Part 15

"Wowwwww, jadi Om tinggal di lantai tertinggi apartemen itu. Lantai yang hanya ada dua unit" bahkan Langit tahu detail lantai tertinggi di apartemennya. Memang benar yang diucapkan Langit, hanya ada dua unit. Satu milik Sebastian, satunya lagi milik Catherine. Apartemen itu memang milik perusahaan Blue Sky. Sebastian mengangguk mengiyakan ucapan Langit.

"Eh, Langit. Kok kamu tahu betul apartemen itu?" tanya Bintang penasaran. "Aku tinggal di apartemen itu juga" Langit menimpali. "Woowwww, benarkah????" Bintang jadi ikutan antusias. "Gimana kalau besok kita mabar" ajak Bintang. "Apa itu mabar?" tanya Langit. "Wah ternyata kamu kurang update juga Langit. Mabar itu main bareng..he..he..." Bintang terkekeh. Langit garuk kepala sedikit malu. "Besok ya??" ulang Bintang. Langit menatap bunda nya. Mutia sedikit kikuk untuk mengiyakan. Akhirnya Sebastian menengahi, "Iya besok boleh main di tempat Om". "Horeeeee" teriak dua anak tampan itu.

Mutia dan Sebastian masih lanjut menyimak ucapan anak-anak tampan di depannya itu. Karena sudah dirasa cukup maka Mutia mengajak Langit pulang. "Ayo Langit sudah sore, kita pulang" ajak lembut Mutia. "Maaf Tuan, kita duluan ya" pamit Mutia. Sebastian beranjak berdiri dan mengulurkan tangan dan menyebutkan namanya, "Sebastian, Sebastian Putra lengkapnya" ucap Sebastian. Mutia mau tak mau menyambut uluran tangan itu karena Langit terus memandanginya, "Mutia Arini" sebutnya. Sebastian tersenyum.

Mutia pun berlalu menggandeng Langit setelah mengucapkan terima kasih karena telah sudi mampir di outletnya. "Langit, jangan lupa besok yaaa?" teriak Bintang. "Oke" sahut Langit. Sepeninggal Langit dan bunda nya, maka Sebastian juga mengajak Bintang untuk segera pulang. Saat hendak ke kasir dan membayar, semua ternyata digratiskan oleh sang pemilik. "Maaf Tuan, tadi nyonya Mutia pesan ke kami kalau tuan dan tuan muda tidak perlu membayar. Beliau mengucapkan terima kasih sekali atas kunjungan anda berdua" ucap ramah kasir yang di sana. Sebastian terlanjur mengeluarkan black card nya, "Begini saja mba, tolong roti yang masih ada ini aku beli semua. Tolong kirim ke panti asuhan ya" ucap Sebastian sambil menyebutkan nama panti asuhan di mana dirinya menjadi donatur tetap di sana. "Baik Tuan. Terima kasih" sahut kasir itu sambil menggesek black card Sebastian.

Sepeninggal Sebastian dan Bintang yang melenggang keluar ke arah lobi. Dena mendekat meja kasir. Karena semua karyawan memberesi roti-roti yang ada di etalase. "Eh..eh..kok semua diturunkan?" tanya Dena. "Iya kak Dena, tuan yang barusan keluar telah memborong semua roti yang masih ada ini" jelas mba kasir. "Kok???" Dena masih merasa aneh. "Benar kak, semua roti ini disuruh mengirimkan ke panti asuhan" lanjutnya. "Siapa mereka?" Dena menelisik. "Temannya den Langit kayaknya kak. Soalnya tadi mainan sama den Langit lumayan lama" imbuh kasir itu. "Wah, ada bahan gosip nih buat kak Mutia", batin Dena.

Karena semua sudah sold out. Outlet yang biasa tutup di jam sembilan malam. Kali ini mereka tutup di jam enam sore. Semua karyawan pulang dengan rasa senang masing-masing. Dena segera meluncur ke apartemen dengan memesan taksi online. Dena yang terbiasa pulang dengan Mutia, sengaja pulang belakangan karena masih ada beberapa bahan-bahan yang belum masuk buku stok. Dena masuk dengan sedikit terburu. Dilihatnya Mutia dan Langit sedang berada di meja makan, sementara Bik Sumi sedang menyeduh susu untuk Langit.

"Kak, aku mau cerita" ucap Dena mengambil tempat duduk di samping Langit. "Cuci tangan dulu ah, lagian katanya mau pulang malam. Jam segini kok sudah sampai?" selidik Mutia. "Makanya itu aku mau cerita ke kakak" Dena mengelap tangannya yang basah dan kembali mendekat ke Mutia.

"Langit, tadi temanmu datang kan? Kamu kenal yang bersamanya??" tanya Dena. "Ya kenal lah. Dia Bintang, temanku di sekolah. Kalau yang bersamanya tadi namanya Om Sebastian. Tau nggak aunty, om Sebastian tinggal di apartemen ini juga lho. Di sana" tunjuk Sebastian ke arah atas. "Maksudnya?" Dena belum paham. "Maksunya Om Sebastian tinggal di lantai teratas" jelas Langit. "Woowwwww, ternyata seorang sultan yang memborong kue-kue tadi", gumam Dena. "Apa sih Dena, nggak ngerti aku" celetuk Mutia.

"Begini lho kak, tadi kan kakak menggratiskan kue-kue teman Langit tadi. Tapi orang dewasa yang bersamanya tadi akhirnya memborong semua kue yang masih ada. Tau nggak kue itu untuk siapa, semua diminta dikirimkan ke panti asuhan kak" cerita Dena penuh semangat.

