tidak diwajibkan untuk menunaikan ibadah seperti yang dilakukan Mutia. Karena sudah seminggu lebih mereka tinggal bersama, mereka mulai memahami kebiasaan masing-masing. Akhirnya dengan mata sedikit menyipit, Nadia terpaksa bangun. "Nih, sudah bangun nih" ucap Nadia duduk sambil mengucek mata nya. "He....he..." Mutia tertawa melihat Nadia. Nadia hendak meraih selimut kembali, tapi dengan cekatan selimut ditarik oleh Mutia. "Ayolah Mutia, masih dingin ini" Nadia memanyunkan bibirnya. Mutia sampai menggelengkan kepalanya, Nadia termasuk teman yang sulit untuk bangun pagi ternyata. Mutia tidak patah semangat. Dan dengan perjuangan akhirnya Nadia benar-benar terbangun.

Saat Nadia beranjak dan pergi ke kamar mandi, Mutia menunaikan kewajibannya dengan khusuk. Menunggu jam sarapan pagi, Mutia membaca kembali mata kuliah yang telah diajarkan minggu lalu. Demikian juga Nadia akhirnya ikut membaca juga. Tapi Nadia sibuk membaca novel online sambil rebahan. "Mutia ganti seragam yuk, abis itu sarapan" ajak Nadia. Di prodi mereka memang ada peraturan kalau semua mahasiswa wajib berseragam.

Mutia dan Nadia beranjak menuju meja makan besar asrama, para mahasiswa yang tinggal di asrama ternyata telah banyak yang datang di sana. Makan pagi sederhana yang disiapkan ibu asrama di lahap habis oleh Mutia dan Nadia. Mutia sangat bersyukur, dengan tinggal di asrama setidaknya Mutia tidak memikirkan biaya makan. Karena bagi penerima beasiswa, pihak kampus tidak membebani mereka dengan biaya sepeserpun.

"Heh, namamu siapa?" tanya seorang kakak senior. Mutia melirik papan nama berwarna kuning di dada kanannya, Devi. Cantik sekali kakak ini, batin Mutia. "Heh, ditanya malah diam saja. Punya mulut nggak?" bentaknya ke arah Mutia. "Saya kak???" Mutia menunjuk dirinya sendiri. "Siapa lagi?" lanjutnya mulai berkacak pinggang. Mulai belagu ni orang, pikir Nadia. "Apaan sih kak, nggak usah pakai kacak pinggang segala. Biasa aja kali" seru Nadia yang berada di samping Mutia. "Diem loe, nggak usah ikut-ikut" teriak Devi sang kakak senior. Mutia menyebutkan nama dengan lirih, "Mutia Arini kak, mahasisawa jurusan kebidanan".

Sampai saat ini Mutia belum tau kenapa hanya dia yang dirundung kakak seniornya. Sementara yang lain hanya terdiam. "Oooo, jadi kamu mahasiswa penerima beasiswa itu yaaa? Jangan sok cantik loe" ucap Devi berlalu pergi.

"Apa maksudnya sih, nggak jelas banget" gerutu Nadia. "Biarin aja, ayo ke kelas" tukas Mutia. "Jadi orang jangan terlalu sabar Mutia" sahut Nadia selanjutnya. Mutia hanya tersenyum menanggapinya, hingga seorang mahasiswa lain mendekati mereka. "Hati-hati sama Devi. Aku rasa dia merasa tersaingi oleh kehadiranmu Mutia" tuturnya. Mutia memandang orang itu yang tèrnyata memakai name tag warna kuning, "Maksudnya kak?" tanya Mutia. "Devi pasti takut kecantikannya tersaingi olehmu, apalagi kamu mahasiswa pintar karena mendapat beasiswa" jelas kakak senior itu. Mutia akhirnya tau alasan Devi menghampirinya tadi. "Makasih ya kak informasinya" ucap Mutia sambil menunduk hormat. Di prodi Mutia, dengan melihat warna name tag saja sudah bisa melihat seseorang berada di tingkat berapa. Name tag merah, pastinya masih berada di tingkat satu..Masa awal perkuliahan, kuning tingkat dua, hijau tingkat akhir atau tingkat tiga. Karena Mutia mengambil diploma tiga, otomatis Mutia menempuh pendidikan selama tiga tahun ke depan.

Mutia memasuki kelas dan duduk bersandingan dengan Nadia. Mereka serasa sahabat tak terpisahkan. Padahal juga baru seminggu mereka bersama. "Untung bangku tengah masih kosong" ujar Nadia merasa senang tidak harus duduk di depan sendiri. "Padahal enak di depan lho Nad, apalagi dosennya dokter Aziz pasti menyenangkan bagimu" gurau Mutia. "Bener juga kamu,...he...he....lagian kenapa bisa ya ada dokter secakep itu?" Nadia terkekeh. Semenjak pertemuan pertama mereka dengan dokter yang mengajar anatomi fisiologi itu, Nadia sudah terpesona. Dokter yang mengaku masih single saat memperkenalkan diri itu, semakin menambah kekaguman seorang Nadia.

