Part 12

Segala macam nama hewan keluar dari mulut Janetra. "Sialan Sebastian" umpatnya sekali lagi. "Cepat sekali mobilnya menghilang...aaaagghhhhh" Janetra berteriak dan memukul kemudi mobilnya. "Usahaku sia-sia" gerutu Janet.

Sementara Sebastian bingung mau diarahkan kemana laju mobilnya saat ini. Sementara badannya sudah sangat panas dan tak bisa membendung hasratnya.

Sebastian akhirnya membelokkan mobilnya ke sebuah hotel bintang lima. Dengan beralasan bahwa istrinya sedang pingsan karena hamil, Sebastian melenggang dengan lancar dari meja resepsionis.

Sialnya wanita itu tersadar begitu sampai kamar. Tapi lampu kamar yang temaram, tidak jelas menampakkan wajah wanita itu. Sebastian yang gagal menahan hasratnya, akhirnya mengungkung wanita itu dengan kedua tangannya. Meski berontak wanita itu tetap lah kalah tenaga dengan Sebastian. Sebastian yang sudah kalap mencium wanita itu dengan membabi buta. Akhirnya dengan pemaksaan Sebastian dapat menuntaskannya. Sebastian jatuh terkulai di samping wanita itu, dan tertidur.

Saat pagi menjelang, Sebastian yang baru terjaga dari tidurnya karena merasakan kesulitan bernafas. Setelah benar-benar terjaga, Sebastian mengalihkan posisi tidurnya yang sebelumnya tengkurap. "Di mana ini?" Sebastian pun kebingungan. Sebastian baru tersadar kalau dia bertelanjang ria saat hendak bangun dari tempat tidur. "Apa yang terjadi?" gumamnya. Sebastian berusaha mengingatnya. Mulai dari club tempat Janetra bersama teman-temannya. Hingga dirinya kenapa bisa sampai tempat ini. Sekelebat bayangan wanita mengusik di ingatannya. "Apa yang telah aku lakukan?" ucap Sebastian lirih

Sebastian beranjak dari kamar tidur, nampak olehnya sebuah noda darah di atas tempat tidur. "Dia masih virgin. Terus di mana wanita itu" ucap Sebastian mengacak-acak rambutnya, bingung karena tidak menemukan keberadaan wanita semalam. "Sial...sial...." gerutunya.

Setelah membersihkan diri, Sebastian menghubungi resepsionis untuk menanyakan apakah melihat wanita yang bersamanya semalam turun lewat lobi. Tapi resepsionis itu menjawab tidak mengetahuinya.

Sebastian akhirnya mencoba nego dengan security hotel untuk memperlihatkan rekaman cctv hotel. Sebastian beralibi kalau istrinya meninggalkannya saat dia masih tertidur. Mencoba menghubungi ponselnya tidak aktif. Begitulah alasan Sebastian. Sedikit memperlihatkan kelicikannya..he..he...

Akhirnya security itu memperlihatkan rekaman cctv nya. Rekaman itu tidak banyak membantu Sebastian, karena saat dia masuk kamar posisi wanita itu telungkup dalam gendongannya karena masih pingsan. Dan pagi saat dia keluar kamar, rekaman cctv juga tìdak bisa menampilkan wajahnya dengan jelas. "Sial...sial" gerutu Sebastian. "Apapun yang terjadi aku akan tetap bertanggung jawab padanya" janji Sebastian dalam hati.

Sebastian mencoba menghubungi Dewa untuk menjemputnya. Pikiran Sebastian sangat kalut untuk saat ini. Bagaimana dia harus bertanggung jawab, sementara sosoknya saja Sebastian tidak mengenalnya. Apalagi wajahnya, Sebastian tak mengenali sama sekali. Sebastian menceritakan semuanya ke Dewa, "Tolong kau simpan rapat rahasia ini Dewa. Sebelum aku menemukan wanita tadi, aku tak menceritakan ke siapa pun kecuali kak Catherine" ucap janji Sebastian dan Dewa pun menurut.

