Part 13

Sebastian melajukan mobilnya ke arah perusahaan. Di jalan dia menelpon Dewa untuk menanyakan kelanjutan penyelidikannya.

"Dewa, gimana hasilnya?" tanya Sebastian.

"Kan baru tadi pagi perintahnya Tuan Sebastian" jawab Dewa di seberang telpon. "Alesan aja kamu, aku sampai perusahaan harus sudah ada laporan di mejaku" potong Sebastian dan menutup panggilan tanpa menunggu jawaban Dewa.

Di balik kemudi, Sebastian kembali teringat bayang-bayang masa lalu yang sangat sulit dihapusnya. Jangan-jangan bunda Langit adalah wanita malam itu, pikir Sebastian. Nggak salah Sebastian berpikir seperti itu, karena wajah Langit adalah copian dirinya saat masih kecil. Kalau memang benar alangkah bejat dirinya. Menanam benih tanpa tahu tanggung jawab, sesal Sebastian. Meski semuanya juga bukan murni kesalahan dirinya seorang. Sebastian berjanji untuk secepatnya mengetahui jati diri Langit.

Sesampai di perusahaan, Sebastian bukannya masuk ke ruangannya tapi malah berbelok ke ruangan Dewa yang berseberangan dengan ruangannya. Meski ruangan Dewa masih kalah luas dengan ruangan CEO miliknya, tapi ruangan Dewa cukup mewah juga untuk seorang asisten.

Sebastian langsung duduk di hadapan Dewa. Matanya menatap lurus ke arah Dewa yang sedang mengerjakan laporan-laporan yang akan dimintakan tanda tangan ke Sebastian nantinya. "Jangan menatapku seperti itu Tuan, aku masih normal" celetuk Dewa. Sebastian mengambil kertas hendak menimpuk Dewa. Tapi kalah cepat dengan pergerakan yang dilakukan Dewa. "Nggak kena" elak Dewa. Dewa yang juga sahabat Sebastian. Semenjak Sebastian diangkat menjadi CEO Blue Sky, tidak tahu kenapa Dewa merubah panggilannya ke Sebastian dengan menambahkan tuan di depannya. Pastinya karena menghormati Sebastian, meski kadang Dewa juga lupa. Hanya memanggil tuannya itu dengan namanya.

"Cepat laporannya!!!!" hardik Sebastian. "Laporan yang mana?" Dewa pura-pura tak tahu.

Sebastian berancang-ancang dengan mengangkat tangannya. "Ampuni hamba tuan. Hamba hanyalah asistenmu" ucap Dewa. Sebastian semakin melotot. "Siap Tuan, aku akan melaporkannya" lanjut Dewa.

Sebastian memperhatikan Dewa, menunggunya mengucapkan kata demi kata.

"Tuan, Langit adalah anak nyonya Mutia Arini. Pemilik perusahaan Mutia Bakery" Dewa memulai cerita berdasarkan penyelidikan orang-orang kepercayaannya. "Kalau itu aku sudah tau tanpa kau laporkan" sela Sebastian. "Bagaimana anda tahu???" Dewa malah balik bertanya. "Kebetulan aja" ucap Sebastian asal. Tapi memang benar kok, kalau semua kebetulan.

"Lanjutin laporannya!!!" tandas Sebastian. "Langit dan Mutia tinggal di apartemen yang sama denganmu tuan, cuma beda lantai" lanjut Dewa. Ternyata mereka begitu dekat denganku selama ini, batin Sebastian. "Terus???" tanya Sebastian. "Mereka tinggal dengan dengan seorang perempuan bernama Dena yang juga menjadi asisten nyonya Mutia di perusahaannya. Ada juga seorang wanita setengah tua yang juga diperkerjakan untuk membantu di apartemen" Dewa bercerita dengan panjang kali lebar..he..he...

"Suaminya????" tanya Sebastian penasaran. "He...he....sabar dong tuan. Kayaknya anda tertarik dengan nyonya Mutia tuan?" canda Dewa.

"Bukan urusanmu" ucap Sebastian sewot. "Ha...ha...tuan seperti cewek yang lagi PMS. Begitu aja sewot. Kalaupun iya, aku sangat setuju Tuan. Daripada tuan jadi suami Janet, si manusia gatelan itu" celetuk Dewa.

"Sudah nggak usah bahas yang lain. Lekas kamu jawab pertanyaanku" sergah Sebastian tak ingin basa basi lagi dengan Dewa. "Kayaknya nyonya Mutia menutup rapat segala informasi tentang keluarganya Tuan" tutup Dewa. Sebastian mengangguk tanda mengerti.

"Besok, kamu ke dinas yang mengurusi pembuatan identitas penduduk dan juga akta kelahiran" suruh Sebastian. "Untuk apa Tuan? Kalau mau ada pernikahan, bukannya kita ke KUA bukan Dispenduk" ucap Dewa. Alhasil pelototan tajam Sebastian menghujam wajahnya. Dewa menutup mukanya dengan kedua tangan, "Ampun tuan, tatapanmu sungguh menggoda hati dan buat jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya" canda Dewa.

"Dewaaaaaaaa....." ucap Sebastian berteriak.

"Siap Tuan, besok saya ke dispenduk" ujar Dewa. "Tapi untuk apa Tuan?" tanya Dewa. Sebastian pun menyentil kening Dewa. "Kamu itu lahir di jaman apa sih Wa, tulalit amat" ejek Sebastian. "Nggak apa-apa tulalit. Tapi yang pasti aku lahir di tahun yang sama denganmu tuan, cuma kita beda nasib aja" jelas Dewa. "Jadinya gimana tuan? Aku disuruh ke dispenduk untuk apa?" Ternyata Dewa belum mengerti perintah tuannya itu

"Wa, kamu selidiki di kantor pencatan identitas itu besok untuk meneliti keabsahan akte lahir Langit dan sekalian status bunda Langit. Dewa mengangguk, "Siap Tuan". Dewa diam tanpa bertanya lagi.