Dokter Aziz datang tepat waktu. "Baiklah untuk pertemuan kedua ini akan kita bahas sistem peredaran darah dan juga sistem reproduksi". Para mahasiswa menyimak dengan serius penjelasan yang disampaikan oleh dokter Aziz. Apalagi dokter Aziz menyampaikan dengan banyak menggunakan bahasa medis. Di tengah mata kuliah, "Ayoooo siapa yang tau arti flatus?" tanya dokter Aziz untuk intermeso. Sementara para mahasiswa hanya saling menoleh. Tidak mengerti apa yang dimaksud. Dokter Aziz tertawa, "Ya sudah kalau nggak ada tau" ujarnya.

Saat beliau mau melanjutkan materi yang tadi, Nadia mengangkat tangan. " Pak dokter, jangan asal lanjut aja dong. Aku nggak tau arti flatus. Beneran...suerrrrr?" ucap Nadia dengan suara lantangnya. Saat Nadia berhenti mengatakan itu, tiba-tiba terdengar suara 'bruuuttttt' dari bangku belakang. Suara kentut yang tak kalah lantang dengan suara Nadia. Otomatis semua yang ada di kelas kompak menutup hidungnya. "Tuhhh, sudah ada yang bantu jawab" celetuk dokter Aziz tertawa. "Maksudnya flatus itu artinya kentut pak?" Nadia ingin memperjelas jawaban dokter Aziz. Mutia menepuk jidatnya mendengar pertanyaan Nadia barusan. "Siapa namamu?" tanya dokter Aziz ke arah Mutia. "Nadia pak, aku dari Nusa Tenggara" sela Nadia mengulurkan tangan. Mutia pun tertawa melihat Nadia yang tak memberikan kesempatan dirinya menjawab.

Mata kuliah anatomi fisiologi telah selesai. Sang ketua tingkat tak lupa memberitahu ke dokter Aziz kalau jam mata kuliah telah habis. Dokter Aziz mengakhiri pertemuan dengan penugasan kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari dua orang. "Penugasan lagi" gerutu Nadia. "Kita harus mulai terbiasa Nad, kita bukan anak SMA lagi" Mutia menimpali. "Siap Mutia, aku ikut kelompokmu aja" seru Nadia. "Enak di kamu nggak enak di aku dong" celetuk Mutia. Mereka tertawa bersama.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

to be continued

Terpopuler

Comments

Isa Khoiriyah

Isa Khoiriyah

kyknya pengalaman author kuliah di kebidanan,palagi hrs di asrama..😊😊😊.soalnya aku dl jg gtu kuliah di kebidanan.mandi antri,mkn antri

2023-10-16

2

Bunda Aish

Bunda Aish

kakak author nya pernah sekolah kebidanan kah? jadi dapat ilmu nih

2023-10-09

1

Dee Na

Dee Na

bukannya cm mo cerita ttg kejadian waktu diperkosa yak? koq malah jadinya kaya nostalgia ke masa lalu, kepanjangan thor

2023-03-29

3

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Part 111
112 Part 112
113 Part 113
114 Part 114
115 Part 115
116 Part 116
117 Part 117
118 Part 118
119 Part 119
120 Part 120
121 Part 121
122 Part 122
123 Part 123
124 Part 124
125 Part 125
126 Part 126
127 Part 127
128 Part 128
129 Part 129
130 Part 130
131 Part 131
132 Part 132
133 Part 133
134 Part 134
135 Part 135
136 Part 136
137 Part 137
138 Part 138
139 Part 139
140 Part 140
141 Part 141
142 Part 142
143 Part 143
144 Part 144
145 Pengkhianatan
146 Promote "Aku Yang Tersisih"
147 Promote 'Langit dan Jingga'
148 Promote 'Nikah Untuk Bahagia'
149 Promote "My Aluna"
150 Promote 'Bukan Benih Suami'
151 Promo 'Lost Memory'
152 Promo Again 'Pelabuhan Terakhir Cassanova'
Episodes

Updated 152 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Part 111
112
Part 112
113
Part 113
114
Part 114
115
Part 115
116
Part 116
117
Part 117
118
Part 118
119
Part 119
120
Part 120
121
Part 121
122
Part 122
123
Part 123
124
Part 124
125
Part 125
126
Part 126
127
Part 127
128
Part 128
129
Part 129
130
Part 130
131
Part 131
132
Part 132
133
Part 133
134
Part 134
135
Part 135
136
Part 136
137
Part 137
138
Part 138
139
Part 139
140
Part 140
141
Part 141
142
Part 142
143
Part 143
144
Part 144
145
Pengkhianatan
146
Promote "Aku Yang Tersisih"
147
Promote 'Langit dan Jingga'
148
Promote 'Nikah Untuk Bahagia'
149
Promote "My Aluna"
150
Promote 'Bukan Benih Suami'
151
Promo 'Lost Memory'
152
Promo Again 'Pelabuhan Terakhir Cassanova'

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!