Sebuah timpukan box tisu meja tepat mengenai dada Sebastian, Sebastian pun tersadar dari lamunannya. "Apaan sih koneng? Main lempar aja" gerutu Sebastian. "Loe kalau mau melamun, balik aja sana ke apartemen. Nggak usah nyari gue" sahut Catherine dengan bibir dimanyunkan. "Ha...ha....gitu aja sewot". Sebastian menyeruput minumannya. "Ayo Kak, balik ke sekolah Bintang" ajak Sebastian beranjak dari duduknya. Catherine ikut berdiri. Catherine sangat tau usaha adiknya mencari seorang wanita yang pernah diceritakannya dulu. Tapi sampai saat ini masih menemui jalan buntu. "Semoga kau bahagia Sebastian" harapan Catherine dalam benak.

Sampai di sekolah, ternyata masih menunggu setengah jam waktu pulang. "Kak, aku itu mau tanya. Kakak apa nggak bosan nungguin Bintang dari pagi sampai siang begini. Kalau sudah di sekolah, serahin aja ke gurunya" ucap Sebasian duduk di samping kakaknya, menunggu Bintang keluar dari kelas. "Nggak tuh, lagian lihat tingkah polah anak-anak di sekolah itu lucu tau?" tanggap Catherine. "Terus urusan yang sebelumnya?" Sebastian bertanya lagi. "Ooooo, anak yang memukul Bintang? Aku sama Reno sudah memaafkannya. Lagian aku juga salah, namanya anak-anak pasti lah ada berantem-berantemnya. Kita aja yang orang tua kadang juga masih berantem" ujar Catherine. "Kalau orang dewas berantemnya beda kak, di atas kasur..ha...ha..." celetuk Sebastian. Catherine membungkam mulut Sebastian dengan tanggannya. "Mulutmu tuh dijaga" sergah Catherine.

Saat itulah, seorang wanita anggun lewat di depan mereka. Sebastian memandang takjub wanita itu. Catherine memukul bahu Sebastian dengan sedikit keras, "Biar ilermu tidak menetes" ucap Catherine seenaknya. "Nyonya Mutia Arini" sapa Catherine dan bangkit dari duduknya. Mutia menghentikan langkah dan memandang Catherine. Sedetik kemudian senyumnya merekah, "Iya nyonya Catherine, apa kabar?" serunya.

"He..he...maafkan kami sekeluarga ya atas ketidaknyamanannya kemarin. Aku juga ikut salah karena terlalu melebih-lebihkan keadaan Bintang putra saya" ucap tulus Catherine.

"Sama-sama nyonya, aku juga minta maaf atas kesalahan putra saya" jawab Mutia.

Sebastian mengamati saja interaksi kedua wanita di depannya.

"Bunda...Mama" terdengar suara dua anak kecil memanggil.ke arah kedua wanita di hadapan Sebastian. Bahkan keduanya telah bergandengan tangan. "Mama, tadi Langit minta maaf padaku. Jadi sekarang kita sudah berteman lagi" ucap Bintang penuh semangat. Demikian juga Langit. "Jadi sudah jadi bestie lagi nih???" sahut Catherine. Mereka mengangguk bersamaan dengan kompak. Mutia pun tersenyum lega.

Langit menoleh ke arah lelaki yang tak jauh dari mama Bintang berdiri. "Om Sebastian" teriaknya memanggil. Senyum sumringah langsung terlihat di wajah Langit. "Heiiiiii, ternyata kau temannya Bintang???" Sebastian berjongkok di depan Langit. Gantian Catherine yang menyelidik interaksi adiknya. Jadi Langit lah yang bersama Sebastian di berita viral itu. Catherine menepuk jidatnya, bagaimana bisa dirinya baru ngeh kalau anak kecil itu sering dilihatnya.