Sebastian pun keluar dari ruangan Dewa menuju ruangan CEO miliknya. Sang sekretaris menunduk hormat saat Sebastian berjalan di depannya. "Helen, jangan lupa berkas yang harus aku tanda tangani hari ini bawa ke ruanganku segera!!!" perintah Sebastian ke sekretaris yang bernama Helen itu.

"Siapa Mutia, apa aku pernah kenal dengan dia???" gumam Sebastian. Bahkan saat Dewa masuk ke ruangan membawa laporan Sebastian tidak mengetahuinya. "Hello tuan" sapa Dewa. Yang disapa tidak menyahut. Dewa menggoyang-goyangkan tangannya di depan pelupuk mata Sebastian. "Tuan" panggil Dewa di dekat telinga Sebastian.

"Lagiah tuh Tuan, kerja jangan dipake melamun. Ini berkas-berkas yang harus anda tandatangani hari ini" ucap Dewa sambil meletakkan berkas-berkas di meja Sebastian. Sebastian hanya menggerutu melihat tumpukan kertas itu. Sementara Dewa tertawa karena berhasil mengerjai tuannya itu. Dewa pamit keluar ruangan Sebastian.

Sebastian meneliti berkas itu lembar perlembar sebelum menandatanganinya. Saat serius mempelajari berkas itu, dering ponsel Sebastian berbunyi. "Halo Pah, gimana calon mantan besan papa? Setuju kan dengan pembatalan acara pernikahannya" tanya Sebastian begitu menggeser ikon hijau di layar ponsel tanpa basa basi ke papa nya. "Tadi aku sudah bilang ke mereka..Mereka yang sebelumya begitu marah denganku. Akhirnya mau tak mau mereka menyetujui pembatalan acara pernikahanmu" tegas papa di ujung telpon. "Pakai ancaman apa nih Pah???" tanya Sebastian. "*Pakai ancaman kalau Blue Sky akan menarik semua saham di perusahaan Su*pranoto" ucap tegas papa di seberang. "Oke Pah, papa ku memang T-0-P-B-G-T...he...he..." Sebastian menutup ponselnya setelah sang papa juga mengakhiri telponnya.

Sebastian melanjutkan menandatangani laporan yang sempat tertunda tadi. Saat itulah ponselnya kembali berbunyi. Sebastian menggerutu. "Siapa nih?" tanyanya. Saat diangkat ternyata suara Bintang yang dominan di sana. "Halo Om, Bintang nich" sapanya memperkenalkan diri. "Om, ntar sore anter ke toko bunda nya Langit ya???" pinta Abraham. "Emang papa Reno dan mama Catherine ke mana?" tanya Sebastian ke Bintang.

"Papa Reno sedang operasi di rumah sakit. Mama di rumah sih, tapi sedang memasak saat ini. Ayolah Om anterin aku" pinta Bintang di seberang. "Aku usahakan ya!! Bintang mandi dulu sana gih!!!" Seru Sebastian.

*to be continued, happy reading *🤗🤗

Terpopuler

Comments

élis 🇵🇸

élis 🇵🇸

untuk dialog sebaik jangan numpuk bgt tor, buat paragraf baru

2023-11-14

1

Atik Marwati

Atik Marwati

asyik ketemu Mutia..kata langit

2023-11-01

1

Bunda Aish

Bunda Aish

maaf ya kakak author....ada penggunaan kata "aku" yg mungkin kurang tepat, seperti dari bawahan ke atasan, papa ke anaknya juga agak aneh buat saya lho ya pas baca obrolan Sebastian dan papa nya ditelp 🙏🏻

2023-10-09

2

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Part 111
112 Part 112
113 Part 113
114 Part 114
115 Part 115
116 Part 116
117 Part 117
118 Part 118
119 Part 119
120 Part 120
121 Part 121
122 Part 122
123 Part 123
124 Part 124
125 Part 125
126 Part 126
127 Part 127
128 Part 128
129 Part 129
130 Part 130
131 Part 131
132 Part 132
133 Part 133
134 Part 134
135 Part 135
136 Part 136
137 Part 137
138 Part 138
139 Part 139
140 Part 140
141 Part 141
142 Part 142
143 Part 143
144 Part 144
145 Pengkhianatan
146 Promote "Aku Yang Tersisih"
147 Promote 'Langit dan Jingga'
148 Promote 'Nikah Untuk Bahagia'
149 Promote "My Aluna"
150 Promote 'Bukan Benih Suami'
151 Promo 'Lost Memory'
152 Promo Again 'Pelabuhan Terakhir Cassanova'
Episodes

Updated 152 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Part 111
112
Part 112
113
Part 113
114
Part 114
115
Part 115
116
Part 116
117
Part 117
118
Part 118
119
Part 119
120
Part 120
121
Part 121
122
Part 122
123
Part 123
124
Part 124
125
Part 125
126
Part 126
127
Part 127
128
Part 128
129
Part 129
130
Part 130
131
Part 131
132
Part 132
133
Part 133
134
Part 134
135
Part 135
136
Part 136
137
Part 137
138
Part 138
139
Part 139
140
Part 140
141
Part 141
142
Part 142
143
Part 143
144
Part 144
145
Pengkhianatan
146
Promote "Aku Yang Tersisih"
147
Promote 'Langit dan Jingga'
148
Promote 'Nikah Untuk Bahagia'
149
Promote "My Aluna"
150
Promote 'Bukan Benih Suami'
151
Promo 'Lost Memory'
152
Promo Again 'Pelabuhan Terakhir Cassanova'

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!