"Kak, apa benar tuan itu tadi benar-benar tinggal di apartemen ini?" selidik Dena. Mutia pun mengangguk. "Wah, jangan-jangan itu tuan Sebastian Putra, putra tunggal tuan Baskoro yang juga penerus Blue Sky. Yang beberapa hari lalu jadi trending topik karena membatalkan pernikahannya" Dena secepatnya menutup mulutnya karena keceplosan saat ada Langit di sana. "Maaf...maaf...pisssss kak" Dena mengangkat jari tengah dan telunjukknya membentuk huruf v. "Kamu itu kayak petugas sensus aja Dena" tukas Mutia.

"Jadi, tuan Sebastian itu papanya Bintang temannya Langit?" bisik Dena ke Mutia, takut kedengaran Langit.

"Om Sebastian itu Om nya Bintang aunty" seloroh Langit dengan santai. "He...he....." Dena cengengesan karena ketahuan Langit. Mutia jadi kepikiran yang diucapakan Dena. Penerus Blue Sky, pikirnya.

Sementara di unit apartemen Sebastian, Bintang nampak bosan karena kesepian. "Om, main apa gitu loh biar seru. Bosen aku dari tadi suruh nonton terus" celetuk Bintang. "Sapa suruh ikut ke sini" jawab Sebastian ketus. "Wah Om nggak asyik" cela Bintang. "Biarin" ejek Sebastian. "Om, main ke tempat Langit yuukkk. Kan dia juga di apartemen ini juga. Tinggal turun aja kali" celetuk Bintang. "Kan tadi Langit belum cerita tinggal di lantai berapa?" sergah Sebastian. Lagian Sebastian juga malas turun karena hanya pakai baju rumahan. "Ayolah Om, bosan aku" rengek Bintang. Akhirnya Sebastian menuruti permintaan keponakan tengilnya itu.

Sebelumnya Sebastian menelpon petugas lobi untuk menanyakan unit atas nama Mutia Arini. Karena tau siapa yang menelpon, akhirnya petugas itu pun memberitahukan sesuai yang diminta. "Yuukkk lekas" gandeng Sebastian. Dengan tetap memakai celana pendek rumahannya, Sebastian serasa menjadi hot daddy untuk malam ini. Mereka turun ke lantai di mana unit Mutia berada. Tepat di depan pintu, Bintang yang lebih antusias untuk menekan bel.

Langit yang baru selesai makan, "Bun, malam-malam kok ada tamu?" seru Langit. Karena itu tidak seperti biasanya. Mutia jarang menerima tamu saat malam hari. Mutia menelisik siapa yang datang lewat pemindai yang terpasang di pintunya. Memang apartemen ini sangat terjaga keamanannya. Makanya Mutia langsung setuju membelinya, meski harganya lebih tinggi daripada yang lain. Saat melihat siapa yang datang, Mutia segera membukakan pintu.

"Tante, aku ingin main sama Langit" seru Bintang begitu pintu terbuka. Langit yang mendengar suara Bintang jadi berlarian dari ruang makan. "Maaf menganggu malam-malam nyonya" ucap tulus Sebastian. "Panggil Mutia aja" pinta Mutia. "Hah????" Sebastian terbengong. "Silahkan masuk tuan" Mutia mempersilahkan Sebastian. "Panggil Tian aja, kayaknya aku juga belum tua-tua amat" celetuk Sebastian. Mutia tersenyum. Sebastian duduk di ruang tamu, pandangannya mengarah ke foto yang terpajang di ruang utama. "Suaminya ke mana?" selidik Sebastian dalam benak.

to be continued

Terpopuler

Comments

~¥^D^~

~¥^D^~

suamiQ lagi datang nih sama ponakannya😁

2023-11-06

1

Atik Marwati

Atik Marwati

blm punya..
nunggu kamu lamar sih

2023-11-01

1

Rusiani Ijaq

Rusiani Ijaq

kepo Bastian 😊

2023-08-13

4

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Part 111
112 Part 112
113 Part 113
114 Part 114
115 Part 115
116 Part 116
117 Part 117
118 Part 118
119 Part 119
120 Part 120
121 Part 121
122 Part 122
123 Part 123
124 Part 124
125 Part 125
126 Part 126
127 Part 127
128 Part 128
129 Part 129
130 Part 130
131 Part 131
132 Part 132
133 Part 133
134 Part 134
135 Part 135
136 Part 136
137 Part 137
138 Part 138
139 Part 139
140 Part 140
141 Part 141
142 Part 142
143 Part 143
144 Part 144
145 Pengkhianatan
146 Promote "Aku Yang Tersisih"
147 Promote 'Langit dan Jingga'
148 Promote 'Nikah Untuk Bahagia'
149 Promote "My Aluna"
150 Promote 'Bukan Benih Suami'
151 Promo 'Lost Memory'
152 Promo Again 'Pelabuhan Terakhir Cassanova'
Episodes

Updated 152 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Part 111
112
Part 112
113
Part 113
114
Part 114
115
Part 115
116
Part 116
117
Part 117
118
Part 118
119
Part 119
120
Part 120
121
Part 121
122
Part 122
123
Part 123
124
Part 124
125
Part 125
126
Part 126
127
Part 127
128
Part 128
129
Part 129
130
Part 130
131
Part 131
132
Part 132
133
Part 133
134
Part 134
135
Part 135
136
Part 136
137
Part 137
138
Part 138
139
Part 139
140
Part 140
141
Part 141
142
Part 142
143
Part 143
144
Part 144
145
Pengkhianatan
146
Promote "Aku Yang Tersisih"
147
Promote 'Langit dan Jingga'
148
Promote 'Nikah Untuk Bahagia'
149
Promote "My Aluna"
150
Promote 'Bukan Benih Suami'
151
Promo 'Lost Memory'
152
Promo Again 'Pelabuhan Terakhir Cassanova'

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!