"Bunda, kenalin. Ini Om Sebastian, yang aku ceritain itu loh Bun" ucap Langit. Mutia pun mengangguk hormat ke arah Sebastian. "Maafkan anak saya tuan kalau pernah merepotkan anda" Mutia menimpali. Sebastian menggeleng karena merasa tidak direpotkan oleh Langit.

"Jadi Om, papa nya Bintang ya?" terdengar ucalan kecewa dari bibir mungil Langit. Sebastian pun tertawa, "Emang kalau Om papa nya Bintang kenapa?" tanya balik Sebastian. "Harapan Langit punya papa jadi terbang dong" jawab Langit polos. Sebastian mengelus kepala Langit, ada rasa nyaman tersendiri bagi Sebastian. Hal yang tak dirasakan waktu mengelus kepala Bintang.

"Eh Langit, Om Sebastian itu Om ku bukan papa ku. Kalau papa ku namanya papa Reno. Papa ku seorang dokter, dokter spesialis bedah jantung" Bintang menjelaskan. "Kapan-kapan main ke rumahku yukk. Kita main dokter-dokteran!!!" ajak Bintang. Langit menoleh ke bunda nya minta persetujuan. "Langit, Bunda masih sibuk" Mutia beralasan. "Kalau bunda sibuk, boleh Om jemput???" sela Sebastian. "Yeeiiiiii" teriak Langit dan Bintang dengan ceria. Mereka pun berpisah di parkiran sekolah.

Sebastian melajukan mobilnya ke arah perusahaan. Di jalan dia menelpon Dewa untuk menanyakan kelanjutan penyelidikannya.

*to be continued*

Terpopuler

Comments

westi

westi

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

2023-10-09

1

Yan Ti

Yan Ti

y namanya juga novel kak y gitu critanya

2023-09-29

1

Dini Lestari

Dini Lestari

masa c bastian gk liat muka nya sama sekali ,aneh,wktu mutia pingsan d gendong lalu d kmr hotel emang gelap gulita ya

2023-09-26

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Part 111
112 Part 112
113 Part 113
114 Part 114
115 Part 115
116 Part 116
117 Part 117
118 Part 118
119 Part 119
120 Part 120
121 Part 121
122 Part 122
123 Part 123
124 Part 124
125 Part 125
126 Part 126
127 Part 127
128 Part 128
129 Part 129
130 Part 130
131 Part 131
132 Part 132
133 Part 133
134 Part 134
135 Part 135
136 Part 136
137 Part 137
138 Part 138
139 Part 139
140 Part 140
141 Part 141
142 Part 142
143 Part 143
144 Part 144
145 Pengkhianatan
146 Promote "Aku Yang Tersisih"
147 Promote 'Langit dan Jingga'
148 Promote 'Nikah Untuk Bahagia'
149 Promote "My Aluna"
150 Promote 'Bukan Benih Suami'
151 Promo 'Lost Memory'
152 Promo Again 'Pelabuhan Terakhir Cassanova'
Episodes

Updated 152 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Part 111
112
Part 112
113
Part 113
114
Part 114
115
Part 115
116
Part 116
117
Part 117
118
Part 118
119
Part 119
120
Part 120
121
Part 121
122
Part 122
123
Part 123
124
Part 124
125
Part 125
126
Part 126
127
Part 127
128
Part 128
129
Part 129
130
Part 130
131
Part 131
132
Part 132
133
Part 133
134
Part 134
135
Part 135
136
Part 136
137
Part 137
138
Part 138
139
Part 139
140
Part 140
141
Part 141
142
Part 142
143
Part 143
144
Part 144
145
Pengkhianatan
146
Promote "Aku Yang Tersisih"
147
Promote 'Langit dan Jingga'
148
Promote 'Nikah Untuk Bahagia'
149
Promote "My Aluna"
150
Promote 'Bukan Benih Suami'
151
Promo 'Lost Memory'
152
Promo Again 'Pelabuhan Terakhir Cassanova'

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!